Demokrasi di Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12:
Nilai-nilai Nasionalisme Romantik itu kemudian terserap oleh masyarakat Jerman kala itu, dan salah satu tokohnya adalah [[Johann Gottfried von Herder]] (1744-1803). Von Herder percaya bahwa [[Tuhan]] telah menciptkan semua bangsa-bangsa dari asal-usul yang berbeda, sehingga setiap bangsa memiliki keunikan bahasa, budaya, dan tradisi yang berbeda-beda dan setiap bangsa itu memiliki kontribusinya masing-masing dalam pembentukan peradaban dengan keunikannya masing-masing. Bagi Von Herder, penerimaan terhadap kebudaayan bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya adalah sesuatu yang salah dan membuatnya gusar, terutama saat kelas [[elit]] di [[Jerman]] yang saat itu menerima [[Bahasa Prancis]] melalui sebuah usaha yang disebut [[sofistifikasi]], sehingga menurut Von Herder hal ini telah merusak kebudayaan asli [[Jerman]].<ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 125</ref>
[[Berkas:Bundesarchiv Bild 146-2004-0096, Kaiser Wilhelm II. minifoto.jpg|jmpl|257x257px|Kaisar Wilhelm II]]
Nasionalisme Jerman semakin menjadi ketika Pasukan [[Revolusi Prancis]] atau [[Republik Ketiga Prancis]] menduduki [[Jerman]] atas nama “Pembebasan Jerman”. Banyak orang Jerman kemudian bereaksi melawan [[Prancis]], yang kemudian melahirkan suatu konsepsi nasionalisme, yakni [[Nasionalisme Jerman]]. Salah satu tokoh nasionalis Jerman adalah [[Johann Fitche]] (1763-1814). Fitce mengkonversi pemikiran Von Herder menjadi lebih politis dalam salah satu bukunya yang berjudul [[Address to The German Nation of 1807-08|''Address to The German Nation of 1807-08'']], di dalam bukunya itu, Fiche menyerukan agar seluruh [[Bangsa Jerman]] bersatu untuk melawan pendudukan [[Prancis]] dan Bangsa Jerman tidak boleh hanya membersihkan dirinya sendiri dari pengaruh politik asing, tetapi juga pengaruh budaya dan intelektual asing. Ide-ide Fitche dan Von Herder itulah yang kemudian melandasi konsep [[Nasionalisme Jerman]] dan [[Pan-Jermanisme]].<ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 123 dan 137</ref>
== Era Kaisar ==
Baris 71:
Namun, yang berbeda antara [[Jerman Barat]] dengan [[Amerika Serikat]] adalah bentuk pemerintahannya, yaitu kedudukan [[kanselir Jerman Barat]] lebih mirip [[Perdana Menteri Inggris]] daripada [[Presiden Amerika Serikat]]. Majelis Tinggi di [[Parlemen Jerman Barat]] atau [[Bundesrat]] memiliki hak veto mutlak atas pembuatan undang-undang dan kewenangan tertinggi untuk menunjuk seorang kanselir. Memposisikan parlemen sebagai lembaga tertinggi juga sekaligus mencegah terulangnya kedudukan presiden menjadi otoritas tertinggi seperti era [[Paul von Hindenburg]]. [[Presiden Republik Federal Jerman Barat]] lebih sebagai kepala negara saja, dipilih melalui Majelis Rendah atau [[Bundestag]]. Karena tidak memiliki mandat dari rakyat dan kewenangan konstitusinya sempit, maka posisi Presiden Republik Federal Jerman tidak strategis.<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
Posisi presiden yang tidak memiliki kewenangan strategis seperti di era [[Republik Weimar]], maka kepala pemerintahan di Jerman Barat di pimpin oleh [[Kanselir]]. Kanselir menjadi pusat dan titik berat dari sistem politik di [[Jerman Barat]]. Kanselir memiliki
[[Hukum Dasar Bonn]] juga membatasi agar kabinet kanselir Jerman Barat tidak bisa dengan mudah digoyahkan, salah satunya adalah, bila Bundestag ingin menjatuhkan pemerintah, maka Bundestag harus memiliki suara mayoritas absolute dan bila ingin menaikkan kanselir baru, Bundestag juga memerlukan suara mayoritas absolut. Peraturan ini membuat kedudukan eksekutif di Jerman Barat menjadi sangat kuat dan tetap ada jaminan nilai-nilai [[demokrasi]] yang didasari dalam [[Hukum Dasar Bonn]].<ref>Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 420</ref>
|