Otto Djaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 125:
== Akhir Hayat ==
Titi Hernadi lebih dahulu meninggalkan suaminya pada tanggal 12 November 1990. Sepeninggal istrinya itu, Otto tinggal berdua dengan anak ketiganya Asoka Kusuma Djaya. Empat tahun sepeninggal Titi, Otto dan Asoka memilih pindah ke [[Kota Depok|Depok]], sekaligus membangun sebuah studio lukis di sana. Asoka bertindak sebagai kurator merangkap pengelola bagi acara-acara ayahnya. Asoka sama seperti Otto, seorang seniman jebolan [[Institut Kesenian Jakarta]] Cikini.
Pada tanggal 10 Agustus 1995 Otto Djaya terkena serangan [[Strok|stroke]], atau sesaat sebelum pembukaan pameran lukisan karya-karya Otto di Gedung B Galeri Nasional Indonesia Jakarta, menyambut 50 Tahun Proklamasi RI. Pasca stroke, Otto sulit berbicara, apalagi bergerak. Selama enam bulan Otto mendapatkan rehabilitasi medis. Ternyata stroke tidak bisa membuat Otto beristirahat melukis. Otto adalah tipe orang yang pantang menyerah. Karena jarang keluar rumah, inspirasi lukisannya ia peroleh dari ingatan-ingatan dan berbagai hiburan di televisi.
Sebagai bukti keproduktifannya pasca serangan Stroke, Otto menggelar pameran di Galeri Cipta II [[Taman Ismail Marzuki]]. 23 dari 50 lukisan Otto merupakan karya-karya terbarunya. Asoka tinggal mendampingi ayahnya di Depok hingga Otto Djaya menyusul Titi Hernadi dan Agus Djaya. Mayor (Purn.) Raden Otto Djaya Suntara akhirnya tutup usia pada bulan Juni 2002 dalam umurnya yang ke-86 tahun. Pelukis Pejuang itu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir.
== Referensi ==
|