Tari Tumbu Tanah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 8:
Penyebutan nama tari Tumbu Tanah berawal ketika agama [[Kekristenan|Kristen]] yang dibawa oleh dua [[misionaris]] asal [[Jerman]], yakni [[Carl Wilhelm Ottow]] dan [[Johann Gottlob Geissler]]{{sfnp|Hernawan|2002|p=2|ps=: "Papua dewasa ini tidaklah sama dengan Papua saat para perintis gereja-gereja, seperti Otto dan Geissler, memasuki tanah Papua pada 5 Februari 1855....."}}<ref>{{Cite web|url=https://suarapapua.com/2016/09/07/gki-tanah-papua-bertumbuh-pekabaran-injil/|title=GKI di Tanah Papua: Bertumbuh dari Pekabaran Injil|last=Warinussy|first=Yan Christian|date=|website=|access-date=4 April 2019}}</ref> pertama kali masuk Papua pada tanggal [[5 Februari]] [[1855]] melalui [[Pulau Mansinam]], Teluk Doreh, [[Kabupaten Manokwari]], [[Provinsi Papua Barat]].{{sfnp|Hapsari|2016|p=153|ps=: "Manokwari dikenal sebagai kota bersejarah dalam penyebaran agama Kristen di Tanah Papua, karena pada tanggal 5 Februari 1855 dua orang misionaris berkebangsaan Jerman, yaitu Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler mendarat di Pulau Masinam dan memulai penyebaran Injil....."}}<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/menelusuri-sejarah-peradaban-papua-di-pulau-mansinam|title=Menelusuri Sejarah Peradaban Papua di Pulau Mansinam|last=Indonesia Kaya (Eksplorasi Budaya di Zamrud Khatulistiwa)|first=|date=|website=|access-date=4 April 2019}}</ref> Mereka tidak hanya membawa misi [[penginjilan]] saja, tetapi juga membangun berbagai sarana dan prasarana kemasyarakatan yang mengubah peradaban bagi masyarakat Papua, khususnya Manokwari.<ref>{{Cite web|url=https://www.suara.com/news/2016/02/05/114253/masyarakat-peringati-161-tahun-injil-masuk-papua|title=Masyarakat Peringati 161 Tahun Injil Masuk Papua|last=Ariefana|first=Pebriansyah|date=|website=|access-date=4 April 2019}}</ref> Untuk mempermudah penyebutan tarian ini, maka mereka menggunakan [[bahasa Indonesia]] untuk menyebut tarian masyarakat Arfak tersebut dengan nama tari Tumbu Tanah agar dapat dikenal oleh masyarakat lain di luar keempat sub-suku itu.
Berdasarkan
Sejak saat itulah masing-masing ''keret'' meninggalkan tempat yang selama itu mereka diami dan membangun hunian baru di wilayah lain. Kelompok yang bergerak menuju ke daerah Anggi selanjutnya menurunkan masyarakat Arfak berbahasa Sough, sedangkan kelompok yang bergerak ke arah timur laut menuju ke [[Minyambouw, Pegunungan Arfak|Minyambouw]] menurunkan masyarakat Arfak berbahasa Hattam. Kelompok orang Sough lantas menyebar ke arah selatan, yaitu [[Dataran Isim, Manokwari Selatan|Dataran Isim]], Beimes, [[Catubouw, Pegunungan Arfak|Chatubouw]], [[Sururey, Pegunungan Arfak|Sururey]], sebagian dari Kota Ransiki, hingga wilayah [[Kabupaten Teluk Bintuni]]. Adapun orang Hattam menyebar ke Pegunungan Arfak, terutama di Minyambouw, [[Hingk, Pegunungan Arfak|Hingk]], Awibehe, Beganpei, dan Pinibut.
Setelah berpisah sekian lama, suku-suku tersebut memiliki keinginan untuk hidup bersama-sama lagi. Hal inilah yang menyebabkan mereka membuat acara pesta makan dengan mengundang berbagai suku yang tersebar di wilayah Arfak. Selain untuk menjalin hubungan kembali dengan suku-suku lain, maksud diadakannya pesta makan ini juga untuk menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh masing-masing suku, terutama yang berhubungan dengan kekayaan hasil bumi.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, ketika makanan yang telah disajikan itu habis, beberapa orang lantas berdiri untuk menghargai tuan rumah (suku Hattam) yang sudah menyiapkan segalanya bagi para tamu.Tanpa disadari, beberapa dari mereka kemudian melompat-lompat di tempat.
== Gerak dasar dan formasi ==
|