Upacara Wetonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bagusypa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bagusypa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
Wetonan memiliki suatu kaitan dengan kosmologi Jawa. Dalam hal ini mengartikan Endraswara yang memiliki gambaran terhadap ''weton'' dalam hubungan dengan perhitungan hari (''numerology'') Jawa berjumlah tujuh, lalu disebut dengan ''dina pitu,'' dan ''pasaran'' berjumlah lima disebut ''pasaran lima.'' Atau sering disebut dengan ''dina lima dina pitu.'' Keduannya akan menentukan ''weton dina'' (hidupnya hari dan pasaran).
 
Dalam suatu perayaan masyarakat suku Jawa juga identik dengan nomor angka tujuh. Hal ini terhubung atau terkait dengan sinergi terhadap pitulungan yaitu harapan bantuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dikarenakan ''pitulangan'' memiliki rangkaian depan kata ''pitu'' yang berarti tujuh. Angka tujuh ini memiliki penerapan seperti terdapat tujuh jenis bubur dalam suatu perayaan seperti bubur merah, bubur putih, bubur merah silang putih, bubur putih silang merah, bubur putih tumpang merah, bubur merah tumpang putih, dan ''baro-baro'' (yaitu bubur putih ditaruh ''sisiran'' (irisan) gula merah dan parutan kelapa secukupnya).
 
Selain itu ada juga sayuran 7 rupa yaitu, kacang panjang, kangkung, kubis, kecambah/toge yang panjang, wortel, daun kenikir, dan bayam. Selanjutnya, menyiapkan Jajan pasar seperti, ''wajik'' yang memiliki arti berani dalam kebenaran ''(wani tumindak becik), gedhang ijo, sukun'' artinya supaya saling rukun ''(supaya rukun), nanas'' yang berarti orang hidup jangan sembarangan dalam memakan sesuatu atau bertindak sewenang-wenag ''(wong urip aja nggragas), dhondong'' yaitu jangan kebesaran atau kebanyakan berbicara ''(aja kegedhen omong),'' jambu yaitu jangan membicarakan suatu keburukan (''ojo ngudal barang sing wis mambu''), jeruk yaitu artinya luar dalam harus baik atau sesuai (''jaba jero kudu mathuk'').
 
Selanjutnya,Dalam upacara wetonan dan perayaan dalam suku Jawa adanya ''kembang'' setaman yang tidak hanya satu macam bunga saja namun bermacam-macam kembang seperti, bunga mawar (''awar-awar'' selalu tawar  dari nafsu yang negatif),  bunga melati (''melat-melat ning ati'' selalu''  eling lan waspada''), bunga ''kanthil'' supaya tansah kumanthil hatinya selalu terikat oleh tali rasa dengan para leluhur yang menurunkannya, kepada orang tua dengan harapan agar anaknya selalu berbakti kepadanya, dan bunga kenanga (Wisnu, 2014: 161-164).
 
Selanjutnya, adanya ''kembang'' setaman yang tidak hanya satu macam bunga saja namun bermacam-macam kembang seperti, bunga mawar (''awar-awar'' selalu tawar  dari nafsu yang negatif),  bunga melati (''melat-melat ning ati'' selalu''  eling lan waspada''), bunga ''kanthil'' supaya tansah kumanthil hatinya selalu terikat oleh tali rasa dengan para leluhur yang menurunkannya, kepada orang tua dengan harapan agar anaknya selalu berbakti kepadanya, dan bunga kenanga (Wisnu, 2014: 161-164).
 
Masyarakat Jawa memang tidak bisa dipisahkan dari simbol-simbol yang melingkarinya. Secara umum, terdapat bunga tiga warna atau lima warna, dan simbol-simbol lain yaitu bubur merah, bubur putih, tumpeng, nasi gulung pisang, minyak wangi, kemenyan dan dupa. Simbol tersebut sangat lazim dalam setiap ritual di Jawa (Budiharso, 2014: 171).