Rumah Rakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah informasi struktur
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Pendatang hanya diperbolehkan membangun rumah di atas rakit, hal ini tidak lepas dari kebijakan yang dibuat pada masa [[Kesultanan Palembang]] yang bernuansa politis. kewajiban warga asing tinggal di rumah rakit memudahkan Kesultanan Palembang untuk mengontrol mobilitas warga asing. Pemisahan yang jelas antara [[Pribumi|penduduk asli]] dengan pendatang dapat mempermudah penguasa dalam melakukan [[hukuman]] terhadap pendatang. Apabila terdapat warga asing bertindak kriminal dan melanggar hukum, penindak hukum akan memotong tali pengikat rumah rakit hingga rumah rakitnya hanyut di [[sungai]].<ref name="Rumah Rakit: Sejarah dan Eksistensinya"/><ref name="Transformasi Bentuk Arsitektural Hunian Masyarakat Keturunan China di Palembang">{{Cite journal|last= Adiyanto, J|date=September 2008|title= Transformasi Bentuk Arsitektural Hunian Masyarakat Keturunan China di Palembang (Pembacaan Arsitektural dengan Metode Hermeneutika Fenomenologi)|url= http://eprints.unsri.ac.id/3669/1/01_Johannes_Adiyanto.pdf|journal= Seminar Nasional Ke-Bhinekaan Bentuk Arsitektur Nusantara|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=03 April 2019}}</ref>
 
Selain tempat tinggal, rumah rakit dapat digunakan sebagai [[penginapan]], [[gudang]], dan tempat kegiatan ekonomi. Warga asing yang banyak memanfaatkan rumah rakit adalah warga keturunan [[Tionghoa]] yang umumnya bermata pencaharian sebagai [[pedagang]].<ref name="Rumah Rakit: Sejarah dan Eksistensinya"/> Selain itu, rumah rakit digunakan juga sebagai sarana transportasi bagi penghuninya, rumah ini dapat memudahkan penghuninya melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain.<ref name="Transformasi Bentuk Arsitektural Hunian Masyarakat Keturunan China di Palembang"/> Sejak [[Belanda]] menaklukkan [[Kesultanan Palembang]], rumah rakit tidak lagi menjadi tempat orang diasingkan atau terpinggirkan. Para pendatang yang sebelumnya harus tinggal di rumah rakit mulai berangsur-angsur menepi dan tinggal di daratan.<ref name="Rumah Rakit: Sejarah dan Eksistensinya"/>
 
Sejak [[Belanda]] menaklukkan [[Kesultanan Palembang]], rumah rakit tidak lagi menjadi tempat orang diasingkan atau terpinggirkan. Para pendatang yang sebelumnya harus tinggal di rumah rakit mulai berangsur-angsur menepi dan tinggal di daratan. Setelah masa [[kemerdekaan]], jumlah rumah rakit semakin berkurang, di antaranya disebabkan oleh sulitnya mencari [[bambu]] sebagai alat pengapung, mahalnya harga pembuatan rumah rakit, dan terbatasnya lahan untuk menempatkan dan mengikat rumah. Meskipun demikian, fungsi rumah rakit tetap digunakan sebagai tempat untuk berdagang.<ref name="Rumah Rakit: Sejarah dan Eksistensinya"/>
 
== Struktur ==
Rumah rakit mempunyai bentuk [[persegi panjang]], rumah ini terapung di atas susunan balok [[kayu]] atau [[bambu]], sedangkan lantai rumah dari bahan papan.<ref name="Rumah Adat Rakit Palembang">{{Cite web|url = https://budaya-indonesia.org/Rumah-Adat-Rakit-Palembang|title =Rumah Adat Rakit Palembang|website =budaya-indonesia|access-date = 08 April 2019|last=Darisandi, R.}}</ref>Untuk menjaga lantai rumah tetap kering, maka di atas balok kayu atau rangkaian bambu diberi alas berupa papan yang disusun berjajar.<ref name="Rumah Bari dalam Kehidupan Masyarakat Adat Palembang Sumatera Selatan">{{Cite journal|last= Zalika, I|date=2010|title= Rumah Bari dalam Kehidupan Masyarakat Adat Palembang Sumatera Selatan|url= http://digilib.unila.ac.id/17514/|journal= Skripsi|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=08 April 2019}}</ref> Untuk membuat rumah mengapung, di bagian bawah ditopang dengan ''lanting''. Lanting adalah kumpulan batang [[bambu]] yang diikat menjadi satu, satu lanting terdiri dari 100 bambu. Untuk rumah dengan rukuran 9x12 m, diperlukan 7 lanting.<ref name="Rumah Rakit Kota Palembang"/> Agar bangunan rumah Rakit tidak berpindah-pindah tempat, keempat sudutnya dipasang tiang yang kokoh. Bangunan diikat dengan menggunakan tali besar yang terbuat dari [[rotan]] dan diikatkan pada sebuah tonggak yang ada di [[tebing sungai]]. [[Atap]] rumah rakit memiliki bentuk pelana dengan penutup atap dari [[Nipah|daun nipah]], [[alang-alang]] (ijuk) yang diikat dengan tali [[rotan]].<ref name="Rumah Rakit Palembang">{{Cite web|url = https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=518|title =Rumah Rakit Palembang|website =warisanbudaya|access-date = 08 April 2019|last=}}</ref><ref name="Rumah Adat Rakit Palembang"/>
 
