BerladangSuku padiDayak sebagaidi satuKalimantan sistem pertanian tradisionalBarat tidak bisa dipisahkanlepas dari salah satu sukusistem besarpertanian yangtradisional, adayakni diberladang. KalimantanBerladang Barattelah yaknimenjadi sukumata Dayak.pencaharian Suku Dayak, termasuk Dayak Ketungau Sesat di Sekadau. telah menjadikanAktivitas berladang sebagaipadi matapada pencaharian untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Masyarakatmasyarakat Dayak Ketungau Sesat menyebutdisebut aktivitas berladang padi sebagaidengan ''beumo''. ''Beumo'' adalahmerupakan suatu cara bertani dengan memanfaatkan hutan sebagai lahan. ''Beumo'' telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Dayak Ketungau Sesat yang diwariskan secara turun temurun, tetapidan masih lestari hingga kinisaat ini. peralatanPeralatan, proses, nama tempat, pertumbuhan padi, jenis tanah, hasil, dan tanda yang berkaitan dengan aktivitas ''beumo'' tersebut masih dijaga dengan baik sampai sekarang. Masyarakat Dayak Ketungau Sesat berpindah-pindah dalam mengolah lahan di perbukitan yang luas dengan cara berpindah, menggunakan teknik tradisional membakar lahan dengan tetap mengedepankan kearifan lokal, bergotong royong, panen setahun sekali, bergotong royong, dan adanya syukuran ketika selesai panen, yang biasa disebutdiskenal dengan ''begawai''. Alat yang digunakan dalam berladang berupa alat tradisional yang telahsudah ada secara turun temurun yangdan dibuat sendiri oleh masyarakat Dayak Ketungau Sesat menggunakan alat dan proses tradisional pula.Tahapan dalam ''Beumo'' (berladang padi) yaitu pramenanam, menanam, memanen, dan pascapanen. Tahap pramenanam diawali dengan ''manggol'' (memeriksa lahan) sampai dengan ''nganik'' (membersihkan kayu-kayu sisa pembakaran ladang). Tahap menanam diawali oleh ''nugal'' (menanam padi) sampai ''ngemabau'' (merumput). Tahap memanen diawali dari ''matah'' (mengambil semangat padi) sampai dengan ''mutei kemureik'' (memanen sisa-sisa padi yang belum dipanen). Tahap pascapanen diawali dengan ''beirik'' (proses mengirik padi) sampai dengan ''makai padei bareu'' (makan padi baru).<ref>{{Cite journal|last=Simon|first=Pabianus|year=2017|title=PERISTILAHAN DALAM BEUMO (BERLADANG PADI) PADA MASYARAKAT DAYAK KETUNGAU SESAT: KAJIAN SEMANTIK|url=https://media.neliti.com/media/publications/193915-ID-peristilahan-dalam-beumo-berladang-padi.pdf|journal=Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Untan|volume=6|issue=3|pages=|doi=}}</ref>