Pengguna:Swarabakti/Kerajaan Wajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
tes
 
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
Lewat pembagian wilayah kebudayaan subetnis Betawi tadi, bisa diidentifikasi variasi arsitekur rumah etnik Betawi. Namun, pembagian tersebut bukanlah faktor krusial yang membuat hunian subetnis tertentu menggunakan konsep panggung atau non-panggung. Yang menjadi faktor utama adalah keadaan alam setempat. Hal tersebut beralasan karena ada hunian Betawi Tengah/Kota yang memakai konsep panggung jika berdiri di aliran sungai. Begitu pun pada rumah-rumah Betawi Pinggir dan Udik. Ada dari komunitas mereka yang bangunannya tidak berpanggung apabila berdiri jauh dari aliran sungai.{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=16: “Berbeda dengan rumah Betawi tengah yang jauh dari aliran sungai kemungkinan besar rumahnya tidak berkolong. Akan tetapi untuk pemukiman yang lokasinya berdekatan dengan sungai, bisa dipastikan rumah Betawi tengah tersebut berkolong ..."}}
 
=== Pengaruh ===
Berbagai etnis [[Nusantara]] dan bangsa lain datang dan menetap di [[Batavia]]. Mereka membawa pengaruh kebudayaannya, termasuk arsitektur hunian etniknya masing-masing. Para penduduk waktu itu banyak mengadopsi rumah-rumah etnik yang dibawa pada pendatang tadi. Jadilah rumah etnik Betawi sebagai rumah yang unik. Disebut unik karena rumah orang Betawi mengadopsi beragam pengaruh yang dibawa oleh etnis dan bangsa tadi. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dilihat dalam konstruksi, konsep panggung, tata ruang, bentuk atap, jendela, ragam hias dan lain-lain{{Sfn|Swadarma|(2014)|p=17: “Lambat laun, dengan semakin banyak dan membaurnya penduduk maka secara umum arsitektur rumah yang dibangun memiliki persamaan, dengan mengadopsi ciri khas arsitektur rumah asal masing-masing. Dengan demikian rumah etnik khas Betawipun terbentuk ..."}}.