Fondrakö: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
<br />
== Etimologi<ref name=":0" />==
Istilah Fondrakӧ berasal dari dasar kata ‘''rakӧ''’ yang berarti tetapan dengan sumpah melaksanakan dan sanksi kutuk bagi yang melanggar. ''‘Fo''’ ditambahkan agar menjadi kata benda, fungsinya sama seperti imbuhan pe- atau ke- dalam bahasa Indonesia. Maka, Fondrakӧ berarti penetapan dengan sumpah dan kutuk bagi pelanggar.
Baris 10:
Istilah ‘''rakӧ''’ merupakan kata yang punya makna mendalam. Umpamanya, seseorang yang marah akan dinasihati, ‘''Rakӧ dӧdӧu''’ ‘tetapkan sumpah di dalam hatimu dan kutukilah dirimu bila engkau melanggarnya”. Konsekuensi sumpah dan kutuk itu akan terus terbayang oleh pelanggar.<br />
== Penetapan<ref name=":0" /> ==
Proses penetapan dan pengesahan Fondrakӧ dilaksanakan di ''Aro Gosali'' ‘rumah musyawarah’ yang dihadiri oleh raja-raja dan para tetua adat. Salah seorang tetua adat akan mematahkan lidi atau kaki dan sayap seekor ayam, lalu menuangkan timah panas ke dalam mulut ayam. Saat melakukan ritual tersebut, dia akan mengucapkan kutuk.
Baris 16:
Fondrakӧ mengajak orang berperilaku menurut jiwa Fondrakӧ. Jiwa Fondrakӧ yaitu ''masi-masi'' ‘kasih sayang’, ''mӧli-mӧli'' ‘pengasuhan/pencegahan’, dan ''rou-rou'' ‘pendorong/pengasahan’. Berbanding dengan istilah asah asih asuh. Fondrakӧ bagi ''Ono Niha'' adalah sumber segala hukum yang menjadi landasan hidup, baik secara perorangan maupun masyarakat. Fondrakӧ tidak tertulis karena ''Li Niha'' adalah bahasa lisan. Ia berasaskan lima nilai, yaitu ''fo’adu''’ ‘perbuatan baik’, ''fangaso'' ‘mata pencarian’, ''fabarahao'' ‘tata pemerintahan dan stratifikasi sosial’, serta ''bӧwӧ masi-masi'' ‘adil dan saling mengasihi’ yang menjamin hak-hak anggota masyarakat atas hak kepemilikan, kekayaan, kehormatan, dan keamanan.<br />
== Ketentuan-ketentuan dan Hukuman<ref name=":0" />==
Bagi pelanggar Fondrakӧ, ditentukan hukuman menurut kesalahan yang dilakukan. Hukuman itu mulai dari yang ringan seperti membayar emas, menyerahkan babi beberapa ekor, hingga hukuman mati dengan cara dipancung. Kesalahan yang pasti dijatuhi hukuman pancung yaitu berzinah. Zina adalah dosa terbesar bagi masyarakat Nias. Jika pelanggaran ini didapati, wanita maupun prianya akan menerima hukuman pancung.
|