Parameswara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibra Bintang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 53:
== Kehidupan ==
=== Jatuhnya Singapura ===
Pada tahun 1389, Sri Maharaja Singapura digantikan oleh putranya, Iskandar Shah. Meskipun menggunakan gelar [[Persia]], namun tidak ada bukti yang mengatakan bahwa ketika itu dia telah memeluk agama Islam. Namun dalam catatan ''Malay Annals'', pengaruh Islam di Singapura telah ada sejak masa pemerintahan Sri Rana Wikrama, ketika ia pertama kali menjalin hubungan dengan kerajaan muslim SumateraSumatra, [[Kerajaan Perlak|Perlak]].<ref>{{harvnb|Tsang|Perera|2011|p=120}}</ref> Salah satu sumber mengklaim bahwa Parameswara memiliki isteri seorang wanita muslim dan kemudian ia mengubah agamanya menjadi muslim.<ref>{{cite web|url=http://www.sabrizain.org/malaya/parames.htm |title=Parameswara |publisher=Sejarah Melayu |accessdate=21 Mei 2013}}</ref>
 
Seperti disebutkan dalam Sejarah Melayu, kisah jatuhnya Singapura dan larinya raja terakhir, disebabkan atas tuduhan Iskandar Shah kepada salah satu selirnya yang melakukan perzinaan. Sebagai hukuman, raja menelanjangi selir itu di depan umum. Untuk membalaskan dendamnya, ayah selir itu, Sang Rajuna Tapa yang juga seorang pejabat di pengadilan Iskandar Shah, diam-diam mengirim pesan kepada [[Wikramawardhana]] dari [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]], untuk menyerang Singapura. Pada tahun 1398, Majapahit mengirimkan armadanya yang terdiri dari tiga ratus kapal perang utama dan ratusan kapal kecil, membawa tidak kurang dari 200.000 orang. Awalnya, tentara Jawa bertempur di luar benteng dengan penduduk Singapura. Sebelum akhirnya memaksa mereka untuk mundur ke belakang tembok. Kekuatan invasi Jawa terus melakukan pengepungan kota dan berulang kali mencoba untuk menyerang benteng, namun benteng tak dapat ditembus.<ref>{{harvnb|Tsang|Perera|2011|p=120}}</ref><ref>{{harvnb|Sabrizain|p=[http://www.sabrizain.org/malaya/parames1.htm Palembang Prince or Singapore Renegade?]}}</ref><ref>{{harvnb|A. Samad|1979|pp=69–70}}</ref>
Baris 70:
 
== Warisan ==
Beberapa dekade setelah berdirinya Kerajaan Malaka, kota itu berkembang menjadi pelabuhan perdagangan internasional yang digembar-gemborkan sebagai masa keemasan [[Ras Melayu|Bangsa Melayu]]. Ketika itu ada 80 bahasa yang digunakan di Malaka. Kota itu menjadi pelabuhan penting di timur jauh selama abad ke-16. Sehingga penulis Portugis [[Tome Pires]] pernah mengatakan: "''Siapapun yang menguasai Malaka maka dia akan memiliki [[Republik Venesia|Venesia]]''".<ref>{{harvnb|Cortesao|1990|p=lxxv}}</ref> Malaka merupakan Kesultanan Melayu yang baru, sebagai basis utama dalam melanjutkan perjuangan bersejarah pendahulunya: Singapura dan Sriwijaya, terhadap musuh mereka yang berbasis di Jawa. Pada pertengahan abad ke-15, Majapahit tak mampu lagi mengontrol naiknya kekuatan Malaka yang mulai mengendalikan [[Selat Malaka]] dan memperluas pengaruhnya ke SumateraSumatra. ''Malay Annals'' mencatat bahwa pada puncak kekuatannya, setelah pengangkatan Sultan Mansur Shah pada tahun 1459, wilayah Malaka menguasai sebagian besar [[Semenanjung Malaya]], [[Kepulauan Riau]], dan sebagian pantai timur SumateraSumatra yaitu Indragiri, [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Siak|Siak]], Rokan, Haru, dan Siantan. Malaka terus memperluas wilayahnya hingga akhir tahun 1506 ketika mereka menaklukkan [[Kelantan]].<ref>{{harvnb|Ahmad Sarji|2011|p=119}}</ref>
 
Kemakmuran Malaka sebagai pelabuhan internasional telah mengubah konstelasi politik di seluruh [[Kepulauan Melayu]], dan keberhasilannya dikagumi oleh raja-raja dari kerajaan tetangga. Sebagai tempat penyaluran barang terbesar, Malaka menarik pedagang muslim dari berbagai belahan dunia dan kemudian menjadi pusat penyebaran Islam ke seluruh Kepulauan Melayu. Proses Islamisasi di wilayah sekitar Malaka secara bertahap terjadi secara intensif antara abad ke-15 dan 16 melalui pusat studi di Upeh, di tepi utara Sungai Malaka. Islam menyebar dari Malaka ke Jambi, Kampar, Bengkalis, Siak, Aru, dan Kepulauan Karimun di SumateraSumatra, di banyak Semenanjung Melayu, Jawa, dan bahkan Filipina. ''Malay Annals'' bahkan mengungkapkan bahwa pada masa itu pengadilan Malaka dan [[Kerajaan Pasai|Pasai]] saling mengajukan pertanyaan teologis dan masalah satu sama lain. Berdasarkan catatan sejarah dua di antara sembilan orang penyebar Islam di tanah Jawa ([[Wali Songo]]), yakni [[Sunan Bonang]] dan [[Sunan Kalijaga]], pernah belajar di Malaka.<ref>{{harvnb|Ahmad Sarji|2011|p=116}}</ref> Ekspansi Islam ke pedalaman Jawa pada abad ke-15, menyebabkan menurunnya kekuasaan musuh lama Malaka, yakni Hindu-Majapahit, sebelum akhirnya menyerah pada pasukan muslim lokal yang muncul di awal abad ke-16.
 
== Biografi ==