Rumah panggung Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
Rumah-rumah komunitas Betawi Pinggir terpengaruh oleh arsitektur Sunda dalam hal material dan bentuk bangunan. Hal tersebut memungkinkan karena lokasi tempat tinggal penduduk Betawi Pinggir lebih dekat dengan pusat kekuasaan [[Pakuan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]] yang beretnis Sunda. Material Rumah adat Sunda sebagian besar menggunakan [[bambu]] dan kayu, begitu pun rumah panggung Betawi Pinggir. Panggung rumah Sunda diadopsi oleh orang Betawi pinggir, hanya saja dengan fungsi yang berbeda. Kolongnya dimanfaatkan untuk mengikat binatang-binatang peliharaan, seperti kambing, kuda, kerbau, dan sapi. Kolong panggung juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian seperti garu, cangkul, bajak, dan lain-lain. Hal berbeda pada Rumah Panggung Betawi. Kolong fungsinya untuk menghindari air sungai yang meluap.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=21 : “Selain unsur Jawa, pengaruh dari arsitektur Sunda pada rumah Betawi pun tidak sedikit. Terutama dalam hal bahan material dan bentuk rumah. ..."}}
 
Rumah panggung Betawi Pinggir dan Sunda sama-sama menggunakan tangga untuk masuk ke dalam rumah. Seperti halnya rumah orang Sunda, tangga terbuat dari kayu atau bambu.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=21-22 : “Bentuk rumah panggung dengan kolong ini mensyaratkan adanya tangga. Umumnya bahan tangga ini terbuat dari kayu atau bambu ..."}} Falsafah tangga pun serupa, yakni sebagai pembersih kaki bagi orang yang hendak naik dan masuk ke dalam rumah. HanyaOrang sajaSunda penyebutannya berbeda. Pada orang Sundamenyebut tangga tadi disebutini ''golodog'', sedangsementara orang Betawi menyebutnya ''balaksuji''.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=22 : “Di Jawa Barat tangga seperti ini disebut colodog. Anak tangga goladog biasanya tidak lebih dari tiga buah, dengan fungsi sebagai pembersih kaki tagi orang yang akan naik ke dalam rumah ..."}}
 
Pengaruh kebudayaan Sunda juga terlihat dengan adanya ''serondoy'' dan pembagian wilayah dalam rumah (''zoning''). ''Serondoy'' awalnya banyak diaplikasikan oleh hunian komunitas Betawi Pinggir. Lalu konsep tersebut berkembang dan dicontoh oleh komunitas Betawi Tengah, seperti yang terlihat pada rumah Betawi dengan potongan atap gudang.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=22 : “Pengaruh unsur budaya Sunda lainnya terlihat dari adanya seronday seperti yang terlihat pada rumah Betawi dengan potongan atap gudang ..."}} Rumah adat Sunda (juga Jawa) mengenal pembagian ruang, begitu juga pada sebagian rumah etnik Betawi. Ruangan terdiri dari tiga zona, yaitu ruang belakang, tengah, dan bagian depan.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=23 : “Selain itu, pembagian rumah dibagi menjadi tiga kelompok ruang, yaitu ruang balakang, tengah, dan depan. Hal itu melambangkan hirarki antara laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam budaya Sunda dan Jawa yang kemudian diadaptasi oleh sebagian rumah etnik Betawi, meskipun tidak terlalu mutlak ..."}}