Ghatib Beghanyut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Ghatib Beghanyut''' adalah ritual tolak bala yang dilaksanakan oleh masyarakat muslim di beberapa daerah di [[Riau|Provinsi Riau]] seperti di kabupaten [[Siak]], [[Mempura, Siak|Mempura]] (Kabupaten Siak Sri Indrapura), dan di Kecamatan [[Bukit Batu, Bengkalis|Bukitbatu]] (Kabupaten Bengkalis). Istilah ''Ghatib'' dan ''Beghanyut'' sebenarnya merupakan
== Sejarah ==
Menurut H Said Muzani, seorang tokoh masyarakat Siak, awal mula munculnya ritual ini berasal dari berbagai musibah berkepanjangan yang menimpa Kesultanan Siak seperti issue orang hitam, wabah (sampar), malaria, dan musibah atau penyakit lainnya. Guna menyelesaikan berbagai persoalan ini, para tetua melakukan musyawarah dan kemudian memutuskan untuk melakukan ritual tolak bala dalam bentuk membacakan ratib (''ghatib'') beramai-ramai. Kegiatan ini sebenarnya merupakan kegiatan independen yang dilakukan oleh masyarakat Siak, tanpa peran langsung dari kesultanan. Ritual diawali pada malam hari sesudah salat [[maghrib]] dengan melihat air surut pada sore hari, dan rangkaian acara baru dimulai setelah dilaksanakannya salat [[Isya'|isya]] dengan berjalan berkeliling kampung, yang diikuti oleh semua masyarakat dengan membawa obot sebagai alat penerangan. Setelah menyelesaikan perjalanan berkeliling kampung, masuklah ke acara
== Pelaksanaan ==
Ritual ghatib pada masa kini dilaksanakan saat bulan [[Safar]] setelah sholat isya, dan bertempat di Sungai Jantan (Siak). Tempat permulaan kegiatan ini adalah Pelabuhan LASDAP dan berakhir di Feri Penyeberangan Belantik, Desa [[Langkai, Siak, Siak|Langkai]], Siak. Kapal yang digunakan adalah kapal feri serta tiga puluh perahu mesin yang masing-masingnya bermuatan masing sepuluh orang. Sebelum ghatib beghanyut dilaksanakan, seluruh peserta akan berkeliling kampung mengenakan pakaian serba putih dan melaksanakan ziarah ke makam sultan Siak yang terletak di Kecamatan Siak. Pada perhelatan ghatib beghanyut, perangkat adat hingga orang kaya dilibatkan untuk mengikuti proses menolak bala.
Peserta yang diperkenankan mengikuti ghatib beghanyut adalah khusus untuk kaum laki-laki, yang kemudian akan dipimpin oleh seorang ulama dengan lantunan-lantunan dzikir. Ulama tersebut akan bertakbir dan diikuti oleh seluruh masyarakat, baik yang menaiki sampan atau hanya menyaksikan dari tepian sungai. Sambil berzikir di atas sampan yang terus berjalan
== Referensi ==
|