Sisingamangaraja XII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh 36.81.212.238 dan 180.241.35.83) dan mengembalikan revisi 14679412 oleh Mimihitam
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 32:
 
 
'''Sisingamangaraja XII''' ({{lahirmati|Bakara|18|2|1845|Dairi|17|6|1907}}) adalah seorang [[raja]] di negeri [[Toba]], [[SumateraSumatra Utara]], pejuang yang berperang melawan [[Belanda]], kemudian diangkat oleh pemerintah [[Indonesia]] sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sebelumnya ia dimakamkan di [[Tarutung]] Tapanuli Utara, lalu dipindahkan ke [[Soposurung, Balige]] pada tahun 1953.<ref name="Sidjabat"/>
 
Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah '''Patuan Bosar''', yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan '''Patuan Bosar Ompu Pulo Batu''', naik tahta pada tahun [[1876]] menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai ''[[raja]] [[imam]]''. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya ''open door policy'' (politik pintu terbuka) [[Belanda]] dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di [[Hindia Belanda]], dan yang tidak mau menandatangani ''Korte Verklaring'' (perjanjian pendek) di [[SumateraSumatra]] terutama [[Kesultanan Aceh]] dan [[Toba]], di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan [[Perang Tapanuli]] yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
 
== Asal usul ==
Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling SumateraSumatra Utara untuk menempatkan pejabat-pejabatnya.<ref>{{cite book|last =Brenner|first =J.F. von|authorlink =|coauthors =|title =Besuch bei den Kannibalen Sumatras: erste Durchquerung der unabhangigen Batak-Lande|publisher = Wurl|date =|location =Wurzburg|url =|doi =|isbn =|page =}}</ref> Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun [[1820]], [[Raffles]] menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan [[Minangkabau]] dan bahwa di [[Silindung]] terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari [[Pagaruyung]].<ref>{{cite book|last =Raffles|first =Stamford|authorlink =|coauthors =|title =Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles|publisher = John Murray|date =|location =London|url =|doi =|isbn =|page =}}</ref> Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin [[Minangkabau]] melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin [[Pagaruyung]].{{Citation needed|date=June 2013}}
 
== Perang melawan Belanda ==
[[Berkas:Toba Expedition 1878.jpg|jmpl|250px|Peta Ekspedisi Toba 1878]]
Pada 1824 Perjanjian Belanda Inggris ([[Anglo-Dutch Treaty of 1824]]) memberikan seluruh wilayah Inggris di SumateraSumatra kepada Belanda. Hal ini membuka peluang bagi Hindia Belanda untuk meng-aneksasi seluruh wilayah yang belum dikuasai di SumateraSumatra.
 
Pada tahun 1873 Belanda melakukan invasi militer ke Aceh ([[Perang Aceh]], dilanjutkan dengan invasi ke Tanah Batak pada 1978. Raja-raja huta Kristen Batak menerima masuknya Hindia Belanda ke Tanah Batak, sementara Raja Bakkara, Si Singamangaraja yang memiliki hubungan dekat dengan Kerajaan Aceh menolak dan menyatakan perang.
Baris 87:
[[Kategori:Sisingamangaraja XII| ]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Si Singamangaraja XII]]
[[Kategori:Tokoh SumateraSumatra Utara|Si Singamangaraja XII]]
[[Kategori:Tokoh yang gugur dalam perang]]