Osing: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
*drew (bicara | kontrib)
{{rapikan}}
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
Osing atau Using, berdasarkan ejaan Bahasa Using, berarti "tidak". Kata "tidak" awalnya untuk menyebut sekolpoksekolompok orang asli Banyuwangi yang TIDAKtidak mau diajak kerja sama dengan Belanda. Sebagai bentuk kekuatan integritas orang Banyuwangi terhadap prisipprinsip kedaerahnya, orang BanyuweangiBanyuwangi selalu mengatakan "tidak" apabila diajak orang lain atau orang saingasing untuk melakukan sesuatu.
 
Menurut sejarahwan dari Belanda Pegeot (Dalamdalam Bukunya Runtuhnya Kerajaan Islam Mataram)., Orangorang Blambangan, cikal bakal Banyuwangi, sangat kuat istrigatsnya kepada wilayah dan pimpinannya. Sehingga, meski Mataram berhasil menguasai Blambangan dan Kerajaan Mengwi mundur, namun tidak serta -merta orang Blambangan ini tunduk terhadap Mataram sebagai penguasa baru di Tlatah Blambangan. Sebaliknya, mereka justru lari atau mengungsi dalam kelompkkelompok-kelompok kecil ke daerah pedalaman. Ini terbukti, dialehdialek Bahasa Using sangat banyak. Lain kampung, maka lain diaelknyadialeknya, meski hanya dibatasi sungai atau jalan. Maka orang Banyuwangi asli (Using) akan mudah dikenali mereka berasal dariasal daerah manamereka, dengan mengenali cara mereka berbicara dan menggunakan Bahasa usingUsing, baik intoinasiintonasi maupun kosakatanya. MislanyaMisalnya antara orang Mangir dengndengan Melik atau gamborGambor, atau juga dengan orang Penataban.
 
Sementara ketika Mengwi kembali menguasai Blambangan, maka orang asli Banyuwangi ini lebih condong ke Bali yang mengaku masih dalam satu keturunan. Maka pada keseimpulannyakesimpulannya, Pigeud akhirnya mengatakan, "Suarua ketika pengaruh Mataram kuat, baik secara budaya maupun dalam kehidupan sehari. Namun suatu saat juga melemah, ketika Mengwi berhasil mengusaimenguasai lagi sebagian wilayah BalmbanganBlambangan". Tidak heran, dalam kesenian Banyuwangi banyak singkritismepercampuran antara Bali dan Jawa.
 
Konon kesenian "Janger" yang berkembang di Banyuwangi hingga saat ini, itu hasl rekayasa Mataram untuk menarik orang-orang Using. Mereka meski dsudahsudah dikuasidikuasai, namun masih sulit menerima perintah dan pengaruh budaya Mataram. Sehingga penguasa Mataram perlu pengadaptasimengadaptasi kesenian "Langendria" yang sudah ada di Mataram. Dalam perkembangannya, kesenian ini seperti Ketroprak. Namun Janger di Banyuwangi pada waktu itu hanya menampilkan lakon Damarwulan dengan Setting''setting'' daerah Majapahi dan Blambangan. Tujuan idologisnya, agar orang osingOsing tidak menghargai pemimpinannya atau rajanya, yaitu Menakjinggo yang digambarkan buruk muka dan tidak punya tatakrama.
 
Namun untuk menarik minat orang usingOsing mendatangi pertunjukan "Janger Langendrian" ini, sengaja musik pengiring bukan gemelan jawa dan kostum pelakunya seperti layaknya raja-raja Jawa., Melainkanmelainkan menggunakan gemaelan Bali dan Kostumnyakostum jugaBali. Sehingga kesenian yang selalu dibuka dengan ratitari Legong ini. seakan membius orang UsingOsing, bahwa mereka sedang menikmati keseiankesenian dari saudara tuanya, yaitu Bali. Namun setelah memasuki cerita, baru penguasa Mataram memasukimemasukkan unsur-unsur Jawa-Mataram dan bahasa dialog dan "ontowacononya". caraCara ini sangat efektiefektif, karena orang UsingOsing akhirnya tidak mempudilikanmemedulikan siapa pempimpinnyapemimpinnya, bahkan kerajingankeranjingan menggunakan bahasa Jawa untuk dialog sehari-hari. Ada semacam gengsi tgersendiritersendiri di kalangan orang UsingOsing, apabila bila berbicara menggunakan bahasa Jawa.
 
Setelah massamasa penjajahan Belanda, sikap orang UsingOsing terhadap penjajah tidak jauh berbeda ketika ditujukan kepada Mataram. Bahkan mereka tidak mau mengikuti perintah keras belandaBelanda untuk kerja paksa. Akibat sulitnya Belnada menundukan orang-orang UsingOsing ini, akhirnya muncul julukan orang Banyuwangi asli sebagai orang "Using", karena "sing" atau "tidak" mau diajak kompromi dalam berbagai hal untuk mendukung penjajah. Bahkan dalam perang habis-habisan, atau "PUPUTANPuputan BATUBatu" ribuan orang Using dibantai Belanda hingga kepalanya di Pajangdipajang di sepanjang Lincing Rogojampi, untuk menimbulkan efekmembuat jera bagi yang lain agar mau bekerja sama dengan belandaBelanda.
 
Namun secara sosioliguitiksosiolinguistik, bahasa Using bukan dari Bahasa Jawa, melainkan dari Bahasa Jawa Kuno. Terbukti dalam bahasa Jawa Kuno dan usingUsing itu tidak ada strata bahasa, atau unggah-ungah seperti haklnyahalnya Bahasa Jawa. Jadi antara Bahasa Using dan Bahasa Jawa sama satu induk, buka sebagai subordinat. Namun akibat letak geografi Banyuwangi (Sebelumsebelum ada jalan penghubung dengan Jember dan Situbondo) bahasa Using cederungcenderung statis dibanding bahasa Jawa yang diawali dari bahasa Kraton yang ada ungahunggah-ungguhnya. Bahkan budayanbudayawan Banyuwangi Hasan Ali berani menyatakan, bahasa kosa-kata Bahasa Using banyak digunakan dalam kosa kata Bahasa Bali. Karena sebelum menyusun Kamus Bali-Belanda, Lackercker puluhan tahun tinggal di Banyuwangi. DisenyalirDisinyalir, saautsaat itu sudah menyusun kata-kata yang ditemukan diBanyuwangi dan digunakan dalam Bahasa Bali. Sehingga kata "sing" Bali dan Banyuwangi sama artinya, yaitu "tidak.