Suku Kayuagung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Menambahkan konten
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
== Adat Istiadat & Kebudayaan ==
Suku Kayuagung menganut garis keturunan "Bilateral" dimana garis keturunannya bisa dari pihak bapak atau bisa juga dari pihak ibu.<ref name=KAYUAGUNG/> Adat dan budaya yang masih terjaga di suku Kayuagung ialah adat lamaran pernikahan dan tari penguton.
=== Adat Lamaran ===
Salah satu adat istiadat suku Kayuagung yang masih dijaga hingga saat ini adalah adat lamaran pernikahan. Adat yang yang sudah ada sejak abad 15 ini, bisebarkan dari Lampung, hingga akhirnya diadopsi oleh suku Kayuagung. Seorang tetua adat dan mantan sekretaris adat suku Kayuagung, Yusrizal, mengatakan bahwa proses pernikahan dalam suku Kayuagung terbilang lama.<ref name=NIKAH>{{cite web|url=http://palembang.tribunnews.com/amp/2016/11/27/adat-lamaran-kayuagung-hingga-kini-masih-eksis|title=Adat Lamaran Kayuagung Hingga Kini Masih Eksis|last=|first=|website=www.palembang.tribunnews.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Pertama yang dilakukan ialah ''Nyelabang'' dimana pihak laki-laki akan mengutus setidaknya dua orang (orangtua) untuk mendatangi rumah calon mempelai perempuan. Dalam hal ini, pihak keluarga laki-laki akan menyampaikan niat bahwa anak bujangnya hendak menikahi anak gadis mereka, apakah disetujui oleh si perempuan dan keluarganya atau tidak. Jika setuju, akan disepakati proses pernikahan mana yang akan diadakan. Setidaknya ada 4 kategori pernikahan suku Kayuagung.<ref name=NIKAH/>
Baris 43:
Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni '''Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets''' ke kawasan Kayuagung.<ref name=UTON/> Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi tari khas Kayuagung dan dijadikan sebagai ''Tari Sekapur Sirih Kayuagung''.<ref name=UTON/>
 
Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan dusun yang ada di kota Kayuagung, sebagai lokasi suku Kayuagung. Kesembilan dusun tersebut adalah Kayuagung asli, Kotaraya, Perigi, Jua-jua, Kedaton, Mangunjaya, Sidakersa, Sukadana dan Paku.<ref name=MORGESIWE>{{cite web|url=https://www.morgesiwe.com/2016/03/pengertian-morge-siwe.html?m=1|title=Pengertian Morge Siwe|last=|first=|website=www.morgesiwe.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Untuk menarikan tarian, akan diiringi oleh musik perkusisperkusi berupa [[gamelan]], [[gong]] dan [[gendang]].<ref name=UTON/>
 
== Bahasa ==
Baris 54:
 
== Pekerjaan ==
Kebanyakan masyarakat suku Kayuagung bekerja sebagai petani, namun menggarap pertanian lebih dilakukan pada musim penghujan karena kawasan Ogan Komering Ilir dan secara khusus kawasan [[Kota Kayu Agung, Ogan Komering Ilir|Kota Kayu Agung]] berupa rawa. Beberapa warga juga menjadi pedagang khususnya di kota Kayu Agung, dan ada juga yang membuat gerabah.<ref name=KAYUAGUNG/>
 
== Referensi ==