Melayu Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Miftah98 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Miftah98 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
 
==Bahasa==
Dalam Keseharian nya Masyarakat Melayu Palembang menggunakan Bahasa Palembang Sari-sari, Bahasa Palembang ini mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso Pelembang alus atau bebaso (cara bahasa yang tertata dan beretika) dan Baso Pelembang sari-sari (bahasa Palembang sehari-hari). Baso Pelembang alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat. Bahasa ini mempunyai kemiripan dengan bahasa Jawa karena adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam dengan kerajaan di pulau Jawa. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Saat ini, Baso Palembang Alus (Babaso) sebagai salah satu kekayaan asli budaya Palembang dan sebagai jati diri Wong Kito (Melayu-Palembang) sudah hampir punah. Oleh sebab itulah, dibutuhkan berbagai upaya untuk melestarikan dan mendokumentasikannya, salah satu caranya adalah dengan mengadakan kursus atau membuat buku kamus bahasa Palembang.
 
Sementara itu, baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Sebenarnya, Baso Palembang Alus hampir sama dengan bahasa Jawa sehingga sebagian masyarakat beranggapan bahwa bahasa Palembang itu berasal dari bahasa Jawa. Anggapan tersebut tidaklah benar sebab bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang menyatu dengan bahasa Jawa dan pengucapannya disesuaikan berdasarkan dialek atau logat orang Palembang.
 
Bahasa Palembang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah di provinsi sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu bahkan provinsi di Jawa (dengan intonasi berbeda). Di Jambi dan Bengkulu, akhiran ‘a’ pada kosakata bahasa Indonesia biasanya diubah menjadi ‘O’.
Seiring perkembangannya, bahasa ini dipengaruhi juga oleh bahasa Arab, Cina, Portugis, Belanda, Inggris, Urdu, dan Persia. Sementara itu, aksara bahasa Melayu orang Palembang memakai aksara Arab (Arab Melayu) atau tulisan Arab berbahasa Melayu (Arab pagon/gundul).
 
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa Palembang itu terdiri atas dua jenis. Pertama, bahasa sehari-hari yang dipakai oleh hampir semua orang di Palembang atau biasa dikenal dengan bahasa pasaran. Kedua, bahasa halus yang dipakai oleh kalangan tertentu atau disebut bahasa resmi Kesultanan.
 
Jenis bahasa yang kedua ini biasanya digunakan oleh dan untuk orang-orang yang dihormati ataupun mereka yang berusia lebih tua. Misalnya, anak kepada orangtua, murid kepada guru, menantu kepada mertua, dan antarpenutur yang selevel dengan tujuan saling menghormati. Penggunaan bahasa yang bersifat sopan ini sesuai dengan arti dari bebaso, yaitu 'berbahasa sopan dan halus'.
 
Bahasa asli Palembang dapat dikatakan sebagai bahasa daerah yang mudah dipelajari dibandingkan bahasa-bahasa daerah lainnya. Untuk bahasa pasaran yang digunakan sehari-hari, hanya gayanya yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia.
 
Dalam bahasa Palembang, sebagian besar huruf A di akhir sebuah kata dalam bahasa Indonesia diganti dengan huruf O. Misalnya, apa menjadi apo, nama menjadi namo, dan lain sebagainya. Mudah, bukan? Itulah sebabnya para pendatang yang tinggal di Kota Palembang akan dengan mudah mempelajari dan menggunakan bahasa Palembang sehari-hari untuk berkomunikasi.
 
==Seni dan Budaya==