Budaya dan bahasa Melayu Bengkulu, sama seperti Melayu lainnya di [[SumateraSumatra]] dan [[Semenanjung Malaka]], yaitu memiliki falsafah hidup yang membenci pertikaian. Pertikaian ala Melayu biasanya dilakukan dengan cara berbalas [[pantun]], begitu juga dengan Melayu Bengkulu, yaitu dengan menggunakan pantun. Tidak hanya pertikaian, namun berpantun juga sering digunakan untuk berdendang. Berdendang sambil berpantun yang panjang dilakukan di saat acara-acara resmi, seperti [[pernikahan]], dan dilakukan semalam suntuk oleh puluhan orang bersama-sama dan bersahut-sahutan.