Kampung Arab Al Munawar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alossie Dallas (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alossie Dallas (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
== Deskripsi ==
Kampung Arab tidak hanya ada di [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Palembang ternyata juga mempunyai kampung yang dihuni oleh penduduk-penduduk yang datang dari [[Timur Tengah]].Kampung ini sudah ada ketika Belanda saat itu menduduki Indonesia. Nama kampung ini konon diambil dari tokoh sepuh Habib Hasan Abdurrahman Al-Munawar yang kemudian menjadi pemimpin setelah Belanda melakukan pendekatan pada etnis Arab dan dia diberi pangkat kapten dan wafat pada tahun 1970. Beberapa sumber menyatakan, bahwa kampung ini terdiri dari 30 kepala keluarga yang merupakan keturunan asli [[Arab Saudi|Arab]] dengan ciri khas wajah mereka. Desa wisata kampung Arab Al Munawar ini berada di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir maupun Ulu. Tepatnya di kawasan 13 Ulu, Palembang. Keunikan utama yang membuat penasaran wisatawan datang ke sini adalah bangunannya. Setidaknya ada delapan rumah yang menjadi cagar budaya di sini. Ada rumah tinggi, darat, tipe indie, kembar darat, hingga kembar laut yang konon usianya sudah sekitar lebih dari 300 tahun. Delapan rumah yang sudah lebih dari dua abad bertahan ini tidak hanya kokoh tak termakan zaman dan bahkan masuk ke dalam cagar budaya, dan dirawat secara rutin demi menjaga kearifan lokalnya. Bangunan tersebut juga masih mengandalkan arsitekturnya yang khas dan unik. Setiap rumah memiliki desain ornamen Timur Tengah atau pengaruh [[Eropa]] yang masih asli dan klasik, selain itu terdapat gaya rumah dengan pengaruh dari daerah lain di Indonesia seperti ada yang berbentuk Limas, rumah adat Sumatera Selatan. Kampung ini terkenal juga dengan lorong-lorongnya yang cantik dan tua. Jendela dan pintunya berukuran besar. Sebagian besar terbuat dari kayu tua yang masih kuat. Ciri khas rumahnya yaitu rumah panggung dengan lantai bawah yang berbahan marmer dan bermotif tradisional yang terbuat dari marmer juga serta ukiran-ukiran kayu di bagian atas rumah. Terdapat juga kubah ala Turki yang ditempatkan menghadap Sungai Musi untuk menambah kesan Timur Tengah yang cantik. Desa bersejarah ini berada dekat Sungai Musi dan pengunjung dapat merasa berada di rumah sendiri karena penduduk kampung yang sangat ramah pengunjung dan menyediakan banyak tempat duduk tradisional dari kayu yang ditata rapi untuk pengujung. Kampung Arab Al Munawar ini buka setiap hari tetapi kecuali hari Jumat, dari jam 08.30 pagi hingga 17.00 sore. Bangunan klasik merupakan ciri khas dari kampung ini yang terkenal di kalangan pengunjung. Sore hari menjadi waktu yang tepat untuk menikmati keindahan bangunan menawan ini. Di kampung ini kuliner khas Arab juga terkenal di sini, seperti [[Nasi kebuli|nasi kebuli]] dan campuran kismis beserta lauk pauk seperti gulai kambing, serta terdapat kedai [[kopi]] khas buatan dari kampung ini hingga [[sambal]], pengunjung akan diajak untuk makan makanan tersebut dengan tradisi makan bersama secara lesehan dengan nuansa Arab. Kampung ini juga terkenal sebagai sekolah agama [[Islam]] untuk menimba ilmu agama Islam yang menjadi tiang utama. Dan juga untuk hari sekolah dimana hari Jumat merupakan hari libur namun hari Minggu sekolah tetap berlangsung. Terdapat hal menarik di kampung ini yaitu, tradisi yang tidak memperbolehkan anak perempuan menikah dengan laki-laki dari luar kampung, sedangkan untuk pria diperbolehkan. Selain aturan untuk penduduk ada juga aturan untuk pengunjung, yakni harus memakai pakaian sopan serta menutup aurat, bagi yang belum menikah dilarang untuk melakukan kegiatan seperti berfoto berdua serta tidak boleh duduk berduaan. Kegiatan kesenian seperti Gambus, akan terlihat menonjol pada hari-hari tertentu seperti Maulid Nabi, Bulan Ramadhan, dan Tahun Baru Islam.<ref>http://www.satyawinnieindustry.comco.id/2016read/0214825/kampungmempelajari-altradisi-munawararab-rekamdi-jejakkampung-arabal-dimunawar-palembang.html</ref>