Rumah panggung Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
 
Dari sekian banyak etnis yang masuk ke Batavia, pengaruh yang paling dominan terhadap rumah Orang Betawi adalah dari etnis Jawa, Sunda, Arab, dan Tionghoa.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=16 : “Dari sekian banyak pengaruh dari dalam dan luar daerah Indonesia terhadap ragam arsitektur rumah Betawi, yang paling dominan adalah Jawa, Sunda, Arab dan Cina. ..."}} Diantara etnis Nusantara yang masuk ke Batavia, budaya Sunda dan Jawa paling berpengaruh terhadap arsitektur rumah Betawi. Letak wilayah etnis Betawi secara geografis memang berdekatan dengan wilayah kebudayaan Sunda dan Jawa menjadi penyebab utamanya. Tidak hanya letaknya yang berdekatan, wilayah etnis Betawi juga merupakan bagian dari kekuasaan [[Kesultanan Banten|kerajaan Banten]], [[Kesultanan Demak|Demak]], dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Faktor-faktor tersebut menjadikan interaksi yang intensif antara orang-orang asli yang tinggal di wilayah Batavia dengan kedua etnik Nusantara tadi.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=17-18 : “Pengaruh budaya lokal Jawa dan Sunda lebih dominan dibandingkan dengan daerah kawasan nusantara lainnya. ..."}}
 
=== Subetnis ===
Suku Betawi tinggal di daerah pesisir sejak awal kota Batavia terbentuk. Mereka hidup dan menetap di muara sungai [[Ci Liwung|Ciliwung]]. Melalui sungai Ciliwung mereka menyebar ke tengah hingga ke daerah-daerah pinggiran Batavia. Penyebaran kemudian memecah suku Betawi menjadi empat subetnis, terdiri dari Betawi Pesisir, Tengah, Pinggir, dan Betawi Udik.[[Rumah Panggung Betawi#cite%20note-FOOTNOTESwadarma(2014)15%20%3A%20%E2%80%9CSejak%20awal%20terbentuknya%20kota%20Jakarta%2C%20daerah%20pesisir%20adalah%20tempat%20bermula%20suku%20ini%20berasal.%20Tepatnya%20di%20muara%20sungai%20Ciliwung%20...%22-13|<sup>[13]</sup>]] Orang Betawi Pesisir tinggal di daerah-daerah dekat pantai, seperti [[Marunda, Cilincing, Jakarta Utara|Marunda]], [[Sunda Kelapa]], [[Dadap, Kosambi, Tangerang|Dadap]], [[Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu|Kepulauan Seribu]], dan lain-lain. Hunian mereka umumnya berpanggung. Hal berbeda pada komunitas Betawi Tengah yang tinggal di tengah-tengah kota Batavia. Mayoritas rumah mereka tidak berpanggung atau disebut rumah Depok{{Sfn|Ruchiat, dkk|(2003)|p=111 : “Rumah yang beralaskan tanah yang diberi lantai tegel atau semen (sering juga disebut rumah Depok) ..."}}. Biasanya mereka tinggal di wilayah [[Senen, Jakarta Pusat|Senen]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Salemba]], [[Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat|Pasar Baru]], [[Glodok]], [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]], [[Condet]], [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat|Kwitang]], dan lain-lain. Terakhir adalah masyarakat Betawi Pinggir dan Udik. Mereka tingal di luar Batavia, seperti [[Kabupaten Tangerang|Tangerang]], [[Kabupaten Bekasi|Bekasi]], [[Kota Depok|Depok]], serta sebagian wilayah [[Kabupaten Bogor|Bogor]]. Umumnya hunian mereka berpanggung,.namun tidak setinggi milik orang Betawi Pesisir.
 
