Ilmu pengetahuan Islam abad pertengahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
+
Pierrewee (bicara | kontrib)
+
Baris 4:
 
Ilmu pengetahuan Islam abad pertengahan memiliki maksud praktis serta tujuan pemahaman. Sebagai contoh, astronomi berguna untuk menentukan [[Kiblat]], arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan salat, botani memiliki penerapan praktis dalam pertanian, seperti dalam karya-karya [[Ibnu Bassal]] dan [[Ibnu al-'Awwam]], dan geografi memungkinkan [[Abu Zayd al-Balkhi]] membuat peta yang akurat. Matematikawan Islam seperti [[al-Khwarizmi]], [[Ibnu Sina]], dan [[Jamshid al-Kāshī]] mengembangkan metode dalam [[aljabar]], [[geometri]], dan [[trigonometri]]. Para dokter Islam menjabarkan penyakit seperti [[cacar]] dan [[campak]] dan menantang teori medis Yunani klasik. [[Al-Biruni]], Ibnu Sina, dan yang lainnya menjabarkan preparasi ratusan [[obat]] yang terbuat dari [[tumbuhan obat]] dan senyawa kimia. Fisikawan Islam mempelajari optika dan mekanika (serta astronomi) dan mengkritik pandangan [[Aristoteles]] tentang gerak.
 
Pentingnya ilmu pengetahuan Islam abad pertengahan telah diperdebatkan oleh para sejarawan. Pandangan tradisionalis berpendapat bahwa ilmu pengetahuan Islam kurang inovasi, dan terutama penting untuk menyampaikan pengetahuan kuno kepada [[Abad Pertengahan|Eropa abad pertengahan]]. Pandangan revisionis menyatakan bahwa ilmu pengetahuan Islam merupakan revolusi ilmiah. Apa pun argumennya, ilmu pengetahuan berkembang di seluruh daerah luas di sekitar Laut Tengah dan lebih jauh lagi, selama beberapa abad, di berbagai institusi.
 
==Referensi==