Kerajaan Tayan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Ibukota → Ibu kota
Baris 34:
Sejak itu ibu kota Kerajaan Tayan dipindahkan ke suatu tempat bernama [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Ditempat ini masih terdapat peninggalan berupa Makam Raja-raja dan sebuah meriam, yang konon atau menurut cerita meriam ini tidak mau dipindahkan ketempat lain dan pada saat-saat tertentu posisinya dapat berubah sendiri.<ref name="keraton"/> Dengan berakhirnya masa Kerajaan Tayan ini, status keraton dijadikan monumen peninggalan sejarah yang dilindungi (Monumen Ordonansi No. 238 tahun 1931) dan mendapat bantuan biaya pemeliharaan dari Pemerintahan Daerah TK I [[Kalimantan Barat]].<ref name="keraton"/> Peninggalan sejarah lainnya yaitu sebuah [[Masjid Jami']] yang letaknya kurang lebih 100 meter kearah Barat Keraton dan Makam Raja-raja serta puluhan meriam peninggalan [[VOC]].<ref name="keraton"/>
 
Kerajaan Tayan pertama kali ditempatkan di daerah Tayan, setelah Gusti Lekar wafat dimakamkan disebuah bukit yang tidak jauh keberadaannya dari [[Kota Meliau]], [[Meliau, Sanggau|Kecamatan Meliau]], [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> [[Gusti Lekar]] wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama [[Gusti Gagok]] yang bergelar ''Manca Diningrat''.<ref name="keraton"/> Kemudian Gusti Gagok memindahkan IbukotaIbu kota Kerajaan Tayan ke suatu tempat bernama [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Hingga saat ini kawasan Rayang masih didapati peninggalan Kerajaan Tayan berupa makam Raja-Raja beserta kerabat kerajaan di mana dikawasan tersebut ditandai keberadaan sebuah meriam.<ref name="keraton"/> Setelah ''Pangeran Mancadiningrat'' (Gusti Gagok) wafat, Raja Tayan diganti oleh anak pertamanya bernama [[Gusti Ramal]] yang bergelar ''Pangeran Marta Jaya Kusuma''.<ref name="keraton"/>
 
Sejak pemerintahan [[Gusti Kamaruddin]] yang bergelar ''Pangeran Suma Yuda'' yang menggantikan ayahnya Gusti Ramal menjadi Raja tayan.<ref name="keraton"/> Dalam masa pemerinthannya itu, terjadi peperangan antara Kerajaan Tayan dengan [[Kerajaan Pontianak]].<ref name="keraton"/> [[Kerajaan Sanggau]] dan orang-orang China dari wilayah [[Mentrado Bengkayang]].<ref name="keraton"/> Setelah wafatnya Pangeran Suma Yuda (Panembahan Tua), diangkatlah anaknya yang bernama [[Gusti Mekkah]] yang kemudian bergelar ''Panembahan Natakusuma'' (Panembahan Muda).<ref name="keraton"/> Pada masa pemerintahan Natakusuma inilah tercatat bahwa dia yang mula-mula mengikat perjanjian dengan [[Nederland Indie Gouverment]] pada bulan November tahun [[1822]].<ref name="keraton"/>
Baris 42:
Dalam tahun [[1858]] oleh pemerintahan Belanda (Gouverment Hindia Belanda) gelar dia diganti menjadi ''Panembahan Anom Pakunegara Surya Kusuma''.<ref name="keraton"/> Pada masa itu terjadi peperangan antara kerajaan Tayan dengan [[Kerajaan Landak]] ([[Ngabang]]).<ref name="keraton"/> Oleh karena dia sudah sangat tua, maka roda pemerintahannya diserahkan kepada adiknya yang bernama [[Gusti Karma]].<ref name="keraton"/> Dia meninggal dunia pada tanggal 23 November [[1873]] (1290 H) di [[Batang Tarang]].<ref name="keraton"/> Gusti Karma kemudian diangkat menjadi Raja Tayan dan diberi gelar ''Panembahan Adi Ningrat Kusuma Negara'' dan dia memerintah hingga tahun [[1880]] yang kemudian digantikan anaknya bernama [[Gusti Muhammad Ali]] disebut pula dengan nama ''Gusti Indung'' bergelar ''Panembahan Pakunegara Kusuma'' dinobatkan menjadi Raja tayan di [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Dia beristrikan [[Utin fatimah]] dan memperoleh 12 anak.<ref name="keraton"/>
 
Dalam masa pemerintahan dia, mengikat kontrak baru dengan pemerintahan belanda yaitu ''Akta Van Verband en Bekrachting'' di Rayang, 2 April [[1880]], [[Goedgekeurd]] 23 April [[1883]] Nomor 12.<ref name="keraton"/> Dalam masa pemerintahannya IbukotaIbu kota tempat kedudukan Raja dipindahkan dari Istana Rayang ke Tayan (berawal di kawasan [[Teluk Kemilun]] dan kemudian berpindah ke [[Desa Pedalaman]] hingga saat ini) dan sekaligus membangun istana/keraton baru yang dibangun oleh rakyat Tayan untuk Raja Tayan.<ref name="keraton"/> Keraton ini hingga pada saat ini masih berdiri dan ditempati oleh para ahli warisnya.<ref name="keraton"/> Pada tanggal 26 Februari [[1890]] oleh ''Gouverment Hindia Nederland'', [[Kerajaan Meliau]] dimasukkan kedalam wilayah/daerah Kerajaan Tayan.<ref name="keraton"/> Panembahan [[Gusti Muhammad Ali]] memegang jabatan selama 15 tahun ([[1890]] s/d [[1905]]), dia wafat dan dimakamkan dikompleks Makam Raja-Raja Tayan di [[desa kawat]].<ref name="keraton"/>
 
Sejak dipindahkan pusat kerajaan dari Rayang ke tempat yang baru, dan bertempat tinggal diistana/keraton tersebut telah sempat memerintah 4 orang Panembahan, yaitu :<ref name="keraton"/>
Baris 51:
# [[Gusti Ismail]] (''Panembahan Anom Pakunegara'') [[1946]] – [[1967]].<ref name="keraton"/>
 
Zaman pemerintahan Gusti Ismail tetap menjadi Raja Tayan sampai pada masa pemerintahan [[Swapraja]] diserahkan pada tahun [[1960]].<ref name="keraton"/> Tetapi dia masih bekerja terus sebagai [[Wedana]] Tayan.<ref name="keraton"/> Dalam kedudukan sebagai Wedana Tayan, Gusti Ismail dipindahkan dan diperbantukan dikantor Bupati Kepala daerah [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> Sekarang bekas ibukota Kerajaan Tayan menjadi IbukotaIbu kota [[Tayan Hilir, Sanggau|Kecamatan Tayan Hilir]], [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> Raja-raja tersebut dimakamkan di kompleks makam Raja-Raja Tayan, serta makam [[Utin Belondo]] atau Ratu Utin Belondo di [[desa Kawat]].<ref name="keraton"/>
 
== Daftar Panembahan Tayan ==