Prajadhipok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Aditreeslime (bicara | kontrib)
menambahkan pangeran paribatra
Baris 41:
Dalam waktu hanya setengah tahun, tinggal 3 menteri Vajiravudh yang tersisa, sisanya diisi anggota dan kerabat keluarga kerajaan. Hal ini mengakibatkan tersingkirnya tokoh-tokoh yang kompeten dalam bidang-bidang tertentu, dan mengembalikan monopoli pemerintahan oleh keluarga kerajaan. Hal ini merupakan usaha Prajadhipok untuk memberikan rakyat pemerintah yang lebih baik dibanding pemerintahan Vajiravudh dan untuk mengembalikan pemerintahan a la Chulalongkorn.<ref name="Terwiel, B.J. 2005">Terwiel, B.J. (2005) Thailand's Political History: From the Fall of Ayutthaya to Recent Times. River Books.</ref>
 
Raja Prajadhipok kemudian membentuk Dewan Tertinggi Siam untuk mengembalikan wibawa pemerintahannya. Dewan ini terdiri atas anggota-anggota keluarga kerajaan yang dinilai kompeten dalam bidangnya masing-masing, seperti Pangeran Damrong Rajanubhab, tangan kanan Chulalongkorn yang menjadi mendagri selama bertahun-tahun dan Pangeran [[Paribatra Sukhumbandhu]] yang menjabat sebagai menteri pertahanan. Sayangnya anggota-anggota keluarga kerajaan ini malah bertindak arogan, dengan memonopoli setiap bidang pemerintahan strategis bagi sanak saudara mereka. Banyak dari mereka yang merasa berwenang untuk mengamendemen tindakan-tindakan berlebihan dalam pemerintahan sebelumnya, namun tidak mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat.<ref name="Stowe, Judith A. 1990">Stowe, Judith A. (1990) Siam becomes Thailand. Hurst & Company.</ref> Tidak seperti pendahulu-pendahulunya, Prajadhipok dengan rajin membaca setiap surat kenegaraan yang tiba di mejanya, baik dari menteri atau petisi dari rakyat. Ia dengan rajin pula membalas surat-surat itu. Dan jika ia menemui kebuntuan politik, ia akan meminta pendapat Dewan.
 
Pada tahun 1932, dalam kebuntuan ekonomi yang berkepanjangan, Dewan Tertinggi Siam memutuskan untuk memotong anggaran-anggaran yang tidak perlu terutama untuk pelayanan publik dan biaya-biaya militer. Prajadhipok menyadari bahwa keputusan ini akan menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya tentara. Sehingga raja kemudian menjelaskan hal ini, sekaligus mengatakan bahwa dirinya "buta" keuangan. Tidak ada raja Siam yang pernah berkata sejujur itu sebelumnya. Sayangnya, rakyat salah menangkap perkataannya, dan kemudian beranggapan bahwa ia sangatlah lemah, dan sudah tiba saatnya untuk menggulingkannya.<ref>Vella, Walter (1955) The Impact of the West on Government in Thailand. University of California Press.</ref>