Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Walikota → Wali kota
Baris 34:
Dalam rangka persiapan kelahiran PDIA dan berkat kebijakan pemerintah Daerah Istimewa Aceh, sebuah bangunan yang pada masa pemerintah Belanda sebagai tempat kediaman ''Asistent Resident Terbeschikking'', dan pada masa pemerintahan Republik Indonesia dihuni oleh pejabat Resident Atjeh, dijadikan bakal gedung PDIA. Pada tanggal 2 September 1974 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-13 Universitas Syiah Kuala, Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh, A. Muzakir Walad, menyerahkan tanah dan gedung tersebut kepada Universitas Syiah Kuala dengan disaksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Syarif Thayeb, dan Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Brigadir Jenderal A. Rivai Harahap. Selama dua tahun, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyediakan sejumlah dana untuk pemugaran gedung dan penambahan beberapa bangunan baru. Pemerintah Daerah, selain menyerahkan gedung dan tanah, juga telah membantu sejumlah biaya selama dua tahun untuk pengadaan alat-alat perlengkapan dan sebagainya.
 
Akhirnya pada tanggal 26 Maret 1977, tepat 104 tahun ''Proclamatie'' (pernyataan) perang Kerajaan Belanda kepada Kerajaan Aceh, diresmikanlah pendirian PDIA. Peresmian itu dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Syarif Thayeb, para pejabat setempat, dan tamu-tamu khusus Pemerintah Daerah Istimewa Aceh dari negeri Belanda, yaitu; Prof. A. Teeuw, Ketua Proyek Kerja sama Belanda-Indonesia beserta istri, Dr. A.J. Piekaar, mantan Sekretaris Keresidenan Aceh pada masa pemerintahan Belanda 1939-1942 (terakhir pensiunan pegawai tinggi Kementerian Pendidikan Belanda 1953-1975) beserta istri, serta Mr. A. Vleer, mantan ''Adspirant Controleur'' di Lhoksukon 1932-1934 (terakhir pensiunan WalikotaWali kota Enshede Belanda) beserta istri.
 
Tokoh Aceh yang hadir saat peresmian tersebut antara lain Teuku Ibrahim Alfian, A. Muzakkir Walad (Gubernur Aceh), Dr. Syamsuddin Mahmud yang saat itu sebagai Pembantu Rektor I Universitas Syiah Kuala 1975-1977, Prof. A. Majid Ibrahim, M. Hasan Basri, S.H, dan lain-lain. Semua tokoh tersebut telah memberikan andil yang besar dalam pendirian dan perkembangan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh.