Suwido Limin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 6 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 11628010 oleh Ezagren
Baris 1:
[[jmpl]]
{{Infobox person
| honorific_prefix = Dr. Ir.
Baris 44 ⟶ 43:
| religion = <!-- Penulisan agama harus didukung bukti catatan kaki dari sumber yang reliabel -->
| denomination = <!-- Penulisan denominasi harus didukung bukti catatan kaki dari sumber yang reliabel -->
| spouse = Ir. Agustina Dewel
| partner =
| children = [[Sanz Grifrio Limin]]<br>[[Atfritedy Limin]]<br>[[Zevy Augrind Limin]]
| parents =
| relatives =
Baris 65 ⟶ 64:
Kerja sama itu disebut ''Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project'' (KPSFRP), yang lalu menjadi ''Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland'' (Cimtrop). Dia juga menjadi salah satu motor berdirinya Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Universitas Palangka Raya di [[Kereng Bangkirai, Sabangau, Palangka Raya|Kereng Bangkirai]], [[Sabangau, Palangka Raya|Sabangau]]. Lahan seluas 50.000 hektare itu dimanfaatkan sejak 1993 dan menjadi satu-satunya laboratorium alam untuk penelitian gambut tropis di Indonesia. Di sini pula ditemukan gambut berusia 9.600 tahun dengan ketebalan mencapai 17,3 meter.<ref name="pwri"/><ref name="tokohindonesia">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2788-upaya-menyelamatkan-gambut |title=Upaya Menyelamatkan Gambut |publisher=tokohindonesia.com |accessdate=6 Juni 2016 }}</ref>
 
Suwido juga merealisasikan gagasannya, seperti membuat Tim Serbu Api (TSA) untuk mengatasi kebakaran lahan dengan menggunakan metode sumur bor, dimana anggota TSA membuat sumur bor mengelilingi lahan yang terbakar dengan tujuan mengepung api. Suwido merupakan penggagas sumur bor sebagai alternatif memadamkan lahan terbakar yang terjadi pada tahun 1997. Selain itu Suwido juga membuat desain dam model "V" pada kanal lebar di gambut, dan mengajukan ide reboisasi lahan dengan sistem beli tanaman tumbuh (Buying Living Tree).<ref name="tokohindonesia"/> Ide-ide Suwido menjadi pembicaraan di kalangan peneliti gambut karena sebagian telah dipresentasikan dalam simposium internasional, mulai di Singapura, Malaysia, Jepang, Finlandia, Jerman, Belgia, Australia, sampai Amerika Serikat.<ref name="pwri"/>
 
Ia juga sempat menentang ide Presiden [[Joko Widodo]] untuk membuat kanal sebagai solusi kebakaran lahan pada tahun 2015. Suwido menyebut ide itu sangat aneh. Usul Jokowi itu juga dipandang tak selaras dengan pernyataan sebelumnya, yakni saat berada di Riau, yang memerintahkan untuk penutupan kanal. Padahal struktur tanah antara Riau dan Kalteng sama, yakni bergambut. Menurutnya, pembukaan kanal justru mengeringkan hamparan dan merusak ekositem gambut. Sehingga sehingga kawasan tersebut selalu menjadi langganan kebakaran, karena lapisan gambut di atas sangat kekeringan.<ref name="prokal">{{cite web |url=http://sampit.prokal.co/read/news/491-pembuatan-kanal-ditentang-pakar-gambut.html |title=Pembuatan Kanal Ditentang Pakar Gambut |publisher=Radar Sampit |accessdate=6 Juni 2016 }}</ref>
 
Selain aktif pada bidang lingkungan yang digelutinya, Suwido juga memberi sumbangsih terhadap program-program daerah khususnya Provinsi Kalimantan Tengah pada saat Gubernur Agustin Teras Narang masih menjabat. Pada kepemimpinan Gubernur Agustin Teras narang tersebut, suwido memberi ide-ide antara lain KALTENG TARANG dan KALTENG BESUH. Program tersebut masih digunakan hingga masa kepemimpinan Gubernur Agustin Teras Narang berakhir pada 2015. Suwido juga merupakan konseptor dan pencipta nama BATAMAD (Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak) yang hingga kini masih berdiri. Selain itu, Suwido juga belum menuntaskan cita-cita untuk merampungkan buku yang sedang digarapnya yaitu "Perladangan Berpindah Suku Dayak, Kalimantan Tengah".
 
Inilah beberapa pesan-pesan Suwido semasa hidupnya :
"jangan tergiur oleh iming-iming bantuan uang, tetapi menjual harga diri kita sebagai orang Dayak."
"jangan ada lagi masker ditahun 2016(dst)"
"Lahan gambut sebaiknya dibiarkan apa adanya, sebab untuk mengolah biayanya mahal. Selain itu, cegahkan upaya ekspoitasi dan segera lakukan restorasi terhadap lahan gambut yang rusak."
"Disester will not await our decisions. They will occur everywhere anytime across the world. They cannot choose what, who and where to target. Therefore, let's ACT now, be it on small scale."
 
== Referensi ==
Baris 86 ⟶ 77:
[[Kategori:Tokoh Kalimantan Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Dayak]]
[[Kategori:Alumni Universitas Hokkaido]]