=== Pengaruh Sunda ===
Rumah-rumah komunitas Betawi Pinggir terpengaruh oleh arsitektur Sunda dalam hal material dan bentuk bangunan. Hal tersebut memungkinkan karena lokasi tempat tinggal penduduk Betawi Pinggir lebih dekat dengan pusat kekuasaan [[Pakuan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]] yang beretnis Sunda. Material Rumah adat Sunda sebagian besar menggunakan [[bambu]] dan kayu, begitu pun rumah panggung Betawi Pinggir. Panggung rumah Sunda diadopsi oleh orang Betawi pinggir, hanya saja dengan fungsi yang berbeda. Kolongnya dimanfaatkan untuk mengikat binatang-binatang peliharaan, seperti kambing, kuda, kerbau, dan sapi. Kolong panggung juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian seperti garu, cangkul, bajak, dan lain-lain. Hal berbeda pada Rumah Panggung Betawi. Kolong fungsinya untuk menghindari air sungai yang meluap.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=21 : “Selain unsur Jawa, pengaruh dari arsitektur Sunda pada rumah Betawi pun tidak sedikit. Terutama dalam hal bahan material dan bentuk rumah. ..."}}
Baris 22 ⟶ 26:
[[Berkas:Dipan2a.jpg|jmpl|Dipan, tempat duduk orang Betawi biasanya ada di teras. Mengadopsi budaya Tionghoa (''Di'pan'')]]
 
* '''Tionghoa'''. Orang Tionghoa lebih dahulu bermukim di Sunda Kelapa jauh sebelum [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] menduduki pelabuhan tersebut. Diperkirakan mereka datang antara abad ke-10 dan ke-13 dengan tujuan berdagang.{{Sfn|Lohanda|(1995)|p=100 : “Orang Cina telah bermukim di Sunda Kelapa Jakarta jauh sebelum VOC/Belanda menduduki bandar ini. Diperkirakan kedatangan orang Cina di wilayah bandar ini terjadi antara abad ke-10 dan ke-13 ..."}}{{Sfn|Lohanda|(1995)|p=100 : “Mereka sudah terlibat dalam perdagangan Jada dengan Banten dan mengelola arak ..."}} Oleh Belanda pemukiman mereka dilokalisir hanya di kawasan [[Glodok]], [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat|Kwitang]], dan daerah [[pecinan]] lainnya. Setelah kebijakan tersebut dihapus pada tahun 1870, mereka lalu menyebar ke daerah-daerah lain di Batavia. Penyebaran sebenarnya sudah dimulai puluhan tahun sebelumnya. Pada 9 Oktober 1740 Belanda membantai ribuan orang Tionghoa, karena dituding membuat keonaran. Banyak dari mereka menyelamatkan diri ke pinggiran Batavia, salah satunya ke daerah [[Kota Tangerang|Tangerang]].{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=24 : “Orang-orang Cina tersebut dibatasi ruang geraknya oleh penjajah Belanda. Mereka ditempatkan di tempat yang telah ditentukan, seperti kawasan Glodok, Kwitang, dan Pecinan ..."}} Penyebaran etnis Tionghoatersebut semakin memperkaya arsitektur rumah etnik Betawi. Banyak unsur rumah etnis Tionghoa yang dipakai dalam rumah Betawi, baik dalam penerapan fungsi maupun penyebutan nama unsur dimaksud. Beberapa diantaranya adalah jendela ''jejake'' tanpa jeruji, ''langkan'' (''lan-kan'') sebagai pembatas teras, ''pangkeng'' (''pang-keng'') atau tempat tidur, ''tapang'' (''ta’pang'') yang artinya ruangan kecil di depan rumah, dan dipan (''di'pan'') sebagai tempat tidur-tiduran.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=24-27 : “Jejak pengaruh arsitektur Cina terhadap rumah etnik Betawi akan terlihat jelas bila menyambangi daerah Benteng, Tangerang ..."}} Pengaruh arsitektur Tionghoa lainnya bisa dilihat pada konstruksi balok-balok kuda penyokong yang disebut ''sekor tou-kung''. Konstruksi ini khususnya diterapkan pada hunian komunitas etnis Betawi Pesisir. Lalu soal tiang. Jarang ditemui pada rumah orang-orang Betawi bertiang polos. Biasanya tiang memiliki ukiran. Penggunaan motif ukiran merupakanini adalah pengaruh dari kebudayaan etnis Tionghoa.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=27 : “Pengaruh arsitektur Cina lainnya terhadap desain rumah Betawi terlihat pada konstruksi balok-balok kuda penyokong yang lazim disebut sekor tou-kung, sebagaimana yang terlihat pada rumah Betawi di kawasan pesisir ..."}}
[[Berkas:Jendela berbentuk kubah.jpg|jmpl|Jendela tanpa daun menyerupai bentuk kubah masjid pada bagian belakang Rumah si Pitung. Merupakan pengaruh kebudayaan Arab|al=]]