Maludin Simbolon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 32:
Maludin memasuki pendidikan ''[[Gyugun]]'' di masa [[Penjajahan Jepang]], dan setelah lulus pendidikan ia berpangkat Letnan Dua.<ref name=":0" /> Ia kemudian ditugaskan Markas Batalyon ''Gyugun'' Sumatra Selatan, pada bagian pendidikan dan pelatihan.<ref name=":0" />
 
Segera setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia]], dibentuklah [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR) dan diangkat menjadi Komandan Divisi Palembang Ulu, dengan pangkat Kolonel.<ref name=":0" /> Dalam reorganisasi antar TKR se-SumateraSumatra, Maludin menjadi Komandan Divisi I/Lahat (1945-46), yang membawahi 4 resimen dan 15 batalyon di SumateraSumatra Selatan.<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Saat TKR dikembangkan menjadi [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), Maludin menjadi Komandan Divisi VIII Garuda di SumateraSumatra Selatan, yang membawahi Lampung, Bengkulu, Palembang, dan Jambi.<ref name=":0" />
 
Saat terjadi [[Agresi Militer Belanda II]], di SumateraSumatra dibentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]], yang mana [[Adenan Kapau Gani|AK Gani]] menjadi gubernur militer dan Maludin Simbolon menjadi wakilnya.<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Pada tahun 1950, Maludin diangkat sebagai panglima Komando Tentara Teritorium-I Bukit Barisan, yang dibentuk bersamaan dengan dibentuknya Propinsi SumateraSumatra Utara yang meliputi Aceh, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, SumateraSumatra Barat, dan SumateraSumatra Timur.<ref name=":0" />
 
== Keterlibatan dalam PRRI ==
Maludin Simbolon termasuk di antara pemimpin daerah di SumateraSumatra dan Sulawesi, yang merasa tidak puas terhadap berbagai kebijakan pemerintah pusat akhir tahun 1950-an.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Antara lain tuntutan perubahan yang diinginkan ialah dalam hal peningkatan kesejahteraan prajurit, otonomi daerah yang lebih besar, serta penggantian para pejabat sipil dan militer pusat di Jakarta.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Maludin kemudian bergabung dalam [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI), dan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah militer SumateraSumatra Utara dengan pemerintah pusat tanggal 22 Desember 1956 di Medan, walaupun tetap menyatakan setia pada Dwitunggal Soekarno-Hatta.<ref name=":3" /> Kabinet [[Ali Sastroamidjojo]] di Jakarta pada malam hari itu juga mengadakan rapat darurat, dan pada pagi harinya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] mengumumkan pencopotan Maludin dari posisinya dan menunjuk wakilnya Letkol. [[Djamin Ginting]]s untuk mengamankan situasi.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Selain itu juga sebutkan bahwa Letkol. Abdul Wahab Makmoer adalah sebagai pengganti selanjutnya, apabila Letkol. Gintings tidak berhasil bertindak.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Gerak cepat pasukan yang dipimpin Letkol. Gintings dapat segera menguasai posisi penting di Kota Medan.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Jakarta mengirimkan pasukan payung yang diterjunkan di [[Kota Medan|Medan]] untuk mendukung pasukan Djamin Gintings, sehingga pasukan yang setia pada Maludin mundur menghindari pertempuran ke utara Medan, lalu melanjutkan Balige, Tapanuli Tengah.<ref name=":3">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=vLUDdnas8xoC&pg=PA150&dq=maludin+simbolon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjDzOyfvPTWAhUEE5QKHZQ6AxU4ChC7BQgvMAE#v=onepage&q=maludin%20simbolon&f=false|title=Capitalism and Confrontation in Sumatra's Plantation Belt, 1870-1979|last=Stoler|first=Ann Laura|date=1995|publisher=University of Michigan Press|isbn=0472082191|language=en}}</ref> Selanjutnya, Maludin dan pasukan yang loyal kepadanya kemudian melanjutkan perlawanan secara bergerilya, dan berkoordinasi dengan kekuatan PRRI lainnya di bawah Letkol. [[Ahmad Husein|Achmad Husein]] di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]].<ref name=":2" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=_qM5DQAAQBAJ&pg=PA514&dq=maludin+simbolon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjDzOyfvPTWAhUEE5QKHZQ6AxU4ChC7BQg8MAM#v=onepage&q=maludin%20simbolon&f=false|title=A Guide to Intra-state Wars|last=Dixon|first=Jeffrey|last2=Sarkees|first2=Meredith Reid|date=2015-08-15|publisher=SAGE|isbn=9780872897755|language=en}}</ref> Selain di Medan, pemerintah pusat juga menerjunkan pasukan payung dan melakukan pendaratan pasukan dari laut di Palembang dan Padang, untuk secara efektif menguasai kota-kota pusat perlawanan PRRI di SumateraSumatra tersebut.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=lf5TUoHfeM8C&pg=PA37&dq=Kopassus+Maludin+Simbolon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiinoWq5vTWAhUCupQKHXScAOgQuwUIKjAA#v=onepage&q=Kopassus%20Maludin%20Simbolon&f=false|title=Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces|last=Conboy|first=Kenneth J.|date=2003|publisher=Equinox Publishing|isbn=9789799589880|language=en}}</ref>
 
Pada tanggal 27 Juli 1961, Maludin Simbolon bersama staff dan pasukannya "Divisi Pusukbuhit" menyerahkan diri secara resmi kepada Panglima Kodam II, Letkol. Manaf Lubis, di [[Balige, Toba Samosir|Balige]], dengan demikian mengakhiri perlawanannya terhadap pemerintah pusat.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-X4wccKiXLAC&pg=PA50&dq=maludin+simbolon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjDzOyfvPTWAhUEE5QKHZQ6AxU4ChC7BQhWMAc#v=onepage&q&f=false|title=Sukarno, tentara, PKI: segitiga kekuasaan sebelum prahara politik, 1961-1965|last=Anwar|first=Rosihan|date=2006|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=9789794616130|language=id}}</ref>
Baris 60:
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Batak]]
[[Kategori:Tokoh SumateraSumatra Utara]]
[[Kategori:Marga Simbolon]]