Gurut uma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Suku Mentawai meyakini semua benda dan makhluk hidup memiliki roh sehingga layak untuk dihormati. Rangkaian ritual dalam gurut uma merupakan bentuk penghormatan manusia adap alam sekitarnya yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidun masyarakat setempat, khususnya dalam pembuatan uma yang bahan-bahanya diperoleh dari hutan. Upacara ini dipimpin oleh seorang [[sikerei]], yakni dukun tradisional Mentawai. Sikerei meyakini bahwa roh-roh leluhur dan roh penguasa alam memiliki peran terhadap keselamatan pemilik uma yang akan ditempati.{{sfn|Tarida Hernawati (ed)|2015|pp=5}}
 
Dalam kehidupan suku Mentawai, keberadaan uma tidak sekadar tempat hunian, melainkan mempunyai fungsi sebagai wadah terjadinya interaksi sosial. Di uma, dilakukan berbagai kegiatan kebersamaan seperti gotong royong. Setelah uma selesai, anggota suku pemilik uma atau disebut ''sikebbukat uma'' akan mempersiapkan pesta perayaan atau peresmian yang disebut gurut uma.{{sfn|M. Gullit Agung W., dkk|2014|pp=44-45}} Dengan upacara gurut uma, penghuni uma diharapkan merasa nyaman untuk tinggal di uma.{{sfn|Yayasan Pendidikan Suku Mentawai|2018}}
 
== Tahapan ==