Sembah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
Baris 13:
Pranāma atau [[Namaste]], bagian dari budaya India kuno telah menyebar ke [[Asia Tenggara|Asia tenggara]], yang merupakan bagian dari indosphere dari Pinggiran India, melalui [[Agama Hindu di Asia Tenggara|penyebaran agama Hindu]] dan [[Penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra|Buddha]] dari India. Sembah berasal dari ucapan penghormatan kuno yang dilakukan untuk menunjukkan antara [[Sujud (Buddhisme)|sujud]], atau menempelkan kedua tangan telapak tangan bersama-sama dan membungkuk ke tanah. Gerakan ini pertama kali muncul 4000 tahun yang lalu pada segel tanah liat dari [[Peradaban Lembah Sungai Indus|Peradaban Lembah Indus]].<ref>{{cite web | title = Economics of the Indus Valley Civilization | url = http://www.csuchico.edu/~cheinz/syllabi/asst001/fall97/2chd.htm | author = Chad Greenwood | deadurl = yes | archiveurl = https://web.archive.org/web/20071226125638/http://www.csuchico.edu/~cheinz/syllabi/asst001/fall97/2chd.htm | archivedate = 2007-12-26 | df = }}</ref> Hal ini kemudian dinamakan sebagai ''[[Anjali Mudra|Añjali Mudra]]'', dan budaya dharma endemik dari peradaban [[Umat Hindu|Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] di [[Subbenua India|benua India]].
Pada awal abad pertama, peradaban Hindu-Buddha mulai menyebar pengaruh mereka di Indonesia, dan pada awal abad ke-4 pemerintahan Hindu telah mendirikan kekuasaan mereka di Jawa,
== Sosial dan budaya ==
Baris 23:
Dalam tradisi Sunda dari Jawa Barat, ''sembah'' sering mengganti jabat tangan modern yang dilakukan secara timbal balik; dengan hampir menyentuhkan ujung jari satu sama lain, kemudian mengangkatnya ke depan wajah sampai ibu jari menyentuh ujung dari hidung sendiri.
Dalam budaya Jawa dan Sunda, biasanya tidak ada kata-kata yang diucapkan selama melakukan ''sembah''. Namun, dalam budaya Bali kata yang sering diucapkan dengan ''sembah'' saat menyapa seseorang adalah ''om swastiastu'',<ref>{{Cite web|url=http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|title=How should I greet a Balinese?|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923181743/http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|archive-date=2015-09-23|dead-url=yes}}</ref> yang seasal dengan kata ''sawatdee'' dalam bahasa [[Bahasa Thai|Thailand]], yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]]. Dalam bahasa Sansekerta, kata ''svasti'' bermakna yang aman, bahagia dan sejahtera, dan ''astu'' yang bermakna berarti mudah-mudahan. Dengan demikian, ''[[Om Swastiastu]]'' berarti: "Oh Tuhan, aku berharap semua kebaikan (keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan) datang dari segala arah."<ref>{{Cite web|url=https://baliround.wordpress.com/2012/01/08/om-swastyastu/|title=Om Swastyastu}}</ref> Namun, pada zaman Indonesia kuno, tampaknya bahwa kata "swasti" adalah kata yang diucapkan ''saat sembah'', dengan bukti yang terlutis dalam beberapa prasasti batu yang ditemukan di Jawa dan
Hari ini, gestur Sembah telah diadopsi, terutama di [[Pariwisata di Indonesia|parawisata di Indonesia]], seperti yang dilakukan oleh pramugari dari Maskapai [[Garuda Indonesia]] untuk menyapa penumpang sebelum dan setelah penerbangan,<ref>{{Cite web|url=https://www.garuda-indonesia.com/id/en/garuda-indonesia-experience/service-concept/index.page|title=The concept of Indonesian hospitality is applied into several icons to delight the five senses|publisher=Garuda Indonesia}}</ref> dan Sembah juga biasa dilakukan sebagai ucapan selamat datang oleh staf di hotel, resor, dan spa di seluruh Indonesia.
|