Enau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Salamah (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 1494276 oleh Indah Linawati (Bicara)
Baris 1:
{{Taxobox
Nama : Indah Linawati
| color = lightgreen
No.Bp : 05112024
| name = Enau
Sumber/Lokasi data : Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.
| image = Arenga pinnata Blanco2.419.jpg
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 139.
| image_width = 250px
Alamat Wikipedia yang digunakan : wiki-indonesia.club
| image_caption = Aren, dari Blanco
Tanggal Entry data ke wikipedia : 11 Juni 2008
| regnum = [[Plantae]]
| divisio = [[Magnoliophyta]]
| classis = [[Liliopsida]]
| ordo = [[Arecales]]
| familia = [[Arecaceae]]
| genus = ''[[Arenga]]''
| species = '''''A. pinnata'''''
| binomial = ''Arenga pinnata''
| binomial_authority = ([[Friedrich von Wurmb|Wurmb]]) [[Elmer Drew Merrill|Merr.]]
| synonyms = ''Arenga saccharifera'' <small>[[Labillardiere|Labill.]]</small><br/>
}}
 
'''Enau''' atau '''aren''' (''Arenga pinnata'', [[familia|suku]] [[Arecaceae]]) adalah palma yang terpenting setelah [[kelapa]] (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti ''nau'', ''hanau'', ''peluluk'', ''biluluk'', ''kabung'', ''juk'' atau ''ijuk'' (aneka nama lokal di [[Sumatra]] dan [[Semenanjung Malaya]]); ''kawung'', ''taren'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]); ''akol'', ''akel'', ''akere'', ''inru'', ''indu'' (bahasa-bahasa di [[Sulawesi]]); ''moka'', ''moke'', ''tuwa'', ''tuwak'' (di [[Nusa Tenggara]]), dan lain-lain. <ref name=heyne_447-455>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.</ref>
 
Bangsa [[Belanda]] mengenalnya sebagai ''arenpalm'' atau ''zuikerpalm'' dan bangsa [[Jerman]] menyebutnya ''zuckerpalme''. Dalam [[bahasa Inggris]] disebut ''sugar palm'' atau ''Gomuti palm''.
Enau (Arenga pinnata Merr.)
Familia: Arecaceae
 
== Pemerian ==
Uraian:
[[Berkas:Aren_pinna 070612 042 stgd.jpg|thumb|left|200px|Pohon enau <br/>[[Situgede, Bogor Barat, Bogor|Situgede]], [[Bogor]], [[Jawa Barat]]]]
Enau (Arangapinnata) termasuk jenis palma, berakar kuat dan menjalar ke mana-mana. Enau mempunyai banyak manfaat bagi manusia, antara lain: dari kelopak bunga jantan dapat menghasilkan nira sebagai bahan untuk gula aren, buahnya dapat dibuat kolang kaling untuk campuran makanan/minuman, ijuk untuk resapan air, kesed dan sapu. Enau yang sudah berusia 15-20 tahu dapat menghasilkan nira sebanyak 8 liter tiap hari dan bila dimasak dapat menghasilkan 25-35 kilogram kolang-kaling. Namun pada umumnya pohon enau tidak disukai para petani, sebab akarnya menjalar keman-mana dan dapat merusak tanaman di sekitarnya. Enau biasanya tumbuh dan berkembang berkembang biak dengan baik di hutan-hutan.
Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 [[meter|m]]. Berdiameter hingga 65 [[sentimeter|cm]], batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ''ijuk'', ''injuk'', ''juk'' atau ''duk''. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari [[pelepah daun]] yang menyelubungi batang.
Nama Lokal :
Sugar Palm (Inggris), Enau (Indonesia), Kawung (Sunda); Aren (Madura), Bak juk (Aceh);
Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain. [1]
Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.
 
[[Daun]]nya majemuk menyirip, seperti daun [[kelapa]], panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan [[lilin]] di sisi bawahnya.
Aren, dari Blanco
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
 
Berumah satu, [[bunga]]-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan [[diameter]] sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, <ref name=steenis1981_139>[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 139.</ref> tersusun dalam untaian seperti rantai.
Divisi: Magnoliophyta
Setiap [[tandan]] mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna [[hijau]] sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal.
 
== Kegunaan ==
Kelas: Liliopsida
Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil [[gula]].
 
=== Nira dan gula ===
Ordo: Arecales
[[Berkas:Aren_pinna Fl 070612 043 stgd.jpg|thumb|left|200px|Tongkol bunga betina]]
[[Gula aren]] diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan [[serbuk sari]] yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang [[bambu]] untuk menampung cairan yang menetes.
 
Cairan manis yang diperoleh dinamai [[nira]] (alias ''legen'' atau ''saguer''), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Famili: Arecaceae
 
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah [[nangka]] dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula ''gandu''). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak [[kelapa]], agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai [[gula semut]].
Genus: Arenga
 
Di banyak daerah di [[Indonesia]], nira juga biasa di[[fermentasi]] menjadi semacam minuman ber[[alkohol]] yang disebut [[tuak]] atau di daerah timur juga disebut ''saguer''. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu [[nirih]] (''Xylocarpus'') atau sejenis [[manggis]] hutan (''Garcinia'')) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Spesies: A. pinnata
Nama binomial
Arenga pinnata (Wurmb) Merr.
Sinonim
Arenga saccharifera Labill.
 
