Arsitektur Rote: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
 
== Luas dan Letak Geografis ==
Kabupaten Rote mempunyai luas wilayah 1.280,10 km 2 yang terdiri dari 107 pulau, tetapi hanya  8 pulau yang berpenghuni, yaitu pulau Rote, Usu, Nuse, Ndao, Landu, dan pulau Do’o, sedangkan 99 pulau lainnya tidak berpenghuni <ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.rotendaokab.go.id/visi-misi/|title=Visi-misi Kabupaten Rote Ndao; Pakaian Adat Roten Ndao; Rumah Raja Tjieja Mesakh|last=Paulina Bullu,SE dan|first=Stefanus M. Saek,SE.,M.Si|date=2015|website=Rotendaokab - Situs Resmi Kabupaten Rote Ndao|publisher=Rotendaokab.go.id|access-date=23/3/2019}}</ref>. Kepulaan ini terletak di 10° - 11<sup>0</sup>  LS dan 121<sup>0</sup> - 123<sup>0</sup> BT, merupakan kepulau yang paling selatan dan dengan iklim tropis serta angin musom yang kering. Sehingga alam kepulauan Rote gersang serta banyak ditumbuhi pohon-pohon lontar namun sangat bermanfaat bagi penduduk<ref name=":0" />.
 
Batas-batas wilawah kabupaten Rote Ndao;
Baris 22:
Bentuk arsitektur tradisional suku Rote hampir sama dengan arsitektur Atambua dan Sabu, karena suku Rote dan Sabu berdasarkan asal-usul suku berasal dari Atambua. Keadaan alam, dan bahan bangunan yang digunakan juga sangat mempengaruhi bentuk arsitekur tradisional suku Rote. Rumah tradisional suku Rote Ndao berbentuk persegi panjang dan berbentuk atap limas dengan kemiringan lebih dari 30<sup>0</sup> <ref name=":0" />.
 
Rumah tradisional atau rumah adat pada awalnya tidak mempunyai daun pintu dan jendela. Dan generasi muda dengan arsitek lokal menambahkan daun pintu dan jendela. Arsitektur rumah raja terdiri dari tiga lantai, yaitu lanta 1 atau lantai dasar sebagai tempat penyimpanan kembang gula dan padi, lantai 2 sebagai tempat tidur dan pertemuan raja, lantai 3 sebagai tempat penyimpanan hasil bumi seperti rempah-rempah <ref>{{Cite web|urlname=http"://www.rotendaokab.go.id/rumah-raja-thie-j-a-messakh/|title=rumah-raja-thie-j-a-messakh/|last=Paulina0" Bullu,SE dan|first=Stefanus M. Saek,SE.,M.Si|date=2015|website=Rumah Raja Thie J. A. Mesakh|publisher=Rotendaokab.go.id|access-date=24/3/2019}}</ref>.
 
== Struktur ==
Penduduk pulau Rote membangun rumah tradisional dengan atap berbentuk limas dengan kemiringan di atas 30<sup>0</sup>. Hal itu berhubungan dengan bahan penutup atap yang digunakan, yaitu rumput alang-alang, daun nyiur, daun gewang atau daun lontar. Pondasi rumah menggunakan konstruksi tiang kayu yang dipancangdipancangkan ke dalam tanah. Dinding rumah tradisional terbuat dari pelepah lontar atau gebanggewang yang dirangkai atau dipersatukan dengan belahan bambu. Rangkaian pelepah itu lalu diikatkan pada balok pohon lontar atau balok kayu. Masyarakat Rote menyebut dinding dari pelepah gebang itu dengan istilah bebak. Selain pelepah lontar, dinding rumah juga menggunakkan papan kayu, papan batang kelapa atau papan batang pohon lontar <ref name=":2">{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Rumah-Tradisional-Pulau-Rote|title=Rumah-Tradisional-Pulau-Rote|last=Darisandi|first=Roby|date=29 April 2014|website=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|publisher=budaya-indonesia.org|access-date=25/3/2019}}</ref> .
 
