Wildan Abdul Chamid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 10:
Tak lama kemudian, Wildan diantar kakaknya Kyai Achmad Abdulchamid untuk mondok di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, asuhan K.H. Bisri Mustofa. Uniknya, saat sowan, Kiai Bisri Mustofa bilang kepada K.H. Achmad Abdulchamid, ''adikmu opo kerasan mondok neng Rembang sing panase koyo neroko''? (Adikmu apa betah mondok di Rembang yang panasnya seperti neraka). Terbukti, justru di Leteh-lah Wildan betah menghabiskan waktu di pesantren selama kurang lebih 7 tahun.
Tidak seperti santri lainnya, tiap 3 bulan sekali, Wildan selalu disuruh pulang oleh Kiai Bisri Mustofa, tujuannya tak lain agar ia berziarah ke makam abahnya (K.H. Abdulchamid). Alasan Kiai Bisri, agar Wildan menyadari bahwa ayahandanya adalah ulama besar, sehingga agar menambah motivasinya dalam menimba ilmu-ilmu agama. Bahkan Mbah Bisri tak bosan-bosan selalu mengingatkan ke Wildan bahwa sosok K.H. Abdulchamid adalah seorang ulama besar. Diantara pepeling Kiai Bisri;
Wildan dikenal sebagai santri kesayangan K.H. [[Bisri Mustofa]], sekaligus ia diamanati sebagai lurah pondok. Selama mondok, ia dipercaya untuk menjadi qari’ kitab kuning di pondok Leteh di luar jam mengajar Kiai [[Bisri Mustofa]].
Setelah memutuskan boyong kembali ke rumah, tepatnya 21 Nopember 1966, Wildan menikah dengan Faizah, gadis asal Semarang dan dikaruniai 8 (delapan) orang anak, Wachidah Ghodif, Rochmah, Fauziyah, Robiatul Adawiyah, Nur Azizah, Atikah, Nihayah, dan Mohammad Farid Fad (Gus Farid) <ref> http://www.nu.or.id/post/read/68866/innalillahi-kh-wildan-abdul-hamid-mustasyar-pwnu-jateng-wafat</ref>
Baris 18:
Menularkan ilmu, merupakan panggilan hati yang selalu konsisten diamalkan oleh Kiai Wildan, baik melalui forum pengajian maupun mendirikan lembaga pendidikan, antara lain dengan mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin pada tahun 2001.
Hal yang patut diteladani dari sosok Kiai Wildan adalah kegigihan dan semangat beliau dalam memperdalam ilmu dan menularkannya. Dalam semangat mengajar, beliau meniru model Kiai [[Bisri Mustofa]], bahkan ketika kondisi mati lampu, pengajian tetap berlangsung, beliau tetap mengajar dengan model hafalan. Pernah ketika mengajar ke Weleri, dimana sarana transportasi amat tak mendukung, beliau tetap semangat mengajar tiap Sabtu malam, yang tak jarang pulangnya menumpang truk yang lewat karena sudah tidak ada angkutan pada malam hari.
Kiprah beliau dalam mengajar pengajian antara lain mengajar Kitab ''Bulughul Marom'' (Selasa bakda Subuh di Masjid Agung Kendal), Kitab ''Ihya ‘Ulumudin'' (Selasa pagi jam 08.00 di rumah) <ref>{{Cite web|url=https://pcnukendal.com/wildan-wafat-masyarakat-kendal-berduka-cita/|title=KH. WILDAN WAFAT, MASYARAKAT KENDAL BERDUKA CITA|last=Kendal|first=Pcnu|date=2016-06-09|website=NU KENDAL Online|language=id-ID|access-date=2019-04-07}}</ref>, Kitab ''Fathul Wahhab'' (Ahad siang di rumah), Kitab ''Tajridus Shorih'' (Ahad sore jam 16.00 di rumah) dan pengajian rutin Ramadhan setiap tahunnya di [[Masjid Agung Kendal]] dari tanggal tgl 1 - 21 Romadhon, jam 13.00 (''Tafsir Jalalain'' dan kitab fiqih). Tak hanya itu, disebabkan menyadari akan pentingnya peran wanita dalam mengasuh dan mendidik anak, beliau juga mengasuh pengajian untuk Ibu-ibu pada Jumat bakda shubuh dan pengajian remaja putri pada Ahad pagi di kediaman beliau. Kini, semua majelis pengajian beliau diteruskan oleh putra bungsu beliau, yaitu Mohammad Farid Fad (Gus Farid).
Ditengah kesibukannya menjadi Hakim Pengadilan Agama di Kendal, Kiai Wildan menyempatkan diri untuk terus menularkan ilmunya di jalur pendidikan formal dengan menjadi dosen di
Selama masa hidupnya, Kiai Wildan aktif dalam organisasi kemasyarakatan, antara lain
Hasil karya beliau yang diwariskan untuk kita pelajari saat ini adalah terjemahan kitab manaqib Syekh Abdulqodir Jailani, dengan nama ''La-aliul Asani fi Tarjamati Lujainiddani''.
Pada tanggal 4 Romadhon 1437 H/ 9 Juni 2016 M dini hari, setelah sebelumnya bertadarus ''Al-Qur’an bil ghaib'' dan khatam
Tiap 4 Sya'ban, diadakan haul di sepanjang Jalan Habiproyo No. 19 Kendal (halaman Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Kendal) untuk memperingati wafatnya Beliau <ref>{{Cite web|url=https://jateng.kemenag.go.id/warta/berita/detail/lhs-hadiri-haul-ke-2-khm-wildan-abdul-hamid|title=LHS Hadiri Haul ke-2 KHM Wildan Abdul Hamid|website=jateng.kemenag.go.id|access-date=2019-04-07}}</ref>.
|