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi [[cuka]]. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.
Daftar isi
• 1 Pemerian
• 2 Kegunaan
o 2.1 Nira dan gula
o 2.2 Kolang-kaling
o 2.3 Produk lain
• 3 Ekologi dan penyebaran
• 4 Rujukan
• 5 Pranala luar
 
Nira mentah (segar) bersifat pencahar (''laksativa''), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan [[roti]].<ref name=heyne_447-455>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.</ref>
1. Pemerian
 
=== Kolang-kaling ===
Situgede, Bogor, Jawa Barat
Buah aren (dinamai ''beluluk'', ''caruluk'' dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (''[[endosperma]]'') yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air [[kapur]] beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Inti biji inilah yang setelah diolah lebih lanjut, diperdagangkan di pasar sebagai ''buah atep'' (''buah atap'') atau ''[[kolang-kaling]]''.<ref name=heyne_447-455>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.</ref>
Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang.
Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.
Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, [2] tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal.
 
Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, [[manisan]] atau dimasak sebagai [[kolak]]. Teristimewa sebagai hidangan berbuka di bulan [[Ramadhan]].
2. Kegunaan
 
Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.
=== Produk lain ===
2.1 Nira dan gula
Sebagaimana [[nipah]] dan [[rumbia]], daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup ([[janur]]) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai ''daun kawung''. Lembar-lembar daunnya di [[Jawa Barat]] biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah [[durian]]. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi [[tali]], sementara dari lidinya dihasilkan barang [[anyaman]] sederhana dan [[sapu]] lidi.
 
Seperti halnya daun, [[ijuk]] dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air [[laut]]. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan [[sapu]] ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan [[benang]], tali [[pancing]] dan senar [[gitar]] [[Batak]].
 
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai [[papan]], [[kasau]] atau dibuat menjadi tongkat. [[Empulur]] atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan [[sagu]], meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air.
 
Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau [[cambuk]].<ref name=heyne_447-455>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.</ref>
 
== Ekologi dan penyebaran ==
Pohon enau mudah tumbuh. Memiliki asal-usul dari wilayah [[Asia]] tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari [[India]] timur di sebelah barat, hingga sejauh [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan [[Filipina]] di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m [[dpl.]]. <ref name=steenis1981_139>[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 139.</ref> Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing [[sungai]].
 
Meskipun getahnya amat gatal, buah enau yang masak banyak disukai [[hewan]]. [[Musang luwak]] diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah enau ini, dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji enau. Di [[Bangka]], pada masa lalu orang-orang [[Tionghoa]] memasang perangkap di bawah pohon enau yang tengah berbuah, untuk menangkap rombongan [[babi hutan]] yang berpesta buah enau yang berjatuhan. <ref name=heyne_447-455>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.</ref>
 
Tongkol bunga betina
Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.
Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut.
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.
Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.[1]
2.2 Kolang-kaling
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Inti biji inilah yang setelah diolah lebih lanjut, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling.[1]
Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka di bulan Ramadhan.
2.3 Produk lain
Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.
Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak.
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air.
Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.[1]
3. Ekologi dan penyebaran
Pohon enau mudah tumbuh. Memiliki asal-usul dari wilayah Asia tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m dpl.. [2] Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.
Meskipun getahnya amat gatal, buah enau yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah enau ini, dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji enau. Di Bangka, pada masa lalu orang-orang Tionghoa memasang perangkap di bawah pohon enau yang tengah berbuah, untuk menangkap rombongan babi hutan yang berpesta buah enau yang berjatuhan. [1]
Aren adalah tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.
 
Sumber:
== Rujukan ==
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455.
{{reflist}}
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 139.
* Phang Wien Ho et al. ''A Guide to the Botanic Gardens Jungle''. Pusat Sains Singapura (1983). ISBN 9971-88-010-5.
 
== Pranala luar ==
*[http://www.kew.org/wcsp/namedetail.do?accepted_id=14681&repSynonym_id=181744&name_id=14681&status=true Kew Palms Checklist: ''Arenga pinnata'']
*[http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/taxon.pl?3951 Germplasm Resources Information Network: ''Arenga pinnata'']
*[http://hear.org/gcw/html/autogend/species/1794.HTM Global Compendium of Weeds: Arenga pinnata]
*[http://www.fairchildgarden.org/palmguide/sheet.php?sheet=84155 Fairchild Tropical Botanic Garden: herbarium specimen]
*[http://www.pacsoa.org.au/palms/Arenga/pinnata.html PACSOA: ''Arenga pinnata'']
* {{ms}} [http://akram2003.fotopages.com/?entry=500835 Gula aren.]
 
[[Kategori:Arecaceae]]
[[Kategori:Tanaman industri]]
[[Kategori:Tanaman pangan]]
 
[[de:Zuckerpalme]]
[[en:Arenga pinnata]]
[[it:Arenga pinnata]]
[[ms:Pokok Kabung]]
[[nl:Arengpalm]]
[[su:Kawung]]
[[vi:Báng]]