Nahdlatul Ulama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 158.140.173.25 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Ardiansyah Bagus Suryanto Tag: Pengembalian |
Mahfudzz125 (bicara | kontrib) |
||
Baris 39:
== Paham Keagamaan ==
NU menganut paham [[Ahlussunah waljama'ah]], merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya [[al-Qur'an]], [[sunnah]], tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti [[Abu al-Hasan al-Asy'ari]] dan [[Abu Mansur Al Maturidi]] dalam bidang [[teologi]]/
Gagasan kembali
== Daftar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ==
Baris 49:
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.
Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti
Berdasarkan lokasi dan karaktaristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau [[Jawa]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]] dan [[Sumatera]]. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki
Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat ini di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap kepengurusan NU.
== Organisasi ==
Baris 71:
# Pengurus Wilayah (tingkat Provinsi), terdapat 33 Wilayah.
# Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
# Pengurus
# Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Baris 109:
Merupakan pelaksana program Nahdlatul Ulama (NU) yang memerlukan penanganan khusus. [http://www.nu.or.id/about/lajnah Berdasarkan perubahan AD/ART hasil Muktamar 33 NU di Jombang, Lajnah Nahdlatul Ulama]<ref>http://www.nu.or.id/about/lajnah</ref> digantikan dengan lembaga. Semula ada 3 (tiga) Lajnah yaitu:
# [[Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU)]] menjadi Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU)
# [[Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LF-NU)]] menjadi Lembaga
# [[Lajnah Pendidikan tinggi (LPT-NU)]] menjadi Lembaga Pendidikan Nahdlatul Ulama (LPTNU)
Baris 137:
== NU dan Politik ==
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti [[pemilu 1955]]. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa [[Demokrasi Terpimpin]] NU dikenal sebagai partai yang mendukung [[Soekarno]], dan bergabung dalam NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili Partai Nasional Indonesia (PNI), Agama Partai Nahdhatul Ulama dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
NU kemudian menggabungkan diri dengan [[Partai Persatuan Pembangunan]] pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa [[orde baru]]
Namun setelah [[reformasi 1998]], muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah [[Partai Kebangkitan Bangsa]] yang dideklarasikan oleh [[Abdurrahman Wahid]]. Pada [[pemilu 1999]] PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan [[Abdurrahman Wahid]] sebagai [[Presiden RI]]. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.
|