Itak poul poul: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Pertama adalah [[tepung beras]]. Bahan yang berwarna putih ini mengandung makna bahwa orang yang membuat ataupun menghantarkan itak poul poul pada momen penting memiliki hati yang bersih. Bahan berikutnya adalah gula aren. Dengan rasanya yang manis, kandungan [[gula aren]] tersebut merefleksikan tentang harmonisnya hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin.
 
Kemudian ada parutan kelapa. Bahan yang satu ini merupakan [[simbol]] dari kebermanfaatan pada masyarakat [[Mandailing]]. Hal itu dikarenakan buah [[kelapa]] akan berbuah sepanjang tahun. Lalu apapun yang terdapat pada buah kelapa, seperti daunnya dan batangnya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan sesama manusia dapat saling memberikan manfaat satu sama lain dalam menjalani kehidupan. Adapun asinnya garam mencerminkan bahwa dalam menjalani kehidupan, kita harus mampu menghadapi berbagai hal atau kejadian yang tidak kita harapkan. Hal tersebut senada dengan rasa masakan yang akan terasa kurang jika tidak mengandung garam.
 
Tak hanya bahan pembuatannya saja, cara pembuatan dari itak poul poul juga memiliki nilai filosofisnya tersendiri. Cara pembuatan kue yang dilakukan dengan kepalan tangan mencerminkan bahwa tentang simbol persatuan dan kekuatan. Itulah kenapa masyarakat Mandailing mengenal sistem kekerabatan ''dalian na tolu'' karena mereka percaya bahwa ketika kita bersatu maka akan terwujud sebuah kekuatan.<ref name=":0" />
Adapun asinnya garam mencerminkan bahwa dalam menjalani kehidupan, kita harus mampu menghadapi berbagai hal atau kejadian yang tidak kita harapkan. Hal tersebut senada dengan rasa masakan yang akan terasa kurang jika tidak mengandung garam.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==