Rumah panggung Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
Yang dimaksud budaya asing adalah pengaruh dari Tionghoa, Arab, dan Eropa terhadap rumah etnik Betawi. Pengaruh yang dimaksud mulai dari elemen, konstruksi, ornamen, dan lain sebagainya.
 
'''Tionghoa'''. Orang Tionghoa lebih dahulu bermukim di Sunda Kelapa jauh sebelum Belanda menduduki pelabuhan tersebut. Diperkirakan mereka datang antara abad ke-10 dan ke-13 dengan tujuan berdagang.{{Sfn|Lohanda|(1995)|p=100 : “Orang Cina telah bermukim di Sunda Kelapa Jakarta jauh sebelum VOC/Belanda menduduki bandar ini. Diperkirakan kedatangan orang Cina di wilayah bandar ini terjadi antara abad ke-10 dan ke-13 ..."}} Kedatangan orang Tionghoa dengan beberapa alasan, karena faktor ketidakstabilan politik dan adanya bencana alam di tanah leluhurnya, didatangkan sebagai pekerja untuk mendukung pembangunan yang dilakukan Belanda di Batavia{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=23 : “Pada umumnya mereka datang dikarenakan tanah leluhurnya saat itu sedang mengalami kekacauan politik atau bencana alam ..."}}, serta terlibat dalam perdagangan lada dengan Banten.{{Sfn|Lohanda|(1995)|p=100 : “Mereka sudah terlibat dalam perdagangan Jada dengan Banten dan mengelola arak ..."}} Oleh Belanda pemukiman mereka dilokalisir hanya di kawasan Glodok, Kwitang, dan daerah pecinan lainnya. Pada tahun 1870Setelah kebijakan lokalisirtersebut dihapus. Merekapada lalutahun mulai1870, mereka lalu menyebar ke daerah-daerah lain di Batavia. Penyebaran sebenarnya sudah dimulai puluhan tahun sebelumnya. Pada 9 Oktober 1740 Belanda membantai ribuan orang Tionghoa, karena dituding membuat keonaran. Banyak dari mereka menyelamatkan diri ke pinggiran Batavia, salah satunya ke daerah Tangerang.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=24 : “Orang-orang Cina tersebut dibatasi ruang geraknya oleh penjajah Belanda. Mereka ditempatkan di tempat yang telah ditentukan, seperti kawasan Glodok, Kwitang, dan Pecinan ..."}} PadaPenyebaran waktuetnis ituTionghoa merekasemakin tinggalmemperkaya diarsitektur sekitaranrumah bentengetnik BelandaBetawi. Banyak unsur rumah etnis Tionghoa yang dibangundipakai mengelilingidalam Tangerangrumah Betawi, baik dalam penerapan fungsi maupun penyebutan nama unsur dimaksud. ItulahBeberapa mengapadiantaranya merekaadalah disebutjendela ''jejake'' tanpa jeruji, ''langkan'' (''lan-kan'') sebagai komunitaspembatas [[Tionghoateras, Benteng|Cina''pangkeng'' Benteng]](''pang-keng'') atau tempat tidur, ''tapang'' (''ta’pang'') yang artinya ruangan kecil di depan rumah, dan dipan (''di'pan'') sebagai tempat tidur-tiduran.<ref>{{Cite webSfn|url=https://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2013/06/130618_foto_pehcunSwadarma|title(2014)|p=Mengintip24-27 sejarah: “Jejak pengaruh arsitektur Cina Bentengterhadap dirumah etnik Betawi akan terlihat jelas bila menyambangi daerah Benteng, Tangerang ..."}} Pengaruh arsitektur Tionghoa lainnya bisa dilihat pada konstruksi balok-balok kuda penyokong yang disebut ''sekor tou-kung''. Konstruksi ini khususnya diterapkan pada hunian komunitas etnis Betawi Pesisir. Jarang ditemui rumah orang Betawi bertiang polos. Biasanya tiang memiliki ukiran. Penggunaan motif ukiran merupakan pengaruh kebudayaan Tionghoa.{{Sfn|last=Swadarma|first=(2014)|datep=1827 Juni: 2013|website=bbc|access“Pengaruh arsitektur Cina lainnya terhadap desain rumah Betawi terlihat pada konstruksi balok-date=10balok Meikuda 2019penyokong yang lazim disebut sekor tou-kung, sebagaimana yang terlihat pada rumah Betawi di kawasan pesisir ..."}}</ref>
 
Penyebaran etnis Tionghoa lalu semakin memperkaya rumah etnik Betawi, khususnya pada hunian komunitas Betawi Pinggir. Banyak unsur rumah etnik Tionghoa yang dipakai dalam rumah Betawi, baik dalam penerapan fungsi maupun penyebutan nama unsur dimaksud. Beberapa diantaranya adalah jendela ''jejake'' tanpa jeruji, ''langkan'' (''lan-kan'') sebagai pembatas teras, ''pangkeng'' (''pang-keng'') atau tempat tidur, ''tapang'' (''ta’pang'') yang artinya ruangan kecil di depan rumah, dan dipan (''di'pan'') sebagai tempat tidur-tiduran.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=24-27 : “Jejak pengaruh arsitektur Cina terhadap rumah etnik Betawi akan terlihat jelas bila menyambangi daerah Benteng, Tangerang ..."}} Selain elemen, pengaruh arsitektur Tionghoa lainnya bisa dilihat pada konstruksi balok-balok kuda penyokong yang oleh Orang Tionghoa disebut ''sekor tou-kung''. Konstruksi ini khususnya diterapkan pada hunian komunitas etnis Betawi Pesisir. Begitu juga dengan dengan motif hias pada tiang-tiang, Jarang terlihat rumah orang Betawi bertiang polos. Biasanya tiang diukir dengan berbagai motif. Penggunaan motif ini merupakan pengaruh dari kebudayaan Tionghoa.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=27 : “Pengaruh arsitektur Cina lainnya terhadap desain rumah Betawi terlihat pada konstruksi balok-balok kuda penyokong yang lazim disebut sekor tou-kung, sebagaimana yang terlihat pada rumah Betawi di kawasan pesisir ..."}}
 
'''Arab.'''. Orang Arab datang ke Bumi Nusantara bermaksud untuk mencari nafkah juga menyiarkan agama Islam.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/agama/articles/awal-mula-datangnya-orang-orang-arab-ke-nusantara-DnEMo|title=Awal Mula Datangnya Orang-orang Arab ke Nusantara|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=25 Maret 2015|website=historia|access-date=9 Mei 2019}}</ref>. Pengaruh Arab dan budaya Islam pada rumah etnik Betawi bisa dilihat pada serambi depan dan keberadaan tiang di teras depan. Rumah etnik Betawi di seluruh kawasan memiliki serambi depan yang luas dan bersifat terbuka. Biasanya oleh orang Betawi serambi depan difungsikan sebagai tempat belajar mengaji anak-anak dan sebagai tempat duduk sementara buat tamu sebelum dipersilahkan masuk oleh si empunya rumah{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=29 : “Rumah-rumah tersebut memiliki serambi bagian depan yang luas dan terbuka, biasanya digunakan sebagai tempat belajar mengaji anak-anak. Selain itu, teras dapat digunakan sebagai tempat duduk tamu sementara sebelum dipersilahkan masuk oleh tuan rumah ..."}}. Serambi depan disebut ''angkan'', yang berasal dari kata ''palangkan,'' artinya tempat untuk duduk-duduk{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=29 : “Biasanya rumah etnik di wilayah budaya Betawi memiliki serambi depan yang terbuka. Serambi depan disebut "angkan", berasal dari kata palangkan yang berarti tempat duduk ..."}}. Terdapat dua tiang di teras depan. Menurut ajaran Islam dua tiang tersebut memiliki makna bahwa Allah menciptakan alam semesta ini selalu berpasang-pasargan, contoh siang-malam, laki-perempuan, dan lain-lain. biasanya di sebelah kanan dan kiri terdapat semacam jendela tanpa daun, Sering kali bagian atas jendela tanpa daun tersebut berbentuk melengkung, menyerupai bentuk kubah masjid{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=28-29 : “Penggunaan tiang di teras depan yang biasanya berjumlah dua buah juga merupakan pengaruh dari arsitektur Arab, karena bermakna berpasang pasangan ..."}}