Sukanto Tanoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 13:
|successor1 =
|birth_date = {{birth date and age|1949|12|25}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Medan Belawan, Medan|Belawan]],[[SumateraSumatra Utara]], [[Indonesia]]
|death_date =
|death_place =
Baris 45:
 
== Aktivitas bisnis ==
Kepentingan bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the [http://www.rgei.com/id Royal Golden Eagle International (RGEI)]. Grup bisnis tersebut memiliki jumlah karyawan lebih dari 50.000 orang yang tersebar di seluruh dunia dengan total aset lebih dari 15 milyar dolar, yang meliputi empat area bisnis utama: pulp dan kertas (APRIL), agro industri (Asian Agri), dissolving wood pulp dan viscose staple fibre (sateri Holdings Limited) dan pengembangan sumber daya energy (Pacific Oil & Gas).<ref name="FortuneIndonesia"/> APRIL harus menghadapi kontroversi tentang konservasi yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan alam di SumateraSumatra.<ref>ABC Foreign Correspondent |url=http://www.abc.net.au/foreign/content/2011/s3283804.htm</ref><ref>Indonesian Paper Giant APRIL’s Certification Status Suspended |url=http://ran.org/indonesian-paper-giant-april%E2%80%99s-certification-status-suspended#ixzz2Hr7K3lFj</ref> Kontroversi tersebut menyebabkan perusahaan mengundurkan diri dari keanggotaan [[Forest Stewardship Council]] di April 2010. Pada September 2011, [[Fuji Xerox]]menghentikan menjual kertas yang diproduksi oleh APRIL. Perusahaan membantah tuduhan-tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa perusahaan memiliki komitmen untuk mengimplementasikan praktik-praktik mitigasi perubahan iklim dan mendukung upaya-upaya pembangunan berkelanjutan. |url=http://www.fujixerox.com/eng/company/ecology/topics/2011/0901_april.html</ref> The company has denied the claims, stating it has a commitment to implement practices that mitigate climate change and promote sustainability.<ref name="business2">{{cite web|date=November 2011|title=APRIL’s commitment to being part of the "sustainability solution"|url=http://www.aprilasia.com/images/pdfs/APRIL%27s%20commitment%20to%20being%20part%20of%20the%20sustainability%20solution%20-%20by%20AJ%20Devanesan,%20COO%20APRIL.pdf|publisher=|language=|last=Devanesan|first=A.J.|accessdate=28 April 2014}}</ref>
 
=== PT Indorayon Utama ===
 
Pada tahun 1989, Sukanto Tanoto mulai pabrik pulp di bawah nama PT Inti Indorayon Utama, yang dibangun di sebuah desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea, Danau Toba SumateraSumatra Utara. Namun pabrik ini tidak berjalan lancar karena konflik dengan penduduk setempat, yang berpendapat bahwa Indorayon mencemari daerah, melakukan deforestasi besar besaran dan sengketa tanah. Sejak awal, pabrik pulp pertama di Indonesia itu penuh dengan sengketa.
Izin awal dirilis sengketa tanah yang terkandung, kualitas udara dan air di sekitar Sungai Sunagi Asahan tercemar drastis, menyebabkan penyakit kulit dan pencemaran air, bencana longsor, dan pencemaran gas klor beracun akibat ledakan boiler pada tahun 1993. Namun selama pemerintahan [[Soeharto]], Indorayon bebas dari semua kegiatan karena hubungan dekat antara Sukanto dengan Soeharto. Demonstrasi kepada lembaga pemerintah, yang telah dimulai sejak tahun 1986, gagal menghentikan kegiatan pabrik.<ref>www.liputan6.com/fullnews/1056.html</ref>
Setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, tekanan publik makin keras, tapi selalu dijawab dengan kekerasan dan teror oleh petugas polisi militer yang disewa oleh perusahaan. Bentrokan antara penduduk setempat, staf dan anggota pasukan keamanan yang tidak dapat dihindari dan mengakibatkan enam orang tewas dan ratusan luka-luka pada tahun 1999. Akibatnya, Presiden [[Habibie]] sementara menempatkan pabrik pada berhenti pada tanggal 19 Maret 1999. Meskipun lobi yang dilakukan oleh pendukung Indorayon, termasuk-maka pelayanan perdagangan [[Jusuf Kalla]], pabrik itu ditutup secara permanen oleh Presiden Abrurahman Wahid setelah oposisi sengit dari masyarakat lokal dan aktivis lingkungan diikuti oleh demonstrasi yang lebih fatal <ref>http://www.tempo.co.id/hg/nusa/sumatera/2003/02/02/brk,20030202-06,id.html</ref>.