Sulaman Koto Gadang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 6:
Di antara teknik sulaman Koto Gadang yang masih digunakan saat ini yakni teknik sulaman "''suji caia''" dan "''kapalo samek''". Sulam s''uji caia'' merupakan permainan gradasi warna benang yang saling menyatu ([[bahasa Minang]]: ''caia'', artinya cair) sehingga menghasilkan bentuk bunga yang tampak hidup.{{sfn|Ernatip|2012|pp=112}} Adapun sulam ''kapalo samek'' (dari bahasa Minang, artinya kepala peniti) karena dalam pembuatannya benang dikait dan ditarik sampai ujung peniti sehingga menghasilkan bentuk bulat di atas kain.{{sfn|Ernatip|2012|pp=114}}
Pengetahuan dan keterampilan membuat sulaman Koto Gadang diwariskan secara turun-temurun, umumnya dari ibu ke anak perempuan. Saat ini, masih banyak ditemukan perempuan Koto Gadang yang menekuni sulaman dan bahkan menjadikannya sebagai mata pencaharian tambahan. Kekhasan sulaman Koto Gadang terletak dari proses pembuatan, motif, dan detail pengerjaan. Oleh karena itu, sulaman ini memiliki nilai jual yang relatif tinggi, hingga mencapai jutaan rupiah per helainya.{{sfn|Kemenperin.go.id|18 Juni 2013}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=76}} Namun, rumitnya pengerjaan membuat sulaman Koto Gadang bisa membutuhkan waktu penyelesaian
== Sejarah ==
Baris 15:
Sejak Kerajinan Amai Setia berdiri, kegiatan menyulam menjadi pekeijaan yang digemari perempuan Koto Gadang. Selain dapat menghasilkan uang, pekerjaan menyulam bagi perempuan dianggap sebagai pekerjaan yang mulia.{{sfn|Ernatip|2012|pp=75}} Perempuan dapat bekerja di dalam rumah sambil mengurus keluarga. Saat ini, sulaman Koto Gadang menjadi produk yang diincar perempuan Paris dan Belanda. Meski tak seperti abad ke-19, perempuan Koto Gadang masih menghasilkan kain bersulam aneka motif dan cara pengerjaan.{{sfn|Kompas.com|27 September 2013}}
Penyebutan sulaman kadang disamakan dengan bordir karena memiliki persamaan. Perbedaannya terletak pada hasil dan cara pengerjaannya. Menurut Ernatip, peneliti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang, penyebutan bordir di [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] identik dengan sebuah kain yang memiliki hiasan yang dibuat oleh teknologi mesin, sedangkan apabila hiasan dibuat di atas kain dikerjakan dengan keterampilan tangan rnaka lebih dikenal dengan sebutan sulaman.{{sfn|Ernatip|2012|pp=75}} Baik sulaman maupun bordir masih tetap eksis dalam masyarakat Minangkabau sebagai salah satu warisan masa lampau.{{sfn|Ernatip|2012|pp=76}}
== Peralatan dan bahan ==
Baris 42:
Setelah kain dipasang pada ''pamedangan'', barulah dilakukan penjahitan benang ke dalam kain bahan. Cara penjahitan benang berbeda bergantung teknik yang digunakan. Teknik sulaman Koto Gadang yang terkenal ada dua, yakni sulaman sulaman ''suji caia'' dan ''kapalo samek''.
''Suji caia'' adalah teknik sulaman yang menggunakan tingkatan gradasi warna benang.{{sfn|Evieta Fadjar|26 November 2012}} Beberapa warna benang saling menumpuk dan menyatu sehingga menghasilkan motif tumbuhan yang hidup. Gradasi wama benang umumnya dibuat pada motif [[Bunga|kembang]] dan [[daun]].{{sfn|Ernatip|2012|pp=123}} Warna yang digunakan sedikitnya lima tingkatan dan paling banyak sembilan tingkatan.{{sfn|Ernatip|2012|pp=112}} Pembuatan sulaman ''suji caia'' membutuhkan ketelitian dalam membuat komposisi warna yang tepat. Pengerjaan sulaman ''suji caia'' sulit membutuhkan waktu yang lama. Hasil ragam hias yang dihasilkan pengrajin Koto Gadang untuk selendang sulaman ''suji caia'' miliki motif yang umumnya bermotif flora dengan tingkatan warna yang bergradasi dari warna yang terang hingga gelap dari tiga hingga enam tingkatan warna untuk satu kuntum bunga.{{sfn|Doni Rahman|2015|pp=4}}
Adapun ''kapalo samek'' adalah teknik sulaman yang terbentuk dari bulatan-bulatan kecil pada kain. Proses pembuatannya yakni benang dililitkan pada jarum baru ditusukan pada kain sehingga benang lilitan itu timbul pada kain. Biasanya, bagian pinggir bunga dijahitkan benang emas, agar bentuk bunganya lebih nyata.{{sfn|Ernatip|2012|pp=114}}
Baris 57:
Selendang sulaman Koto Gadang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Pengenalan selendang sulaman Koto Gadang ke dunia luar terus dilakukan, terutama oleh pengrajin itu sendiri. Berbagai pameran baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional ikut menampilkan selendang sulaman Koto Gadang sebagai produk kerajinan unggulan.{{sfn|Adityawarman|8 April 2011}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=76}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=133}} Dikenalnya sulaman Koto Gadang oleh masyarakat luas secara tidak langsung memberi peluang bagi pengrajin sulam untuk mendapatkan penghasilan yang lebih layak.{{sfn|Ernatip|2012|pp=135}}
Dalam gelaran Festival Sulam Bordir di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] pada 2012, ditampilkan karya selendang sulam sepanjang 20 meter yang menggunakan berbagai jenis teknik sulam dari Sumatera Barat, termasuk sulam ''suji caia'' dan ''kepalo samek'' dari Koto Gadang. Selendang tersebut mendapatkan penghargaan sebagai sulam terpanjang di dunia dari [[Museum Rekor Dunia Indonesia|Museum Rekor Indonesia]] (MURI).{{sfn|Kompas.com|4 Oktober 2012}}{{sfn|Tempo.co|5 Oktober 2012}}
== Lihat pula ==
* [[Perak Koto Gadang]]
== Rujukan ==
|