Sulaman Koto Gadang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 43:
Setelah kain dipasang pada ''pamedangan'', barulah dilakukan penjahitan benang ke dalam kain bahan. Cara penjahitan benang berbeda bergantung teknik yang digunakan. Teknik sulaman Koto Gadang yang terkenal ada dua, yakni sulaman sulaman ''suji caia'' dan ''kapalo samek''.
 
''Suji caia'' adalah teknik sulaman yang menggunakan tingkatan gradasi warna benang. Beberapa warna benang saling menumpuk dan menyatu sehingga menghasilkan motif tumbuhan yang hidup. Gradasi wama benang umumnya dibuat pada motif kembang dan daun.{{sfn|Ernatip|2012|pp=123}} Warna yang digunakan sedikitnya lima tingkatan dan paling banyak sembilan tingkatan.{{sfn|Ernatip|2012|pp=112}} Pembuatan sulaman ''suji caia'' membutuhkan ketelitian dalam membuat komposisi warna yang tepat. Pengerjaan sulaman ''suji caia'' sulit membutuhkan waktu yang lama. Hasil ragam hias yang dihasilkan pengrajin Koto Gadang untuk selendang sulaman ''suji caia'' miliki motif yang umumnya bermotif flora dengan tingkatan warna yang bergradasi dari warna yang terang hingga gelap dari tiga hingga enam tingkatan warna untuk satu kuntum bunga.{{sfn|Doni Rahman|2015|pp=4}}
 
Adapun kapalo samek adalah teknik sulaman yang terbentuk dari bulatan-bulatan kecil pada kain. Proses pembuatannya yakni benang dililitkan pada jarum baru ditusukan pada kain sehingga benang lilitan itu timbul pada kain. Biasanya, bagian pinggir bunga dijahitkan benang emas, agar bentuk bunganya lebih nyata.{{sfn|Ernatip|2012|pp=114}}