Ekspedisi Pamalayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 1:
[[Berkas:Borobudur ship.JPG|200px|ka|jmpl|Model kapal tahun [[800-an|800-an Masehi]] yang terdapat pada candi [[Borobudur]].]]
 
'''Ekspedisi Pamalayu''' adalah sebuah diplomasi melalui operasi kewibawaan militer<ref name="MalayIdentity2001">{{cite journal|last=Reid|first=Anthony|journal=Journal of Southeast Asian Studies|title=Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities|volume=32|issue=3|date=2001|pages=295–313|url=|doi=10.1017/S0022463401000157}}</ref> yang dilakukan [[Kerajaan Singhasari]] di bawah perintah Raja [[Kertanagara]] pada tahun [[1275]]–[[1286]] terhadap [[Kerajaan Melayu]] di [[Dharmasraya]] di [[Pulau SumateraSumatra]].
 
== Latar belakang ==
Baris 8:
''[[Nagarakretagama]]''<ref name="Muljana-2">Muljana, Slamet, (2006), ''Tafsir Sejarah Nagarakretagama'', Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 979-25-5254-5.</ref> mengisahkan bahwa tujuan Ekspedisi Pamalayu sebenarnya untuk menundukkan Swarnnabhumi secara baik-baik. Namun, tujuan tersebut mengalami perubahan karena raja Swarnnabhumi ternyata melakukan perlawanan. Meskipun demikian, pasukan Singhasari tetap berhasil memperoleh kemenangan.
 
Menurut analisis para sejarawan, latar belakang pengiriman Ekspedisi Pamalayu adalah untuk membendung serbuan bangsa [[Mongol]]. Saat itu kekuasaan [[Kubilai Khan]] raja Mongol (atau [[Dinasti Yuan]]) sedang mengancam wilayah [[Asia Tenggara]]. Untuk itu, Kertanagara mencoba mendahuluinya dengan menguasai [[SumateraSumatra]] sebelum datang serbuan dari pihak asing tersebut. Namun ada juga pendapat lain mengatakan bahwa tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk menggalang kekuatan di [[Nusantara]] di bawah satu komando [[Singhasari]] yang bertujuan untuk menahan kemungkinan serangan dari [[Mongol]].
 
== Sasaran ekspedisi ==
Beberapa literatur menyebut sasaran Ekspedisi Pamalayu adalah untuk menguasai negeri [[Melayu]] sebagai batu loncatan untuk menaklukkan [[Sriwijaya]]. Dengan demikian, posisi Sriwijaya sebagai penguasa Asia Tenggara dapat diperlemah. Namun pendapat ini kurang tepat karena pada saat itu kerajaan Sriwijaya sudah musnah. ''[[Nagarakretagama]]'' yang ditulis tahun [[1365]] juga tidak pernah menyebutkan adanya negeri bernama Sriwijaya lagi, tetapi melainkan bernama [[Palembang]]. Itu artinya pada zaman tersebut, nama Sriwijaya sudah tidak dikenal lagi.
[[Berkas:Rigging4.png|ka|200px|jmpl|sketsa dari kapal zaman era Majapahit.''lihat:'' '''[[Kidung Sunda]]'''<ref>C.C. (1927) Kidung Sunda.">Berg, C.C. 1927. ''Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen.'' ‘s Grav., BKI.</ref>]]
Catatan dari [[Dinasti Ming]] memang menyebutkan bahwa pada tahun [[1377]] tentara Jawa menghancurkan pemberontakan San-fo-tsi. Meskipun demikian, istilah San-fo-tsi tidak harus bermakna Sriwijaya. Dalam catatan [[Dinasti Song]] istilah San-fo-tsi memang identik dengan Sriwijaya, namun dalam naskah ''Chu-fan-chi'' yang ditulis tahun [[1225]], istilah San-fo-tsi identik dengan Dharmasraya. Dengan kata lain, San-fo-tsi adalah sebutan bangsa [[Cina]] untuk pulau SumateraSumatra, sebagaimana mereka menyebut [[Jawa]] dengan istilah ''Cho-po''.
 
