Abdoel Moeis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 6:
|caption = Abdoel Moeis
|birth_date = {{birth date|1883|07|3}}
|birth_place = [[Sungai Puar, Agam]], [[SumateraSumatra Barat]]
|death_date = {{death date and age|1959|06|17|1883|07|3}}
|death_place = [[Bandung]], [[Jawa Barat]]
Baris 25:
}}
 
'''Abdoel Moeis''' ({{lang-ar|عبد المعز ''<nowiki>'</nowiki>Abd Al-Mu'iz''}}) ({{lahirmati|[[Sungai Puar, Agam]], [[SumateraSumatra Barat]]|3|07|1883|[[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]]|17|06|1959}}) adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan [[Indonesia]]. Dia merupakan pengurus besar [[Sarekat Islam]] dan pernah menjadi anggota [[Volksraad]] mewakili organisasi tersebut. Abdoel Moeis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh [[Presiden RI]], [[Soekarno]], pada 30 Agustus 1959.<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 "DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA"]. ''Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959''</ref>
 
== Latar belakang ==
Baris 40:
Bulan Juni 1919, seorang pengawas Belanda di [[Toli-Toli]], [[Sulawesi Utara]] dibunuh setelah ia berpidato disana.Abdoel Moeis dituduh telah menghasut rakyat untuk menolak kerja rodi, sehingga terjadi pembunuhan tersebut. Atas kejadian itu dia dipersalahkan dan dipenjara.<ref name="Abdoel Moeis2"/> Selain berpidato ia juga berjuang melalui berbagai media cetak. Dalam tulisannya pada harian berbahasa Belanda ''De Express'', Abdoel Moeis mengecam seorang Belanda yang sangat menghina bumiputera.{{fact}}
 
Pada tahun 1920, dia terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Buruh Pegadaian. Setahun kemudian ia memimpin pemogokan kaum buruh di [[Yogyakarta]]. Tahun 1923 ia mengunjungi [[Kota Padang|Padang]], [[SumateraSumatra Barat]]. Disana ia mengundang para penghulu adat untuk bermusyawarah, menentang pajak yang memberatkan masyarakat Minangkabau. Berkat aksinya tersebut ia dilarang berpolitik. Selain itu ia juga dikenakan ''passentelsel'', yang melarangnya tinggal di [[SumateraSumatra Barat]] dan keluar dari Pulau Jawa. Kemudian ia diasingkan ke [[Kota Garut|Garut]], [[Jawa Barat]]. Di kota ini ia menyelesaikan novelnya yang cukup terkenal yaitu ''Salah Asuhan''.
 
Abdoel Moeis merupakan tokoh yang begitu komitmen terhadap perjuangan dan nasib rakyat yang saat itu sedang dijajah. Tidak hanya melalui garis profesi [[sastrawan]], ia bahkan berjuang dalam dunia politik. Tulisan-tulisan Abdoel Moeis yang tajam dan gerakan-gerakan politiknya itulah yang kemudian menyebabkannya dilarang tinggal di tempat kelahirannya. Ia kemudian memilih daerah [[Kabupaten Garut|Garut]] sebagai tanah pengasingannya, dan di sanalah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya.<ref>{{Cite book|title=Jejak-jejak Pengasingan Para Tokoh Bangsa|last=Faidi|first=A|publisher=Saufa|year=2014|isbn=9786022554646|location=Yogyakarta|pages=15-16}}</ref>