Gender: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
efn |
|||
Baris 15:
Arti akademis dari kata "gender" dalam konteks peran sosial pria dan wanita kurang lebih berasal dari tahun 1945.<ref>{{cite web |url=http://www.oed.com/view/Entry/77468 |title=''gender'', n. |page=Sense 3(b) |author=<!--Staff writer(s); no by-line.--> |website=Oxford English Dictionary Online |publisher=Oxford English Dictionary |access-date=2017-01-05|quote=}}</ref> Gerakan feminis tahun 1970-an kemudian mengembangkan dan mempopulerkan kata tersebut. Kata ''gender'' juga masih banyak digunakan sebagai pengganti dari kata ''seks'' atau ''jenis kelamin'' (sebagai kategori biologi), mesekipun terdapat beberapa pihak yang berusaha mempertahankan perbedaan di antara keduanya. [[The American Heritage Dictionary of the English Language|American Heritage Dictionary]] (2000) menggunakan dua kalimat berikut untuk menggambarkan perbedaan di antara kedua istilah sembari menyebutkan bahwa perbedaan di antara keduanya pada prinsipnya berguna namun tidak digunakan secara luas dan memiliki variasi pemakaian di berbagai konteks.<ref name="difference">{{cite book|url=http://www.bartleby.com/61/59/G0075900.html |chapter=Usage note: ''Gender'' |archiveurl=https://web.archive.org/web/20060321144225/http://bartleby.com/61/59/G0075900.html |archivedate=2006-03-21 |title=The American Heritage Dictionary of the English Language |edition=4 |year=2000}}</ref>
{{quote|Efektivitas pengobatan terlihat bergantung kepada seks (bukan gender) dari pasien.<br/>Di dalam masyarakat petani, peran gender (bukan seks) cenderung lebih dibatasi dengan jelas.
Dalam konteks hukum [[diskriminasi]], ''seks'' dan ''jenis kelamin'' yang menyangkut arti biologis umumnya lebih dipilih ketimbang ''gender'' sebagai [[norma]] yang terkonstruksi secara sosial dan lebih terbuka dari sisi tafsir maknanya.<ref>{{cite journal|last=Render|first=M. |year=2006|title=Misogyny, Androgyny, and Sexual Harassment: Sex Discrimination in a Gender-Deconstructed World|journal=Harvard Journal of Law & Gender |volume=29 |issue=1 |pages=99–150}}</ref> Pakar hukum Amerika Serikat, Julie A. Greenberg, menyatakan bahwa meskipun gender dan seks adalah konsep yang terpisah, kedua kata tersebut memiliki keterikatan dengan [[diskriminasi gender]] seringkali terjadi akibat dari [[stereotipe]] masing-masing seks.<ref>{{cite journal | last1 = Greenberg | first1 = J. A. | year = 1999 | title = Defining Male and Female: Intersexuality and the Collision Between Law and Biology | url =https://www.tjsl.edu/sites/default/files/julie_greenberg_defining_male_and_female_intersexuality_and_the_collision_between_law_and_biology_41_ariz._l._rev._265_1999.pdf | journal = Arizona Law Review | volume = 41 | issue = | page = 265 }}</ref>
Baris 52:
[[Kajian gender]] mengartikan "gender" sebagai konstruksi maskulinitas dan femininitas sosial dan kultural yang disediakan. Gender di dalam konteks ini tidak mencakup mengenai perbedaan biologis dan berfokus pada perbedaan kebudayaan.<ref>{{cite book|last=Garrett|first=S.|date=1992|url=https://books.google.com/books?id=WMoNAAAAQAAJ&printsec=frontcover |title=Gender|publisher=Routledge |page=vii |isbn=0-422-60570-0}}</ref> Pengertian ini muncul dari beberapa literatur seperti dari ahli psikoanalisis Prancis yaitu [[Jacques Lacan]], [[Julia Kristeva]], [[Luce Irigaray]], serta dari feminis Amerika Serikat seperti [[Judith Butler]]. Butler memandang peran gender sebagai sebuah perilaku yang terkadang ia sebut sebagai "[[performatif]]".{{sfn|Butler|1990|p=9}}
Sosiolog Amerika Serikat yaitu Charles E. Hurst menyatakan bahwa beberapa orang berpikir bahwa jenis kelamin akan, "... secara otomatis menentukan sikap dan peran (sosial) gender seseorang serta [[orientasi seksual]] seseorang ...".