Rumah rakit terdiri dari 2 ruangan, Ruangan depan digunakan untuk tempat menerima tamu dan tempat kegiatan sehari-hari, sedangkan ruang belakang berfungsi sebagai tempat tidur. [[Dapur]], padajika rumahberada rakitdalam merupakansatu bagianbangunan, yangbiasanya seolah-olahberada menempeldi pada dindingsisi luar ruang tidur. Tetapi terkadang ruangan belakanguntuk dapur dibangun terpisah. Pintu pada rumah rakit bisanya ada dua, satu menghadap ke [[sungai]] dan yang satunya lagi menghadap ke daratan. Jendelanya, biasanya, berada pada sisi kiri dan kanan dinding rumah Rakit, tetapi ada juga yang berada di sisi kanan dan kiri pintu masuk rumah. Pada bagian depan depan rumah terdapat [[jembatan]] penghubung yang berupa sekeping papan atau rangkaian bambu. Rumah Rakit pada dasarnya tidak mempunyai hiasan-hiasan, hanya saja pada rumah Rakit modern dihiasi [[ukiran timbul]] khas Palembang (berupa stilisasi daun dan kembang) dengan warna merah hati dan emas yang mencolok.<ref name="Rumah Bari dalam Kehidupan Masyarakat Adat Palembang Sumatera Selatan"/><ref name="Rumah Rakit Palembang"/>
 
== Pembangunan ==
Dalam persiapan pembangunan rumah rakit, yang pertama dilakukan adalah pemilihan [[kayu]] dan [[bambu]] yang cukup tua dengan diameter tertentu. Kondisi tepian air memerlukan jenis kayu dan bambu tua dengan [[serat]] yang cukup padat dan menghindari cacat kayu dan bambu, terutama bambu yang akan dipakai pada bagian bawah [[Fondasi (arsitektur)|(pondasi)]] bangunan yang selalu berhubungan langsung dengan air dan tiang-tiang terbuat dari kayu sebagai tiang utama rumah. Adapun jenis kayu yang dipilih adalah kayu yang mempunyai [[kualitas]] paling baik yaitu [[Tembesu|kayu tembesu]]. [[Kayu seru]] yang mempunyai kualitas tahan tarik yang cukup tinggi dipakai pada bagian atas rumah yaitu untuk [[alang-alang]] atau [[rangka atap]]. Bagi keluarga yang tingkat ekonominya lebih baik dinding dan lantai rumahnya juga menggunakan kayu tersebut.<ref name="Rumah Adat Rakit Palembang"/> Setelah pembuatan bagian bawah Rumah Rakit selesai, yang ditandai dengan keberadaan ''lanting'', maka proses selanjutnya adalah pemasangan ''sako''. Sako ditegakkan di atas alang yang berada pada bagian atas lanting. Namun sebelum ditegakkan, sako terlebih dahulu diberi ''putting'' dan dilanjutkan dengan pemasangan ''alang pajang'', pemasangan ''jenang'', pemasangan ''sento-sento'', pemasangan dinding rakit dari bambu yang telah dicacah, serta pemasangan pintu dan jendela dan ruangan dapur. Tahap selanjutnya sebagai tahap akhir adalah pembangunan bagian atas yang ditandai dengan pemasangan alang panjang, ''kasau'', dan [[atap]].<ref name="Rumah Rakit Palembang"/>
 
== Semakin Langka ==
Pada saat ini, jumlah rumah rakit semakin hari semakin sedikit, di antaranya disebabkan oleh perubahan pola pikir manusia dan keterbatasan bahan-bahan untuk membuat rumah Rakit, semakin banyak penduduk yang lebih memilih membangun rumah di darat disebabkan biaya pembangunan yang lebih murah, serta terbatasnya lahan untuk menempatkan dan mengikat rumah. Selain itu, rumah Rakit juga dianggap sebagai sumber pencemaran sungai karena penghuninya membuang sampah dan kotoran langsung ke sungai, hal ini menjadi salah satu alasan untuk menggusur keberadaan rumah Rakit.<ref name="Rumah Rakit: Sejarah dan Eksistensinya"/><ref name="Rumah Rakit Kota Palembang"/><ref name="Rumah Rakit Palembang"/>
 
== Lihat Pula ==
* [[Sumatra Selatan]]
* [[Kota Palembang]]
* [[Sungai Musi]]
 
== Referensi ==
Baris 19 ⟶ 28:
 
{{sedang ditulis}}
 
[[Kategori:Rumah adat di Indonesia]]
[[Kategori:Sumatra Selatan]]