Menaldi Rasmin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 30:
Menaldi menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Jakarta. Ia berhasil tamat dari SMA pada tahun 1975 dan melanjutkan pendidikan tingginya di [[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia]], namun hanya dijalaninya selama satu tahun, karena kemudian ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang berhasil diselesaikannya pada tahun 1981.
 
Setelah menyelesaikan program dokter inpres yang dijalaninya di [[SumateraSumatra Barat]] sejak tahun 1982 sampai 1985, Menaldi mengikuti program pendidikan dokter spesialis penyakit paru (pulmonologi) yang berhasil diselesaikannya pada Januari 1991. Ia juga pernah menempuh pendidikan di luar negeri, seperti di [[Prancis]] untuk bidang kegawatdaruratan dan memasang stent dalam saluran napas, dan juga ke [[Jepang]] untuk mendalami ilmu tentang critical care.<ref>[http://www.kalbemed.com/Portals/6/29_189Profil-Prof%20dr%20Menaldi%20Rasmin.pdf ''"Janganlah Beranggapan bahwa Pasien Selalu Butuh Dokter"''] Kalbemed.com, vol. 39 no. 1, th. 2012. Diakses 20 Agustus 2013.</ref>
 
==== Karier ====
Setelah meraih gelar dokter dari FKUI pada tahun 1981, Menaldi ditugaskan untuk mengikuti program dokter inpres di SumateraSumatra Barat yang dijalaninya dari tahun 1982 sampai 1985 bersama istrinya yang juga seorang dokter. Setelah mendapatkan gelar spesialis paru (pulmonologi) pada Januari 1991, Menaldi lebih banyak berkecimpung dalam bidang manajemen institusi. Ia sempat memimpin sebagai ketua pada Divisi Pulmonologi Intervensional dan Gawat Napas Departemen Pulmonologi FKUI serta Wakil Dekan bagian kemahasiswaan sepanjang tahun 1994 sampai 1999.
 
Pada tahun 2004 sampai 2008, ia pun dipercaya memimpin sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Pulmonologi FKUI pada tahun 2008. Disamping aktif sebagai pengajar, Menaldi ditugaskan oleh pemerintah selama 9 bulan untuk mengikuti Kursus Kepemimpinan Nasional di [[Lemhannas]]. Pendidikan tersebut membuat Menaldi terlatih untuk melihat dan mengenal persoalan-persoalan lain di luar dunia kesehatan, seperti SDM, politik, hubungan internasional, dan lain-lain.