Hurst menyatakan bahwa di dalam masyarakat yang membagi ekspresi gender secara tegas, sanksi dapat diberikan bagi mereka yang mendobrak norma tersebut. Kebanyakan dari sanksi tersebut bersumber dari [[diskriminasi]] berdasarkan orientasi seksual. Orang [[homoseksual]] seringkali mengalami diskriminasi hukum karena prasangka dalam masyarakat.<ref>{{cite book|last=Smith|first= N. |last2=Stanley|first2=E. |date=2011|title=Captive Genders 1st ed. |location=Edinburgh|publisher= AK Press}}</ref> Hurst mendeskripsikan bagaimana diskriminasi ini memusuhi orang-orang yang tidak menyesuaikan diri mereka dengan norma gender yang ada tanpa mempedulikan orientasi seksual mereka. Ia menyebutkan bahwa sistem peradilan sering tidak mengerti perbedaan antara jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual yang kemudian mengarah pada diskriminasi terhadap orang-orang yang tidak berperilaku sesuai ekspektasi orang lain terhadap jenis kelaminnya yang dianggap "benar".<ref name="Hurst141">{{cite book|last=Hurst|first=C.|date=2007|title=Social Inequality: Forms, Causes, and Consequences|edition=ke-6|publisher=Routledge|pages=131, 139–142}}</ref>
Ilmuwan politik yaitu Mary Hawkesworth menyebutkan bahwa sejak tahun 1970-an, konsep gender telah beralih dan mulai digunakan secara berbeda-beda di dalam literatur feminis. Hawkesworth memperhatikan bahwa peralihan terjadi ketika akademisi feminis seperti [[Sandra Harding]] dan [[Joan Wallach Scott|Joan Scott]] mulai menjelaskan gender "... sebagai sebuah kategori analitis yang digunakan manusia untuk memahami dan mengatur aktivitas sosial mereka."
Ilmuwan politik Amerika Serikat yaitu Karen Beckwith menjelaskan konsep gender dalam ilmu politik dengan menyebutkan bahwa terdapat sebuah "bahasa gender yang umum" yang harus diekspresikan dengan jelas jika ingin digunakan dalam ilmu politik. Beckwith menyebutkan dua cara untuk menggunakan kata ''gender'' di dalam penelitian yaitu sebagai sebuah kategori dan sebuah proses. Gender sebagai kategori dapat digunakan untuk membatasi konteks-konteks spesifik seperti perilaku, tindakan, sikap, dan ketertarikan yang dinilai maskulin atau feminin. Gender juga dapat digunakan untuk menunjukkan cara perbedaan gender—tidak berarti secara tepat merujuk kepada jenis kelamin— dalam menghambat atau membantu aktor-aktor politik. Sementara itu, gender sebagai sebuah proses memiliki dua manifestasi inti yaitu (1) menentukan pengaruh kebijakan dan struktur politik yang berbeda bagi pria dan wanita; dan (2) perilaku dari aktor politik maskulin dan feminin dalam membuat hasil politik yang spesifik gender.<ref>{{cite journal|last=Karen|first=Beckwith|title=A Common Language of Gender?|journal=Politics & Gender|year=2005|volume=1|issue=1|page=132|doi=10.1017/s1743923x05211017}}</ref>
Baris 65:
{{See also|Perbedaan seks dan gender}}
[[Berkas:WomanFactory1940s.jpg|jmpl|"[[Rosie the Riveter]]" adalah ikon dari [[front dalam negeri]] di Amerika Serikat selama [[Perang Dunia II]] yang dilihat sebagai sebuah ikon perubahan [[peran gender]] untuk [[Perang total|kebutuhan perang]].]]
Gender di dalam sosiologi umumnya dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial. Di sisi lain, beberapa ilmuwan dan kalangan [[feminisme|feminis]] menilai bahwa seks hanya merupakan sebuah aspek biologi dan bukan soal konstruksi sosial atau kultural. Sebagai contoh, [[seksologi|seksolog]] Selandia Baru yaitu [[John Money]] menyebutkan perbedaan antara seks biologis dan gender sebagai peran.<ref name=j1 /> Sosiolog Britania Raya yaitu [[Ann Oakley]] mengatakan bahwa, "Keutuhan seks itu harus diakui, tapi begitu pula untuk keberagaman gender."
<blockquote>Dengan demikian, mendefinisikan gender sebagai sebuah interpretasi kultural dari seks menjadi tidak akan masuk akal jika seks itu sendiri pengelompokkannya berpusat pada gender. Gender seharusnya tidak dipahami hanya sebagai sebuah penentuan arti kultural terhadap seks tertentu (sebuah formulasi yuridis). Gender juga harus menentukan perangkat dari cara seks-seks itu sendiri ditentukan. [...] Sebelum ada diskusi lain-lain tentang ini, ditentukannya seks itu sendiri harus dipahami sebagai akibat dari perangkat konstruksi sosial berdasarkan gender.
Butler juga mengatakan, "Tubuh hanya tampak, hanya bertahan, hanya hidup dalam kondisi produktif dari suatu skema regulasi gender tertentu"
Fausto-Sterling (2000) di dalam studinya mendeskripsikan sikap-sikap dokter terhadap kondisi [[interseks]]. Ia memulai argumennya dengan mengatakan, "Pengertian kita terhadap konsep dasar gender membentuk dan mencerminkan cara kita membangun sistem dan aturan sosial kita serta pemahaman kita mengenai tubuh fisik kita."
