[[Berkas:Ogoh-Ogoh---how-the-Balinese-see-the-tourist-girls.jpeg|thumb|right|Ogoh-ogoh ini menggambarkan seorang [[wisatawan]] di Bali.]]
{{rapikan}}
[[Berkas:Ogoh-Ogoh---howUbud Football Field-the-Balinese-see-the-tourist-girlsRed one with kids.jpeg|thumb|right|Ogoh-ogoh di Bali, 2008.]]
'''Ogoh-ogoh''' merupakanadalah karya seni rupa;[[patung]] senidalam patung[[kebudayaan Bali]] yang menggambarkan kepribadian ''Bhuta Kala''. Dalam ajaran ''[[Hindu Dharma '']], ''Bhuta Kala'' merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. ▼
[[Berkas:Ogoh-Ogoh---Ubud Football Field-Red one with kids.jpeg|thumb|right]]
▲'''Ogoh-ogoh''' merupakan karya seni rupa; seni patung yang menggambarkan kepribadian ''Bhuta Kala''. Dalam ajaran ''Hindu Dharma'', ''Bhuta Kala'' merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan [[patung]] yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud ''[[raksasa|Rakshasa]]''.
Selain wujud ''Rakshasa'', Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di ''Mayapada'', ''Syurga'' dan ''Naraka'', seperti: Naga[[naga]], Gajah[[gajah]], Garuda[[garuda]], ''Widyadari'', bahkan Dewa[[dewa]]. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti: para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau [[SARA.]] Walaupunwalaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang [[teroris]].
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi ''Bhuta Kala'', dibuat menjelang Hari [[Nyepi]] dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari ''Pangrupukan'', sehari sebelum Hari Nyepi.
Menurut para cendikiawancendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan ''Bhuana Agung'' (alam raya) dan ''Bhuana Alit'' (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
[[Kategori:Budaya Bali]]
|