Musso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 125.167.100.92 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh ArdiPras95
Tag: Pengembalian
Rosyidcdk (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 7:
Musso berasal dari keluarga berada dan hidupnya berkecukupan. Ayahnya, Mas Martorejo adalah pegawai bank di Kecamatan Wates. Ibunya mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Sedari kecil Musso rajin mengaji di mushala di desanya.
 
Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga bertemu [[Alimin|Alimin Prawirodirdjo]] yang nantinya menjadi pentolan PKI. Setamatnya sekolah guru Mussso kuliah di kampus pertanian di [[Buitenzorg]] (Bogor). Versi lain menyebut Musso bersekolah di [[Hogereburgerschool|Hogere Burger School]].
 
Sewaktu berada di Surabaya, Musso kos di rumah [[Oemar Said Tjokroaminoto|Tjokroaminoto]] dan bertemu dengan [[Henk Sneevliet|H.J.F.M. Sneevliet]]. Musso muda juga satu kos bersama [[Soekarno]] dan [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|Kartosuwiryo]] muda yang kelak mereka akan berbeda haluan [[ideologi]] dalam pemikiran.
 
Ketika Tjokroaminoto mendirikan [[Sarekat Islam]] pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di ISDV bentukan [[Sneevliet]] yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia<ref>Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.</ref>.
 
== Peran di PKI ==
Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut [[Stalin]] dan anggota dari Internasional Komunis di [[Moskwa]]. Pada tahun [[1925]] beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun [[1926]], meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti [[Tan Malaka]]. Pada tahun 1926 Musso menuju [[Singapura]] dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis [[Belanda]]. Musso dan pemimpin PKI lainnya, [[Alimin]], kemudian berkunjung ke Moskwa, bertemu dengan [[Stalin]], dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk [[Agitprop|agitasi dan propaganda]] dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk [[Batavia]] (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun [[1935]] untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota [[Kongres Komitern Sedunia VII|Kongres Komintern]]. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke [[Uni Soviet]] pada tahun [[1936]].
 
Pada [[11 Agustus]] [[1948]] Musso kembali ke Indonesia lewat [[Yogyakarta]]. Pada tanggal [[5 September]] [[1948]] dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada [[Uni Soviet]]. Pemberontakan terjadi di [[Madiun]], [[Jawa Timur]] ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal [[18 September]] [[1948]] dan mengangkat Musso sebagai presiden dan [[Amir Sjarifuddin]] sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal [[30 September]] [[1948]], Madiun direbut oleh [[TNI]] dari [[Divisi Siliwangi]]. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal [[31 Oktober]], ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.