Surat ulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
artikel rintisan Tag: |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Di dalam sebuah manuskrip terdapat naskah yang ditulis menggunakan aksara Ka-Ga-Nga, atau yang disebut sebagai “Surat Ulu” yang mana aksara tersebut memiliki variasi bentuk.
Surat Ulu merupakan tradisi tulis di Sumatera Selatan yang menggunakan aksara Ka-Ga-Nga, yang saat ini sudah tidak dipergunakan lagi. Kata “Ulu” merujuk pada naskah-naskah tradisi tulis yang dulu berkembang di pemukiman yang berdiri di hulu-hulu sungai atau disebut dengan daerah [[Ulum hadis|ulu]].
Dengan demikian, seluruh produk tulisannya disebut dengan surat ulu atau serat ulu, yang mana kata ‘serat atau surat’ berarti tulisan. Umumnya, surat ulu ditulis di atas kulit kayu atau disebut juga kakhas dan ada juga yang ditulis di gelondongan bambu.
Dalam satu manuskrip surat ulu terdapat banyak hal, yang menyingkap sejarah, tradisi, serta adat istiadat
Penyimpanan Surat Ulu di Sumatera Selatan tidak dilakukan dengan teknik penyimpanan yang tepat. Oleh karenanya, dikhawatirkan akan lekas rusak karena terpengaruh kelembaban.
Sejumlah Surat Ulu di Sumatera Selatan yang masih terawat dan diharapkan dapat terjaga dalam waktu lama saat ini berada di Pagaralam, Lahat, dan Muara Enim. Surat Ulu dibuat dan
Para Sejarawan memperkirakan Aksara Surat Ulu berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya. Buktinya terdapat pada Prasasti Kota Kapur di Kota Kapur, Bangka Barat yang mana menggunakan aksara yang sama untuk menulis isi prasasti.
Baris 17:
<ref>Referensi</ref>
Referensi
[http://warisanbudaya.kemendikbud.go.id warisanbudaya.kemendikbud.go.id]
|