Suwardi M. S.: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
Sejak kecil Suwardi memang sudah menyukai hal-hal yang berbau [[Budaya|kebudayaan]]. Ia dan teman-temannya gemar menyaksikan [[hikayat]], [[zikir]], dan pertunjukan musik tradisional Rarak, yang merupakan hiburan asli masyarakat Kuantan Sengingi. Kesenian musik ini merupakan [[Ansambel musik|ansambel]] alat musik yang terdiri oguang (gong), gendang, barabano ([[rebana]]) dan [[celempong]] yang dimainkan secara bersama-sama<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/rarak-musik-tradisional-dari-kabupaten-kuantan-sengingi-riau/|title=Rarak: Musik Tradisional Dari Kabupaten Kuantan Sengingi, Riau|last=Arman|first=Dedi|date=6 Juni 2014|website=kemdikbud|access-date=5 April 2019}}</ref>. Hal demikian kemudian membentuk pandangan Suwardi mengenai kebudayaan di sekitarnya<ref name=":0" />.
Suwardi merupakan anak dari dari pasangan Mohammad Samin Chatib dan Siti Ramalah. Kedua orang tuanya sama-sama berasal dari [[Pulau Komang, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Desa Pulau Komang]], Sentajo<ref name=":0" />. Dulu semasa kecil, sang ayah pernah mengajarkan filosofi hidup yang tak pernah ia lupakan. Satu anak lahir, dia gali lubang, kemudian lubang itu ditanam benih pohon kelapa. Maknanya, anak-anaknya harus menjadi orang yang berguna dan berhasil dalam kehidupannya. Hal ini penting, karena orang tua Suwardi bukanlah dari kalangan orang berada. Ayahnya hanyalah seorang guru mengaji dan berprofesi sebagai petani. Meski tidak berkecukupan, orang tua mengirim Suwardi kecil untuk menempuh pendidikan di [[Sekolah Rakyat]] (SR)<ref name=":2">{{Cite web|url=https://saturealita.com/2018/09/23/suwardi-ms-tiada-masa-tampa-karya/|title=Suwardi MS, Tiada Masa Tampa Karya|last=|first=|date=23 September 2018|website=saturealita|access-date=5 April 2019}}</ref>.
Pada tanggal 08 Agustus 1960 Suwardi menikahi Ruda Ani, yang menjadi istrinya sampai saat ini. Pernikanan Suwardi-Ruda dinyatakan "belum sepenuhnya selesai" menurut orang Riau, soalnya belum ada [[Kenduri|kendurinya]]. Bukan apa-apa, di tahun yang sama Suwardi harus berangkat ke [[Kota Bandung|Bandung]] untuk melanjutkan pendidikannya di [[Universitas Padjadjaran|Unpad]] (Universistas Padjajaran Bandung). Sedangkan istrinya tetap tinggal di Teluk Kuantan mengingat profesinya sebagai guru di sana. Di sela-sela perkuliahannya itu, pada bulan Agustus 1961 Suwardi pulang kampung untuk melaksanakan kendurian pernikahannya yang tertunda. Sejak saat itu Suwardi dan istrinya secara resmi tinggal serumah di desa [[Benai Kecil, Benai, Kuantan Singingi|Benai Kecil.]] Pasangan ini kelak dikaruniai empat orang anak perempuan dan satu laki-laki<ref name=":0" />.
Meski tidak berkecukupan, pada tahun 1954 oleh orang tuanya Suwardi kecil bersekolah di [[Sekolah Rakyat]] (SR), atau setingkat [[Sekolah dasar|Sekolah Dasar]] pada era sekarang. Suwardi adalah anak yang tergolong pintar. Terbukti, SR yang harusnya dijalaninya selama 6 tahun, ternyata mampu diselesaikan hanya dalam tempo 5 tahun<ref name=":1">{{Cite web|url=https://metropekanbaru.com/mengenal-sejarawan-dan-profesor-kedua-di-riau-prof-suwardi-ms/|title=Mengenal Sejarawan dan Profesor Kedua di Riau, Prof. Suwardi MS|last=Bayu|first=|date=9 Desember 2018|website=metropekanbaru|access-date=5 April 2019}}</ref>. ▼
== Pendidikan ==
▲
Setamatnya dari SR, Suwardi langsung melanjutkan pendidikannya ke SGB Negeri [[Koto Taluk, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Teluk Kuantan]]<ref name=":0" />. Untuk diketahui, SGB kepanjangan dari Sekolah Guru B. Sekolah model ini didirikan untuk menanggulangi kekurangan guru pada tingkat pendidikan rendah (dasar) di masa-masa awal Kemerdekaan Indonesia. Masa belajar SGB adalah selama empat tahun<ref>{{Cite book|title=Perkembangan Sekolah Guru B (Sgb) Di Sumedang Tahun 1950-1961|last=Badinah|first=Ayu Nenden Masden|publisher=Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta|year=2017|isbn=|location=Yogyakarta|page=|url=https://eprints.uny.ac.id/52990/2/TAS%20Halaman%20Depan%2013407144008.pdf}}</ref>.
|