Jadi, sasaran Ekspedisi Pamalayu adalah inspeksi pada Kerajaan Melayu karena dalam ''Nagarakretagama'' telah disebutkan bahwa kerajaan wilayah Melayu merupakan daerah bawahan di antara sekian banyak daerah jajahan Majapahit, di mana penyebutan ''Malayu'' tersebut dirujuk kepada beberapa negeri yang ada di pulau SumateraSumatra dan Semenanjung Malaya.
[[Berkas:Muzium Negara KL37.JPG|ka|200px|jmpl|Sebuah model kapal zaman era tahun [[800-an|800-an Masehi]].<br /> (berdasarkan relief yang terdapat pada candi [[Borobudur]])]]
 
== Dharmasraya penganti Sriwijaya ==
Istilah ''Pamalayu'' dapat bermakna “perang melawan Malayu” {{fact}} atau kalau alih dari bahasa Sanskrit berarti "tidak melepaskan Malayu".<ref group="Note">dalam ''[[Kidung Panji Wijayakrama]]'' diseebutkan bahwa nama utusan Ekspedisi Pamalayu tersebut, yaitu [[Mahisa Anabrang]] yang mempunyai arti ialah ''“kerbau yang menyeberang”''</ref> Hal ini terjadi karena kawasan Melayu yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan [[Sriwijaya]] sebagaimana tersebut pada [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang beraksara tahun [[682]] Dan kemudian munculnya [[Dharmasraya]] mengantikan peran Sriwijaya sebagai penguasa pulau [[SumateraSumatra]] dan [[Semenanjung Malaya]], seiring dengan melemahnya pengaruh Sriwijaya setelah serangan pasukan [[Rajendra Chola]] dari [[Koromandel]], [[India]] sekitar tahun [[1025]], di mana dari [[Prasasti Tanyore]] menyebutkan bahwa serangan tersebut berhasil menaklukan dan menawan raja dari Sriwijaya.
 
Kebangkitan kembali Kerajaan Melayu di bawah pimpinan [[Srimat Trailokyabhusana Mauli Warmadewa]] sebagaimana yang tertulis dalam [[Prasasti Grahi]] tahun [[1183]]<ref name="Muljana-1">Muljana, Slamet, (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 979-8451-62-7.</ref>.
Baris 27:
Setelah kerajaan Melayu di Dharmasraya dengan rajanya waktu itu [[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]] takluk dan menjadi daerah bawahan, maka pada tahun [[1286]] Kertanagara mengirim [[Arca Amoghapasa]] untuk ditempatkan di Dharmasraya<ref name="MalayOrigins2001">{{cite journal|last=Andaya|first=Leonard Y.|journal=Journal of Southeast Asian Studies|title=The Search for the ‘Origins’ of Melayu|volume=32|issue=3|date=2001|pages=315–330|url=|doi=10.1017/S0022463401000169}}</ref>. [[Prasasti Padang Roco|Prasasti Padangroco]], tempat dipahatkannya Arca Amoghapasa menyebutkan bahwa arca tersebut adalah hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja Tribhuwanaraja. Sehingga jika ditinjau dari gelar yang dipakai, terlihat kalau Singhasari telah menjadi atasan Dharmasraya.
 
Prasasti Padangroco juga menyebutkan bahwa arca Amoghapasa diberangkatkan dari Jawa menuju SumateraSumatra dengan diiringgi beberapa pejabat penting Singhasari di antaranya ialah [[Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma]], Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma, Payaman Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung Mpu Wira.
 
Setelah penyerahkan arca tersebut, Raja Melayu kemudian menghadiahkan dua putrinya, [[Dara Jingga]] dan [[Dara Petak]], untuk dinikahkan dengan Kertanagara di Singhasari.