<blockquote>Beberapa dokter dari Arab Saudi juga pernah menemukan beberapa kasus anak interseks ber[[kromosom]] XX dengan [[hiperplasia adrenal kongenital]] (''congenital adrenal hyperplasia'', CAH) yaitu kondisi genetis berupa gangguan pada enzim yang berperan dalam pembuatan [[hormon steroid]]. [...] Di Amerika Serikat dan Eropa, anak-anak XX dengan CAH, karena mereka berpeluang untuk bisa hamil pada usia dewasanya, umumnya akan dibesarkan sebagai anak perempuan. Dokter di Arab Saudi yang dididik dari pendidikan serupa menyarankan tindakan tersebut kepada orang tua-orang tua anak XX dengan CAH. Akan tetapi, beberapa orang tua menolak tindakan tersebut untuk anaknya, yang pada awalnya diidentifikasi sebagai laki-laki [karena kondisi CAH], untuk dibesarkan sebagai perempuan. Mereka juga menolak operasi feminisasi terhadap anaknya. [...] Hal ini pada dasarnya merupakan bentuk dari sikap masyarakat lokal yang [...] lebih memilih memiliki anak laki-laki.
Priess, et al. (2009) meneliti mengenai apakah anak perempuan dan laki-laki dapat mulai memiliki variasi identitas gender pada masa remajanya. Mereka mendasari penelitian tersebut berdasarkan hipotesis intensifikasi gender yang digagas oleh Hill dan Lynch (1989)<ref>{{cite book|last1=Hill |first1=J. P.|last2=Lynch |first2=M. E.|year=1983 |chapter=The Intensification of Gender-Related Role Expectations during Early Adolescence |editor-last1=Brooks-Gunn |editor-first1=J. |editor-last2=Petersen |editor-first2=A. C. |title=Girls at Puberty|publisher= Springer|location=Boston}}</ref> yang menyebutkan bahwa ucapan dan perilaku orang tua serta interaksi antara anak dan orang tua menentukan dan "mengintensifkan" identitas [[peran gender]] anak-anak mereka. Priess, et al. tidak menemukan kondisi tersebut pada penelitian mereka.<ref>{{Cite journal|last1=Priess|first1=H. A.|last2=Lindberg|first2=S. M.|last3=Hyde|first3=J. S. |authorlink3=Janet Shibley Hyde |title=Adolescent Gender-Role Identity and Mental Health: Gender Intensification Revisited|jstor=25592088|volume=80|issue=5|pages=1531–1544|doi=10.1111/j.1467-8624.2009.01349.x|journal=Child Development|pmc=4244905|pmid=19765016|year=2009}}</ref>
Ridgeway dan Correll (2004) mengatakan bahwa gender itu tidak hanya sebuah identitas atau peran namun sesuatu yang dilembagakan melalui "konteks hubungan sosial"— yang mereka definisikan sebagai, "Situasi apapun saat individu mendefinisikan dirinya sendiri dalam hubungannya dengan individu lain untuk bertindak."
== Faktor dan pandangan biologi ==
Baris 84:
[[Dimorfisme seksual|Biologi gender]] menjadi subjek dari berbagai penelitian pada abad ke-20. Salah satu topik yang paling awal diminati kalangan ilmuwan adalah apa yang kelak disebut sebagai "gangguan identitas gender" ({{lang-en|gender identity disorder}}, GID) yang sekarang dikenal sebagai [[disforia gender]]. John Money menyimpulkan beberapa penelitian terkait GID dengan mengatakan,
{{quote|Istilah 'peran gender' pertama kali muncul di media cetak pada tahun 1955. (Sementara itu,) istilah ''identitas gender'' digunakan pada sebuah pernyataan pers pada 21 November 1966 yang mengumumkan sebuah klinik baru bagi transeksual [sic] di [[Rumah Sakit Johns Hopkins]]. Berita tersebut tersebar di media di seluruh dunia dan kemudian masuk ke ragam bahasa sehari-hari. Definisi gender dan identitas gender bervariasi berdasarkan doktrin. Dalam penggunaan populer di luar kajian ilmiah, seks adalah diri kita secara biologis, gender adalah diri kita secara sosial, identitas gender adalah pengertian dan kesadaran atau penentuan diri kita sendiri mengenai kelaki-lakian atau keperempuanan, dan peran gender adalah stereotip kultural mengenai hal maskulin dan feminin. Penyebab dari gangguan identitas gender dapat dijabarkan menjadi penyebab genetis, hormon prakelahiran, pengaruh sosial pascakelahiran, dan faktor hormon pascapubertas namun belum ada teori mengenai penyebab secara komprehensif dan rinci. Pengkodean gender pada otak bersifat bipolar. Pada (kasus) gangguan identitas gender, terdapat ketidakselarasan antara seks bawaan lahir seseorang dan pengkodean gender maskulin atau feminin pada otak orang tersebut.
== Catatan kaki ==
{{notelist|2}}
== Referensi ==
|