Tuti Marini Puspowardojo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 28:
 
=== Setelah Alwi Abdul Jalil Habibie Meninggal ===
Tuti menyibukkan diri dengan mengurus dan membimbing anak-anaknya agar menjadi anak yang sehat, tangkas dan disiplin dan memperkenalkan mereka pada budaya Jawa yang menjadi kekayaan batinnya. Dari kedelapan anak-anaknya, ada dua diantaranya yang sangat menonjol baik dalam prestasi maupun tingkah lakunya, yaitu Rudy (panggilan akrab [[B.J. Habibie]]) dan adiknya Fanny (panggilan akrab [[Junus Effendi Habibie]]). Meski memiliki sifat yang bertolak belakang, kedua anak tersebut memiliki potensi yang luar biasa jika dibandingkan dengan saudara-saudara dan teman-temannya. Namun demikian sebagai seorang ibu, Tuti tetap berusaha memperlakukan anak-anaknya secara adil dan kebanggaan Tuti terhadap anak-anaknya terutama Rudy adalah sebuah pengecualian.
 
=== Ketika Rudy Habibie Sakit ===
Hingga pada suatu hari Rudy menderita sakit yang cukup parah, karena tenaga dokter di daerah tersebut belum ada mereka membawanya kepada seseorang yang dianggap pintar mengobati yaitu Raja Bau Djondjo Kalimullah Kara Engta Lembang Parang Arung Barru. Lewat bantuan raja tersebut yang memberinya air jampi-jampi kondisi Rudy berangsur-angsur pulih kembali. Ada kejadian menarik yang selalu dikenang Tuti tenang Rudy, karena wajah Rudy sangat mirip dengan wajah ayahnya maka menurut kepercayaan orang Bugis, Rudy harus dijual. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi suatu musibah yakni salah satu dari mereka akan meninggal dunia atau terpisah secara berjauhan. Oleh karena itu dalam sebuah upacara adapt Rudy dibeli secara simbolis oleh Raja Barru dengan sebilah keris.
 
=== Ketika Jepang Menginvasi Indonesia ===
Baris 37:
 
=== Setelah Indonesia Merdeka dan Alwi Habibie Wafat ===
Pada tahun 1947 suami Tuti, Alwi Abdul Jalil Habibie dipromosikan menjadi Kepala Pertanian untuk wilayah Indonesia Timur yang berkedudukan di Makassar, sehingga Tuti dan keluarga pindah ke Makassar dan dapat berkumpul kembali dengan B.J. Habibie dan kakak-kakaknya. Pada tanggal 3 September 1950 ketika sedang Sholat Isya, Alwi Abdul Jalil Habibie mendapat serangan jantung, seketika kepanikan melanda keluarga ini. Tuti Marini meminta anak tertuanya untuk mencari pertolongan, namun sebelum melakukan pertolongan lebih jauh nyawa Alwi Abdul Jalil Habibie sudah tidak dapat diselamatkan. Saat ayahnya meninggal Rudy baru menginjak kelas 2 Concordante HBS.
 
=== Pindah ke Bandung ===