Peucicap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Rasa manis untuk tradisi Peucicap bisa berasal dari manisan (madu) lebah, tebu maupun dari air perasan buah-buahan, seperti sawo (sauh), mangga, rambutan atau nangka<ref name=":1">{{Cite web|url=http://www.netralnews.com/news/rsn/read/113722/upacara-kelahiran-bayi-adat-aceh-sungguh-unik-tak-ada-bandingan|title=Upacara Kelahiran Bayi Adat Aceh, Sungguh Unik, Tak Ada Bandingan|last=Koten|first=Thomas|date=14 November 2017|website=netralnews|publisher=|access-date=25 Maret 2019}}</ref>. Bisa juga lidah bayi diberikan gula, buah srikaya atau makanan-makanan lain yang rasanya manis<ref name=":2">{{Cite journal|last=Saifurrohman|first=Muzaki|date=Desember 2018|title=Peutron Aneuk dalam Budaya Aceh|url=https://www.researchgate.net/publication/329923460_Peutron_Aneuk_dalam_Budaya_Aceh|journal=ReasearchGate|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=21 Maret 2019}}</ref>.
 
Meski sudah jarang dilakukan, ada juga yang memperkenalkan bayinya dengan (rasa) ikan. Maknanya adalah agar si anak nantinya tidak canggung hidup bermasyarakat, rajin bekerja seperti halnya nelayan yang memancing ikan<ref>{{Cite book|title=Adat-Istiadat Masyarakat Aceh|last=Sufi|first=Rusdi|publisher=Dinas Kebudayaan Provinsi Aceh Darussalam|year=2002|isbn=|location=Banda Aceh|pages=}}</ref>. Bahan-bahanSebelum untukUpacara Prosesidilaksanakan, Peucicapbahan-bahan taditersebut, (termasuk hati ayam, Surat Yasin dan [[rencong]]), harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh nenek si bayi (dari ibu bayi)<ref name=":1" />.
 
== Usia Bayi ==
Baris 30:
Prosesi Peucicap biasanya disatukan dan dilakukan seusai Upacara Peutron Aneuk (turun tanah)<ref>{{Cite web|url=http://www.wacana.co/2015/08/upacara-turun-tanah-aceh/|title=Adat Peutron Aneuk, Upacara Turun Tanah Masyarakat Aceh|last=|first=|date=2 Agustus 2015|website=wacana|publisher=|access-date=25 Maret 2019}}</ref>. Namun ada juga yang tidak disatukan, alias baru beberapa bulan usia bayi baru kemudian dilaksanakan. Biasanya dipilih bulan-bulan ganjil saja. Misalnya, setelah bulan ketiga, kelima atau ketujuh, barulah diadakan Upacara Peutron Tanoh (Peutron Aneuk)<ref name=":3" />.
 
Peucicap dilakukan oleh orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan agama yang tinggi, terpandang dan bagus budi pekertinya. Hal ini sesuai dengan dalam [[Fathul Bari|Kitab Fathul Bari]]: 9 hal 558<ref name=":0" />. Orang Aceh juga percaya jika dilakukan orang seperti mereka, maka si anak akan meniru mereka untuk menjadiberperilaku alim dan berakhlak mulia<ref name=":4">{{Cite book|title=Upacara Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh|last=Syamsudin|first=T.|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1981|isbn=|location=Banda Aceh|pages=}}</ref>. Orang Aceh menyebut mereka Teungku Gampong<ref name=":3" />.
 
Ketentuan secara Adat orang Aceh jenis kelamin bayi menentukan pula siapa yang melakukan Peucicap. Jika kelamin si bayi laki-laki, maka yang bertugas adalah Teungku Agam (laki-laki). Sebaliknya, jika bayi berjenis kelamin perempuan, maka haruslah Teungku Inong (wanita) yang boleh melakukan Peucicap<ref name=":4" />.
 
Ketika prosesi dimulai, Teungku Gampong mengucapkan ''Bismillahirahmanirrahim'' ... ''beu mameh lidah, panyang umu, mudah raseuki, di thei lam kawom dan taat keu agama.'' Artinya dalam bahasa Indonesia: Bismillahirahmanirrahim ... Semoga lidahnya manis, panjang umur, mudah rezeki, terpandang dalam masyarakat, dan taat dalam beragama.
 
Berikutnya, Teungku mengolesi lidah bayi dengan madu dan air buah-buahan yang manis rasanya. Biasanya juga (namun sudah jarang) ikan diolesi padajuga ke bibir sisang bayi. Setelah pengolesan, diambillah hati ayam untuk kemudian diletakkandi letakkan di atas dada bayi, lalu dibalik-balikkan sambil membaca ''basmalāh''. Proses membalik-balikkan hati ayam ini bermakna agar anak selalu mendapatkan petunjuk agar tidak salah dalam bertindak atau mengambil keputusan.
 
Proses membalik-balikkan hati ayam ini bermakna agar kelak sang anak akan selalu mendapatkan petunjuk, agar tidak salah dalam bertindak atau mengambil keputusan.
Sebagai penutup prosesi ini memperlihatkan kepada bayi [[Surah Yasin|Surat Yasin]] dan senjata tradisional nenek moyang orang Aceh, [[rencong]]. Ini adalah harapan agar kelak anak selalu taat kepada agama, juga menjadi anak yang pemberani, berani mempertahankan kebenaran, keadilan dan tidak takut ketika harus melawan kejahatan.
 
Sebagai penutup prosesi ini memperlihatkan kepada bayi [[Surah Yasin|Surat Yasin]] dan senjata tradisional nenek moyang orang Aceh, [[rencongRencong]]. Ini adalah harapan agar kelak anak selalu taat kepada agama (Islam), juga bisa menjadi anak yang pemberani, berani mempertahankan kebenaran, keadilan dan tidak takut ketika harus melawanberhadapan dengan kejahatan.
Setelah Upacara Peucicap usai, para tamu undangan yang hadir lalu memberikan hadiah (tidak wajib) atau uang yang jumlahnya sesuai dengan kemampuan masing-masing<ref>{{Cite book|title=Adat Atjeh|last=Hoesin|first=Moehammad|publisher=inas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh|year=1970|isbn=|location=Banda Aceh|pages=}}</ref>.
 
Setelah Upacara Peucicap usai, para tamu undangan yang hadir lalu memberikan hadiah (tidak wajib) atau uang yang jumlahnya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing<ref>{{Cite book|title=Adat Atjeh|last=Hoesin|first=Moehammad|publisher=inas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh|year=1970|isbn=|location=Banda Aceh|pages=}}</ref>.
 
== Referensi ==