Suku Dayak Modang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
tradisi |
|||
Baris 19:
== Tradisi ==
===
Nama merupakan doa dan harapan agar seseorang yang menyandang nama tersebut mendapatkan kebaikan dalam kehidupan. Pada suku Dayak Modang, pemberian nama untuk seseorang diiringi dengan prosesi pelekatan nama. Prosesi tersebut diawai dengan ritual Nen Kaeg Heig Metae atau permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Setelah membacakan mantera atau doa-doa dengan menghadap ke sungai Mahakam, pimpinan upacara adat menaruh sembilan telur ayam kampung ke ujung masing-masing tongkat mambu yang sudah ditancapkan berjejer, yang dibagian bawahnya terdapat sirih, rokok dan beras. Kemudian seekor ayam jantan berwarna merah pun disembelih, darahnya di sangga dalam piring putih berisi beras dan telur, untuk kemudian ditaruh di Mahakam. Seluruh rangkaian ritual pelekatan nama diiringi oleh bunyi tetabuhan gong dan gendang.
Kemudian, anak laki-laki yang akan diberi nama dibawa oleh orangtuanya menuju ke tempat pelaksanaan adat atau disebut Hewat yang beralas tikar purun. Anak tersebut dipasangi gelang manik oleh ibunya, yang bermakna sebagai ikatan hubungan. Setelah itu, dilaksanakan prosesi Me Et Jiem atau pemotongan rambut anak oleh tetua adat, yang bermakna penataan awal tata adat kehidupan atau merupakan ungkapan proses pertumbuhan. Selanjutnya, dilakukan ritual Net Leug atau memohon calon nama anak lewat sarana daun pisang ambon yang dibentuk kotak berukuran 3x4 cm sebanyak tiga rangkap.
Dua potong daun pisang ambon itu lalu dipegang oleh pemimpin upacara dalam posisi berdiri. Sambil mengucap doa, daun tersebut dilemparkan keatas dan dibiarkan jatuh ke tanah. Posisi daun yang baru jatuh tersebut dilihat, apabila dua-duanya terlentang atau tertelungkup berarti merupakan pertanda Tidak, maka prosesi harus dilakukan lagi. Apabila posisi daun pisang yang dijatuhkan satu terlentang dan satunya tertelungkup, itu berarti nama yang sudah diajukan pihak keluarga mendapat jawaban Ya dari leluhur mereka atau disetujui.
Para tetua akan melakukan Ritual Ensoet Kenean atau pemasangan pakaian adat dan pusaka warisan kepada anak, yang merupakan simbol ikatan hubungan kekerabatan turun temurun yang bermakna penguatan identitas. Untuk mewujudkan rasa syukur, kemudian dilakukan ritual Newag Jip Edat atau pemotongan hewan berupa babi jantan yang diganti dengan dua ekor ayam jantan.<ref>{{Cite web|url=https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|title=Ritual Pelekatan Nama Dayak Modang, Meriahkan EIFAF|last=Kukar|first=Humas|website=humas.kukarkab.go.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10}}</ref>
== Referensi ==
<references /><br />
|