Guritan Kaur Bengkulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Mutaya (bicara | kontrib)
sunting sumber
Baris 1:
Guritan merupakan sebuah puisi balada, atau puisi rakyat yang berisi cerita tentang kisah-kisah orang yang berkuasa, tokoh pujaan, dan atau orang yang menjadi pusat perhatian pada suatu masa. <ref name=":0">https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=c55e45a0a6-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_20_08_22&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-c55e45a0a6-301696849</ref>Guritan Kaur Bengkulu menjadi bagian dari budaya dan adat istiadat masyarakat Sumatera Selatan khususnya daerah Bengkulu. Guritan merupakan sebuah pertunjukan yang dilaksanakan khusus di hari kematian seseorang.
 
== Tokoh-tokoh Guritan ==
<ref>https name=":0" //warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=c55e45a0a6-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_20_08_22&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-c55e45a0a6-301696849</ref>Guritan bisa memiliki tokoh sentral dalam alur ceritanya, seperti di dalam kisah cerita Raden Kesian. Di dalam cerita ini akan ditemui cerita tentang orang-orang perkasa dan tokoh pujaan yang jadi pusat perhatian masyarakat seperti Ratu Agung, Raden Kesian, Raden Alit, Remas Salit, Selimur Remas, Itam Manis, Ali Junjungan, Imam Deriak, dan sebagainya. Begitu pula dengan cerita-cerita lainnya Guritan Bujang Remalun, Guritan Raden Peturun, Guritan Rindang Papan dan sebagainya.
 
== Cerita Guritan Tentang Kehidupan ==
Umumnya guritan-guritan itu diciptakan dengan tujuan untuk menghibur masyarakat, sebagai bagian dari pertunjukan guritan.<ref>https name=":0" //warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=c55e45a0a6-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_20_08_22&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-c55e45a0a6-301696849</ref> Pertunjukan guritan biasanya ditampilkan di tempat seseorang yang tertimpa musibah kematian. Di dalam alur guritan mengandung cerita suka dan duka kehidupan, hidup sampai kematian, dan seterusnya.
 
Orang yang mempertunjukan guritan disebut Tukang Guritan. Dalam sebuh pertunjukan guritan ada dua cara yang umum terjadi di masyarakat antara lain dengan persiapan dan tanpa persiapan. Pertunjukan guritan tanpa persiapan biasanya terjadi karena tukang guritan sudah berada di rumah duka.<ref>https name=":0" //warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=c55e45a0a6-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_20_08_22&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-c55e45a0a6-301696849</ref> Sesudah pengajian, berdasarkan permintaan hadirin tukang guritan diminta untuk mengadakan pertunjukan guritan di depan para pelayat. Peralatan yang digunakan untuk melakukan pertunjukan guritan hanyalah Sambang dan bantal. Sebagai sastra daerah, Guritan Raden Kesian di daerah Ulu Kinal sudah jarang dipertunjukan, baik oleh anggota masyarakat yang menggunakan bahasa Pasemah maupun pendukung-pendukung lainnya.
 
== Penghargaan ==
Gubernur Bengkulu Rahidin Mersyah bersama Bupati Kaur Gusril Pausi.S.sos, Resmi menerima piagam penghargaan dari KementrianKementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI <ref>http://berita24.id/ditetapkan-guritan-sebagai-warisan-tingkat-nasional-kaur-terima-piagam-penghargaan/</ref>di gedung Kesenian Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Piagam penghargaan ini diperoleh atas usulan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kaur karena telah berusaha melestarikan Guritan Kaur Bengkulu selama ini. Hari diterimanya pengahargaanpenghargaan itu ditetapkan pula sebagai hari ditetapkannya Guritan sebagai Warisan Budaya Tingkat Nasional.
 
== Referensi ==