Arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
Rumah tempat tinggal orang [[Suku Atoni|suku Dawan]] berbentuk bundar dan atap kerucut serta luasnya disesuaikan dengan kebutuhan dan status sosial ekonomi pemilik<ref name=":0" />. Puncak atap berbentuk sanggul wanita terbalik yang disebut ''ume ba'i''. Rangka atap yang berbentuk bulat yang disesuaikan dengan bentuk alam semesta, gambaran bentangan langit<ref name=":0" />.
 
Tiang kayu bulat danserta kuat melambangkan kekuatan laki-laki karena tenaganya, tanah, yang menjadi lantai rumah yang rata dan bulat melambangkan kelurusan hati. Di tengah rumah terdapat tungku tempatuntuk memasak dan  untukjuga menghangatkan ruangan pada musim dingin, sedangkan asap api untukdapat mengawetkan bahan makanan yang disimpantersimpan di loteng. Ruangan untuk tidur dibedakan antara kamar tidur untuk orang tua yang disebut ''mala tupamnasi'', dan ruang tidur untuk anak gadis dinamakan ''halli ana''<ref name=":0" />.
 
Di depan rumah ada kayu bercagak tiga dan batu di atasnya adalah tempat meletakkan sesajian untuk nenek moyang, binatang [[Cecak kayu|cecak]], [[Buaya muara|buaya]], [[Kuda sandel|kuda]], [[bangau]], [[Ayam peliharaan|ayam]], [[Ular tanah|ular]] [[Elang|burung elang]], [[Tokek rumah|tokek]], dan [[Kakatua-kecil jambul-kuning|kakatua]]. Seperti halnya motif daun sirih, motif fauna pun mengandung makna terkait dengan kepercayaan. Suara [[Cecak kayu|cecak]] dikaitkan dengan pengambilan keputusan dalam suatu musyawarah, yaitu pertanda bahwa keputusan yang diambil tepat dan benar. Binatang [[Kuda sandel|kuda]] melambangkan kekuatan dan kekayaan, [[Bangau|burung bangau]] dan [[Elang|burung elang]] melambangkan kekuasaan yang tinggi dan keberanian, [[Ular tanah|ular]] mewakili binatang sakral yang disembah. Gejala alam yang menjadi motif hiasan adalah [[Matahari|motif matahari]] yang disebur ''Uis Neno'' melambangkan kedudukan tinggi<ref name=":0" />.