Rumah initradisional tidak berjendelamempunyai jendela, kalau toh ada, itu sudahbaru merupakan modifikasi. Pintunya hanya dua yaitu pintu utama yang di-posisikandiposisikan tepat di tengah, dan pintu belakang yang menghubungkan dengan dapur juga diposisikan di tengah. Ketika kita masuk rumah lewat pintu utama, kita sudah ber?ada di ruang tamu atau nai mata. Bagian kedua merupakan ruang makan dan kamar tidur (kama dale). Bila kita melongok keatas diDi rung tamu terdapat loteng untuk menyimpan barang-barang dan cadangan pangan (seperti jagung) dan gula. Kalau selain rumah itu masih ada mempunyai lumbung terpisah, maka cadangan pangan disimpan di lumbung. Posisi usuk ''(dodoik)'' sebagai tulang bagian atas rumah tidak boleh bertepatan denganditempatkan tengah-tengah pintu. Sedangkan lantai rumah masih menggunakan tanah alami tanpa di lapisan apapun <ref name=":2">{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Rumah-Tradisional-Pulau-Rote|title=Rumah-Tradisional-Pulau-Rote|last=Roby|first=Darisandi|date=29 April 2014|website=Perpustakaan Digital Indonesia|publisher=Budaya Indonesia.org|access-date=24/3/2019}}</ref>.
 
== Konstruksi ==
Rumah adattradisional Rote di daerah asal menggunakan format rumah panggung, tetapidan konstruksimenggunakan itulantai sudahlantai tidaktanah.Seluruh dapatbagian diketemukanrumah dimenggunakan Kotabahan Kupangpohon danlontar sekitarnyaatau pohon gewang. DiAtapnya sanadari daun kering, masihsedangkan adakerangka rumah tradisionalmenggunakan Rotekayu dan dinding menggunakan pelepah daun yang sudahdiatur dimodifikasiseperti dandirekatkan tidakberdempetan menggunakansisi lantaimembentuk panggung,lembaran melainkandengan lantailebar tanahbeberapa puluh senti meter (cm) <ref name=":1" />.
 
Seluruh bagian rumah menggunakan bahan baku pohon lontar dan atau pohon gewang. Atapnya dari daun kering kerangka rumah menggunakan kayu dan dinding rumah menggunakan pelepah daun yang ditata sedemikian rupa. Ciri lain yang masih dibawa dari daerah asalnya adalah bahwa dapur terpisah dari rumah utama. Walaupun sangat sederhana rumah ini mempunyai sifat yang sangat positif yaitu hangat dimusim hujan dan sejuk dimusim kemarau. Rumah ini tidak berjendela, kalau toh ada sudah merupakan modifikasi. Pintunya hanya dua yaitu pintu utama yang di-posisikan tepat di tengah dan pintu belakang yang menghubungkan dengan dapur juga diposisikan di tengah. Ketika kita masuk rumah lewat pintu utama, kita sudah ber?ada di ruang tamu atau nai mata. Bagian kedua merupakan ruang makan dan kamar tidur (kama dale). Bila kita melongok keatas di rung tamu terdapat loteng untuk menyimpan barang-barang dan cadangan pangan (jagung). Kalau rumah itu mempunyai lumbung terpisah maka cadangan pangan disimpan di lumbung. Posisi usuk (dodoik) sebagai tulang bagian atas rumah tidak boleh bertepatan dengan tengah-tengah pintu.ada atap memiliki kemiringan yang curam menggunakan penutup daun alang-alang atau daun kelapa ataupun daun pohon lontar. Pondasi rumah menggunakan konstruksi tiang kayu yang ditanam dalam tanah. Dinding rumah tradisional dari batang daun pohon kelapa (pelepah) masyarakat sekitar menyebutnya kayu bebak, papan kayu, papan batang kelapa atau papan batang pohon lontar, tapi pada umumnya menggunakan masyarakat sekitar pelepah sedangkan lantai rumah masih tanah alami tanpa di lapisi apapun.<br />
 
<br />
 
Konstruksi mu tradisional suku Rote sangat sederhana rumah dengaan bahan alam, tetapi mempunyai sifat yang sangat positif yaitu, hangat dimusim hujan dan sejuk dimusim kemarau. Karena dudinding bebak berlubang-lubang, maka jendela tidak diperlukan lagi. Pintu rumah  hanya dua, pintu depan dan belakang yang dutempatkan di tengah-tengah. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur, posisi pintu juga di tengah <ref name=":1" />.
== Referensi ==