Tiwah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hausofjagad (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Hausofjagad (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
[[Berkas:Tiwah Kaharingan.jpg|jmpl|Upacara Tiwah.]]
'''Tiwah''' atau '''Tiwah Lale''' atau '''Magah Salumpuk Liau Uluh Matei''' ialah upacara sakral terbesar bagi [[suku Dayak Ngaju]] di Kalimantan Tengah. Upacara ini dilakukan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.<ref>[http://www.gunungmaskab.go.id/pariwisata/wisata-budaya/tiwah-2.html Tiwah]. Pemkab Gunung Mas. Diakses pada 18 September 2012</ref> Pada tahun 2014, upacara Tiwah telah dimasukan ke dalam penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/penetapan-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2014/|title=PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA 2014|date=2015-01-19|website=Direktorat Jendral Kebudayaan|language=id-ID|access-date=2019-04-09}}</ref>
==
Bagi masyarakat Dayak Ngaju yang umumnya memeluk kepercayaan lokal yakni Kahuripan, kematian merupakan hal akhir yang dijalani manusia. Bagi mereka, kematian hanyalah awal untuk mencapai dunia kekal abadi yang menjadi tempat asal manusia. Dunia kekal abadi tersebut adalah dunia roh tempat manusia mencapai titik kesempurnaanya. Dalam mitos suku Dayak Ngaju, awalnya manusia tidak mengenal kematian. Hal tersebut dikarenakan kehidupan duniawi adalah sesuatu yang kekal. Namun, suatu ketika manusia berbuat kesalahan dan akhirnya kekekalan hidup duniawinya dicabut oleh dewata. Manusia yang meninggal akan melanjutkan perjalanannya ke dunia para arwah. Manusia yang telah berganti wujud menjadi
# Salumpuk liaw haring kaharingan, yakni roh rohani dan jasmani,
# Salumpuk liaw balawang panjang, yakni roh tubuh/badan,
# Salumpuk liaw karahang tulang, yaitu roh tulang belulang.<ref name=":0" />
Penyelanggaran upacara Tiwah bagi masyarakat Dayak Ngaju dianggap sesuatu yang wajib secara moral dan sosial. Pihak keluarga yang ditinggalkan merasa memilki kewajiban untuk mengantar arwah sanak saudara yang meninggal ke dunia roh. Selain itu, dalam kepercayaan Dayak Ngaju, arwah orang yang belum diantar melalui upacara Tiwah akan selalu berada di sekitar lingkungan manusia yang masih hidup. Keberadaan mereka dianggap membawa gangguan berupa munculnya peristiwa gagal panen, penyakit, dan bahaya-bahaya lainnya.<ref name=":0" />
== Biaya ==
Upacara Tiwah dalam masyakat Dayak Ngaju merupakan acara besar yang juga membutuhkan biaya sangat besar. Keluarga atau kelompok masyarakat yang ingin melaksanakan upacara Tiwah harus membuat sejumlah keperluan pendukung dan beberapa hewan kurban. Dalam pelaksanaanya, upacara ini biasanya membutuhkan biaya antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/11000061/mengenal-ritual-tiwah-cara-suku-dayak-menghargai-kematian-1-|title=Mengenal Ritual Tiwah, Cara Suku Dayak Menghargai Kematian (1)|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-04-09}}</ref> Karena biaya yang besar tersebut, penyelenggaraan upacara Tiwah dapat menjadi simbol sosial seseorang atau keluarga. Semakin meriah dan durasi yang lama, maka status sosial seseorang semakin tinggi. Bagi keluarga yang memiliki kekayaan, upacara Tiwah dapat dilaksanakan secara mandiri yakni hanya dengan keluarganya sendiri dan dilakukan sesegera mungkin setelah kematian sanak keluarganya
== Durasi dan Waktu Upacara ==
Baris 17 ⟶ 21:
== Tahapan Upacara ==
Secara garis besar, upacara kematian dalam kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju dapat dibagi menjadi dua yakni pertama, upacara-upacara yang dilakukan setelah kematian seseorang hingga saat penguburan sementara dan kedua, upacara tiwah itu sendiri. Kedua upacara tersebut biasanya memiliki jeda. Umumnya jeda ini berlangsung selama satu tahun hingga beberapa tahun. Jeda ini diakibatkan permasalahan biaya upacara Tiwah yang mahal sehingga pihak keluarga menunda pelaksanaannya untuk mengumpulkan dana terlebih dahulu.
=== Upacara Pra-Tiwah ===
Dalam masa jeda atau masa antara upacara kematian setelah meninggal dan penguburan pertama dengan berlangsungnya upacara Tiwah, diadakan sejumlah upacara yang bertujuan memberi makan dan sesaji kepada arwah. Adapun upacara-upacara tersebut adalah
# Meniti
# Mahanjur
# Minih
# Manampa raung
# Manatun
# Memalas
# Tantulak matey
=== Upacara Tiwah ===
==== Persiapan Awal ====
Upacara selanjutnya pasca penguburan sementara adalah upacara Tiwah itu sendiri. Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulan tulang belulang orang yang sudah meninggal. Bagi kelompok masyakarat yang membutuh waktu beberapa tahun untuk melangsungkan upacara Tiwah, jenazah yang sudah habis jasadnya, tinggal diambil saja tulang-tulangnya. Sedangkan bagi keluarga kaya yang melangsungkan upacara Tiwah segera setelah anggota keluarganya meninggal, proses pengambilan tulang sedikit berbeda. Jenazah yang masi memiliki jasad utuh harus dipisahkan dulu tulang belulangnya. Cara memisahkannya adalah dengan mengoyak-ngoyak jasad hingga daging dan tulang dapat terpisah.<ref name=":0" />
Setelah prosesi di atas, dana untuk melangsungkan upacara Tiwah yang telah terkumpul atau disebut dengan laloh, diberikan kepada pimpinan penyelenggara atau bakas tiwah. Pimpinan penyelanggara ini bertugas untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan upacara Tiwah.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een geestenhuisje of zielenschip TMnr A-1548.jpg|jmpl|Salah satu bentuk Sandung.]]
Adapun tahapan puncak dari upacara Tiwah adalah
# Memilih pemimpin
# Mempersiapkan peralatan:
#* Balay Tiwah
#* Sangkay raya
#* Sandong/Sandung
#* Sapundu
#* Pantar
#* Bara-bara
#* Pasah pali
#* Garantung (gong)
#* Pemahay
#* Hewan kurban
Prosesi Puncak
== Peran Perempuan ==
|