Rumah Ulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 16:
=== Teras/Garang dan tangga ===
Elemen garang dan tangga adalah elemen yang cukup penting dalam menandai arsitektur tradisional di Sumatera Selatan, demikian pula dengan arsitektur tradisional rumah ulu Minanga. Pada arsitektur tradisional rumah ulu terdapat dua jenis garang yaitu garang depan dan garang belakang. Garang-garang tersebut merupakan area transisi dari tanah untuk masuk ke dalam rumah melalui tangga, terutama garang depan. Namun demikian garang-garang tersebut juga berfungsi sebagai area mengeringkan barang-barang rumah tangga. Kedua garang, depan dan belakang bersifat terbuka tanpa atap. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai area pengering. Sebaliknya ruang tangga dilindungi oleh atap. Anak-anak tangga dimanfaatkan sebagai tempat duduk, berangin sambil berinteraksi dengan tetangga ataupun anggota keluarga, termasuk pula kegiatan petanan (mencari kutu). Letak garang dan tangga di sisi daratan, tetapi berorientasi ke arah sungai.
== Perbedaan golongan ==
Rumah ulu antara golongan bangsawan dan rakyat biasa mempunyai perbedaan mendasar pada bentuk dan susunan lantainya.<ref>Sukanti, dkk., 1994. ''Rumah Ulu Sumatera Selatan''. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan ,“Balaputra Dewa”, Palembang.</ref> Rumah untuk rakyat kebanyakan memiliki lantai pada satu ketinggian atau tidak berundak. Sebaliknya, lantai rumah untuk keturunan pangeran atau bangsawan memiliki ketinggian berbeda, atau dibuat berundak yang terdiri dari tiga tingkatan/pangkat. Pangkat I, paling atas dipergunakan oleh keluarga atau keturunan pangeran saat acara perkawinan atau selamatan. Pangkat II ditempati oleh masyarakat yang mempunyai marga, sedangkan pangkat II untuk rakyat biasa. Keadaan ini memiliki kemiripan dengan rumah limas yang mempunyai lantai berundak atau kekijing. Walaupun demikian, terdapat juga rumah limas yang hanya mempunyai satu ketinggian lantai dan dikenal sebagai rumah Limas Gudang. Rumah ulu pada dasarnya dihiasi juga dengan ornamen dan ukiran yang terletak pada tiang, balok, pintu dan ''listplank''. Ornamen tersebut menunjukkan dengan jelas pengaruh agama Islam di masyarakat. Ragam hias non geometris pada rumah ulu pada umumnya berupa motif tumbuh-tumbuhan atau flora. Motif hewan jarang dijumpai. Motif yang paling banyak ditemui adalah motif sukuran yang menyiratkan tentang kehidupan yang berkesinambungan. Motif dari bunga tertentu dan matahari pada rumah Ulu, juga memberikan arti yang dalam serta terkait dengan kehidupan manusia.
== Referensi ==
|